..
Setelah adzan Dzuhur
Papah dan mamah yang sudah bersiap2 untuk pulang
Radi mengantar papah sampai di gerbang pintu Caffe
Mamah dan Ais lebih dulu masuk ke dalam mobil
Sebelum masuk ke dalam mobil, papah kembali menoleh ke arah Radi
"Radi" panggil papah pada Radi
Radi pun menoleh ke arah papah,
"Iya pah?"
"Apa ada yang ketinggalan ya? Biar Radi ambilin saja" tanya Radi pada papah
Papah menggeleng senyum,
"Eh, nggak ada kok Radi"
"Papah cuma mau ngasih sesuatu" balas papah
Radi mengerutkan keningnya,
"Sesuatu?"
Papah mengangguk senyum,
"Iya"
"Em"
"Apa pah?" Tanya Radi pada papah agak penasaran
Papah merogoh sakunya,
Sesuatu yang keluar dari sakunya adalah gantungan kunci cantik,
"Terima ini"
"Dan berikan ini untuk Zahira, cucuku" pinta papah pada Radi
"Radi"
"Papah belum sempat berbicara dengan Zahira, papah rindu sama dia"
"Kalo saja dia ada disini, pasti papah akan memberikannya langsung kepadanya" ucap papah
Radi mengangguk mengerti, ia menerima gantungan kunci tersebut dan akan memberikannya kepada Zahira,
"Nanti-- Radi berikan sama Zahira" balas Radi
Papah mengangguk senyum,
"Terimakasih Radi"
"Bilang juga, kakeknya rindu sama dia" ucap papah pada Radi
Radi mengangguk dengan sedikit senyumnya,
"Baik pah"
"Nanti akan Radi sampaikan ke Zahira nya"
"Kalo begitu, papah pamit dulu" ucap papah pad Radi
Radi kembali mengangguk
"Iya pah"
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsallam"
°°
-Malamnya
Setelah makan malam,
Zahra meminta Radi untuk mengajaknya ke rooftop
Radi pun menyanggupinya, ia menuntun Zahra sampai rooftop
Zahra pun duduk sembari melihat keindahan di malam itu, sementara itu Radi duduk di sampingnya
"Adek bosen ya dikamar terus?" Tanya Radi pada Zahra
Zahra menggeleng,
"Ndak juga mas"
"Ada ibuk juga yang ajak ngobrol, Adek minta kesini sama mas karena emang pengen ada suasana baru aja" jelas Zahra pada Radi
Radi mengangguk mengerti,
"Mas" panggil Zahra pada Radi
Radi kembali menoleh ke arah Zahra,
"Iya dek?"
Zahra tersenyum,
"Tadi tuh adek senang mamah sama papah kesini tadi pagi" ucap Zahra pada Radi
Melihat senyum Zahra yang kembali ceria
Radi tersenyum,
"Mas juga senang dek"
"Memang itu kan yang diharapkan sama Adek, mamah sama papah perhatian sama Adek, terutama papah"
Zahra mengangguk senyum,
"Iya Mas"
"Berkat ucapan mas"
"Papah bener2 berubah ya, papah Ndak seperti dulu lagi, yang selalu mementingkan pekerjaan dibandingkan keluarga nya sendiri" ucap Zahra
Radi mengusap2 tangan Zahra lembut,
"Dek"
"Mas sendiri ndak pernah merubah papah menjadi lebih baik"
"Papah kamu yang sadar sama apa yang sudah beliau lakukan selama ini, beliau ingin memperbaiki kesalahannya di masa lalu, dengan cara beliau lebih memperhatikan keluarganya" jelas Radi pada Zahra
Zahra mengangguk senyum, ia menatap ke arah Radi,
"Mas, mas tau ndak Adek itu ndak berani lho adu pendapat sama papah, bahkan mamah sekalipun, papah kalo beneran marah tuh serem"
"Ucapan papah dulu itu seperti sebuah doa, papah bisa melakukan apa saja yang papah mau, kalo saja ada pihak yang ndak sependapat dengan papah, papah Ndak segan-segan menghancurkan pihak itu dengan menghalalkan segala cara" tambah Zahra lagi pada Radi
"Tapi entah kenapa, papah selalu gugup waktu papah beradu pendapat sama mas" ucap Zahra pada Radi lagi
Namun di mata Zahra, Radi benar2 berbeda, bahkan papah sekalipun tidak bisa beradu pendapat dengan Radi
Radi menghela nafas,
Ia tersenyum,
"Adek"
"Mas itu cuma suami kamu"
"Dan ayah dari Zahira sama Rendi"
"Tugas mas itu melindungi Adek dan anak2 kita dari apapun yang membuat Adek Ndak nyaman"
"Dan untuk masalah papah"
"Itu tandanya beliau Ndak gagal jadi papah, beliau pemimpin dan beliau juga kepala keluarga" jelas Radi
"Papah itu sebenarnya sayang sama Adek dan juga mamah, hanya saja cara mengekpresikan rasa sayangnya beliau itu berