Forgotten Nana [END]βœ“

By Septiaxsga

279K 25.9K 639

"Kamu masih usia remaja, gak usah sok depresi. Disini kakak kamu yang lebih sakit" -Mama "Ma... Aku juga anak... More

<BAGIAN 1.> [PROLOG]
BAGIAN 2 [SAMPAI KAPAN?]
BAGIAN 3 [MAKAN]
BAGIAN 4 [NAUSEOUS]
BAGIAN 5 [OBAT]
BAGIAN 6 [FOTOGRAFI]
BAGIAN 8 [DARAH?]
BAGIAN 9 [ROBOH]
BAGIAN 10 [RASA BERSALAH]
BAGIAN 11 [Terbiasa]
BAGIAN 12 [BERBAGI CERITA]
BAGIAN 13 [TERTIDUR]
BAGIAN 14 [ABANG]
BAGIAN 15. [KHAWATIR]
BAGIAN 16. [OBAT LAIN?]
BAGIAN 17. [BERDOA]
BAGIAN 18. [EMOSI]
BAGIAN 19. [TIDAK DIPEDULIKAN]
BAGIAN 20. [TUMBANG]
BAGIAN 21. [SULIT]
BAGIAN 22. [INGIN BERTEMU]
BAGIAN 23. [RUMAH HAMDAN]
BAGIAN 24. [TAK SADAR]
BAGIAN 25. [LELAH]
BAGIAN 26. [HARAPAN?]
BAGIAN 27. [RASA PENAT]
BAGIAN 28. [IMPIAN]
BAGIAN 29. [KEBOHONGAN]
BAGIAN 30. [Dia butuh]
BAGIAN 31. [THERE ISN'T ANY]
BAGIAN 32. [KESAL]
BAGIAN 33. [IZIN]
BAGIAN 34. [SEKOLAH]
BAGIAN 35. [NODA YANG SAMA]
BAGIAN 36. [ALL WRONG]
BAGIAN 37. [SECEPAT ITU?]
BAGIAN 38. [MENYAKITKAN]
BAGIAN 39. [TAKUT]
BAGIAN 40. [KESIBUKAN]
BAGIAN 41. [KEMARAHAN AYAH]
BAGIAN 42. [MATI RASA]
BAGIAN 43. [PIKIRAN]
BAGIAN 44. [SAHABAT]
BAGIAN 45. [HANCUR]
BAGIAN 46. [BUNTU]
BAGIAN 47. [PERSINGGAHAN BARU]
BAGIAN 48. [BEKERJA]
BAGIAN. 49 [KEMANA?]
BAGIAN 50. [PENDERITAAN SAHABAT]
BAGIAN 51. [RUMAH SAKIT]
BAGIAN 52. [PERMOHONAN]
BAGIAN 53. [LEMAH]
BAGIAN 54. [PERMINTAAN TERAKHIR] END
BAGIAN 54. [EPILOG : TERKUBUR BERSAMA IMPIAN]
BAGIAN 55. [BONCHAP : TEMPAT YANG JAUH]
SMALL HOPE [new story]

BAGIAN 7 [TIDAK SELERA]

4.5K 501 9
By Septiaxsga

°°°

Selama didalam kamar tidak ada yang pemuda itu lakukan kecuali hanya memotret sisi ruangan saja. Entah mengapa tidak ada rasa bosan untuk lelaki itu agar melakukan kegiatan tersebut secara ulang berulang.

Hanya dengan memotret dapat menghilangkan rasa bosannya ketika berada didalam rumah yang sepi ini.

Lelaki itu lantas mengecek setiap foto yang sudah ia tangkap. Hanya sudut ruangan kamar dengan benda-benda yang sama terdapat dilayar kameranya.

Nana memilih salah satu yang paling bagus, namun entah untuk dijadikan apa. Dicetak saja ia masih kehabisan kertas untuk foto tersebut, dan untuk mendapatkan nya pemuda itu harus kembali keluar rumah untuk membeli benda tersebut.

Ternyata selama ini sudah banyak sekali hal yang ia tangkap didalam ponselnya. Banyak yang sama dan tidak ada celah bedanya.

Nana lantas berinisiatif untuk menghapus sebagian gambar yang sudah ia tangkap tersebut agar dapat mengurangi penyimpanan ruang kameranya.

Kamera yang ia miliki sudah sangat lama umurnya, bahkan saja Nana lupa kapan ayah membelikan benda itu kepadanya.

Ketika tengah asik melihat foto-foto tersebut, tiba-tiba kegiatannya terhentikan ketika mendengar suara sang kakak yang menggema diruangan bawah. Lelaki itu lantas segera berjalan menghampiri arah suara yang terdengar tersebut.

Disana terlihat sang kakak yang sudah pulang. Nana lantas segera mendekatkan dirinya kepada Jeffin untuk memastikan tidak ada hal yang perlu ditakutkan terjadi.

"Kenapa, Na? "

Mendengar ucapan Jeffin membuat kepalanya menggeleng. Setelah ia selesai memastikan, pemuda itu lantas segera berjalan mengikuti kemana kakaknya berjalan.

Jeffin paham jika Nana sedang melihat keadaan nya. Biasanya Nana akan memastikan jika dirinya baik-baik saja ketika pulang dari tempat kampus.

Kali ini dirinya lolos dari perhatian sang adik. Ia lantas segera meletakkan tas nya ke dinding yang sudah biasa ia tempatkan disana. Sedangkan Nana yang membuntutinya dari belakang tersebut terhenti tepat didekat ranjangnya.

"Bang, Abang udah makan? "

Kepalanya tertoleh ketika mendengar ucapan yang kemudian keluar dari mulut adiknya.
"Kamu kenapa? Laper? "

Nana mengangguk. "Tapi cuman dikit sih... Abang udah makan? "

"Udah tadi di kampus, kan pastinya udah disediain disana. Abang juga tadi waktu pulang mampir dulu dikafe kampus bareng sama Tirta. Jadi ya Abang udah kenyang. "

Mendengar jawaban dari abangnya, Anna hanya ber-oh ria saja. Untungnya Jeffin sudah mengisi perutnya, jika belum maka entah apa yang ingin Nana berikan kepada kakaknya selain mi instan yang pasti akan membuat pencernaannya sedikit terganggu.

"Abang mau mandi, kamu kedapur dulu sana makan. " Perintahnya sambil mengambil sebuah handuk yang terdapat didalam lemari. Pria itu lantas segera memasuki kamar mandi yang terdapat diruangan kamar mereka.

Pemuda itu menatap ke arah pintu dimana kakaknya menghilang disana. Pemuda itu lantas segera bangkit dan meletakkan kembali kameranya kedalam laci sebuah meja agar memastikan jika benda tersebut dalam keadaan aman.

Setelahnya Nana langsung berjalan menuju ke arah dapur. Ia tahu apa yang ingin dirinya makan hari ini. Tidak ada lauk maupun nasi didalam tutup saji, dan untuk yang kesekian kalinya Nana terpaksa memakan mi instan itu 'lagi'.

Semoga kali ini tidak ada pengaruh buruk yang terjadi dengan organ pencernaan nya seperti kemarin. Ia tidak ingin memuntahkan semua isi perutnya.

Nana menghela napasnya, mengapa mama tidak ingin membuatkan makanan lain selain mi instan setiap hari? Apakah mama sesibuk itu sampai tidak dapat meluangkan waktunya untuk membuat makanan selain benda keriting tersebut?

Jika terus seperti ini yang ada akan memicu kepada kesehatan perutnya. Entah lah, bahkan akhir-akhir ini Nana sering mengalami mual dan berakhir memuntahkan isi lambungnya keatas wastafel kamar mandi.

°°°


Helaan napas lega kini terdengar dari mulut seorang wanita paru baya yang sudah selesai dengan kegiatan nya seharian ini. Tepat pada jam setengah enam mama tengah menutup warungnya bersama dengan seorang karyawan yang kemarin sempat tidak masuk karena kendala sakit.

Untungnya kali ini tidak lebih sampai waktu magrib. Mama lantas segera mengunci pintu warungnya kemudian ia berjalan santai menuju kerumah.

Ah iya, tidak lupa juga wanita itu membawakan sebuah plastik yang berisi bakso untuk putranya. Kali bukan bukan hanya satu, melainkan ada dua yang tentu satunya lagi akan ia berikan kepada putra bungsunya. Rasanya tidak enak jika terus memberikan Jeffin namun dirinya malah melupakan putranya yang lain.

Namun tentu saja itu hanya untuk hari ini. Besok? Mungkin tidak ada bagian untuk Nana dirumah. Anak itu juga sudah kenyang tentunya dengan mi instan yang sudah disediakan didalam rumahnya.

Menurut mama, Maulana pasti juga kesenangan jika sudah disediakan makanan berupa mi dirumahnya. Mengingat anak itu yang dulu pernah berebut mi goreng dengan kakaknya hingga membuat beberapa alat dapur harus melayang mengenai kepala Jeffin dan berakhir kakaknya yang harus mengalah. Saat itu terlihat jelas wajah Jeffin yang tengah menahan air matanya karena sibuk merasakan sakit dikepala akibat perbuatan adiknya.

Hal konyol yang pernah terjadi hanya karena sebuah mi tersebut mampu membuat mama kewalahan untuk memisahkan mereka berdua. Baik kakak maupun adik sama-sama tidak ada yang ingin mengalah.

Sifat keduanya memang keras kepala. Namun seiring berjalannya waktu keduanya semakin akrab.

Mama ingat ketika pagi hari Nana berteriak kesakitan karena posisi tidurnya yang tidak nyaman. Hal itu ternyata adalah perbuatan tangan jahil Jeffin yang sengaja memindahkan posisi tidur adiknya. Kepalanya dikasur sedangkan kedua kakinya berada didinding.

Jeffin memindahkan posisi adiknya ketika Nana sedang tidur pulas waktu itu. Dendam sang kakak tentang masalah mi masih belum tersulut, dan berakhir ia yang mengerjai Nana ketika tengah tidur.

Mama ingat betul kejadian tersebut, sedikit konyol memang, tapi tidak dapat dilupakan begitu saja.

Seiringnya waktu mereka berdua sadar, tidak ada yang harus dipermasalahkan hanya karena masalah kecil.

Setiap hari bisa mama lihat kasih sayang Nana kepada Jeffin, dan Jeffin kepada adiknya. Keduanya saling menjaga satu sama lain, tidak seperti dulu yang selalu saja bertengkar hingga membuat kedua orangtuanya pusing.

Akhir-akhir ini yang paling mama perhatikan adalah Jeffin. Setelah didiagnosa oleh dokter tentang penyakit yang diderita anaknya itu. Mama semakin was-was akan setiap kegiatan yang dilakukan putranya.

Mama semakin membatasi makanan untuk Jeffin agar anaknya itu tidak memakan makanan yang aneh-aneh dan berakhir harus kembali datang kerumah sakit.



°°°



Nana menatap makanan dihadapannya dengan tidak selera. Ia terus mengaduk mi nya yang bahkan sudah bercampur dengan bumbu-bumbu yang sebelumnya sudah ia tuangkan.

Semakin hari selera makannya semakin memburuk. Entah apa yang terjadi dengan dirinya akhir-akhir ini.

Pemuda itu menghela napas pelan dan meletakkan kembali sendok garpu yang semula ia gunakan untuk makan. Mood nya kian memburuk.

Lelaki itu lantas mengambil sebuah gelas dan menuangkannya air tawar yang selalu ia konsumsi. Setelahnya Nana langsung meneguknya air tersebut sampai habis kemudian ia mengusap kasar mulutnya yang sedikit basah.

Manik matanya melirik ke arah mi instan yang sudah matang tadi. Masih tersisa separuh, namun ia sama sekali tidak berniat untuk menghabiskannya.

Nana lantas kembali duduk di kursi meja makan yang semula ia tempati. Sepi, tidak ada sama sekali keluarga yang berkumpul ditempat ini. Mereka masing-masing sibuk dengan dunianya hingga tidak menyempatkan waktu untuk makan bersama ditempat ini.

Nana meletakkan kepalanya ke atas lipatan tangan. Ia sembunyikan wajahnya disana. Helaan napas kembali terdengar dari mulut lelaki itu, dirinya bingung dengan semuanya. Apa yang akan ia lakukan selanjutnya?

Diusia remaja banyak sekali hal-hal yang harus ia lewati sendirian. Dari banyaknya anak seusianya diluar sana yang tengah menikmati masa remajanya, mereka tengah asik dengan dunianya. Sedangkan dirinya hanya bisa berada dirumah, tempat tertutup seperti ini. Bahkan sudah bisa terbilang tempat tertutup adalah penjara dunianya.

Kadang dirinya sedikit berpikir setelah melihat ada beberapa anak yang tengah bermain hujan-hujanan sampai panas-panas. Tidak mengenal waktu. Berbeda sekali dengan dirinya yang tidak bisa melakukan hal lebih selain didalam rumah maupun ruangan tertutup. Seolah-olah dirinya tengah dijaga dari panasnya terik matahari.

Andai saja ia tidak memiliki sun rashes, pasti saat ini Nana sudah bermain-main dengan sepeda abangnya yang dulu sempat digunakan Jeffin ketika tengah menginjak bangku SMP.

Tidak ada kenangan manis sama sekali didalam hidupnya. Dulu selalu saja Jeffin yang pergi keluar bersama dengan kedua orang tuanya. Sedangkan ia hanya berada dirumah dengan sang bibi saja. Bermain mainan yang setiap hari selalu ia gunakan. Hanya didalam rumah.



"Na? "

Suara seseorang yang memanggilnya tersebut mampu membuat lamunannya buyar. Nana lantas segera mengangkat kepalanya kemudian melihat disana ada sang kakak yang sudah rapih dengan pakaian kaus hariannya.

"Makanannya gak dihabisin? " Tanya Jeffin sambil berjalan mendekat kearah adiknya.

Nana hanya membalas dengan gelengan saja. Nafsu makannya sama sekali tidak ada, entah apa yang membuat nafsunya sampai terkuras habis seperti ini.

Jeffin memandangi adiknya sendu, ia tahu bagaimana perasaan Nana yang hari-hari hanya memakan makanan yang sama. Tentu saja adiknya itu bosan.

"Abang mau makan? "

Mendengar ucapan sang adik membuat kepalanya menggeleng. "Abang udah kenyang, sekarang kamu aja yang makan. "

"Gak punya selera bang. Nana gak tau mau makan apaan. "





°°°











Bapaknya waktu masi muda

Continue Reading

You'll Also Like

11.5M 254K 12
_ _ _ Naya hamil! dan itu berita paling menakutkan dalam hidupnya. Apalagi, ayah dari anaknya adalah seorang Alvares! Perundungnya sendiri! Cowo pri...
3.1M 316K 95
[ BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] - Kembalinya pertemuan menyebabkan luka - Ini tentang Shaquille Samudera Manggala. Ketu...
10.3M 765K 77
[21+] MPREG! EROTIC ROMANCE [SOME STORY ARE PRIVATE] Rasanya aku ingin petir dan hujan selalu datang, agar aku bisa selalu memelukmu. Karena dengan...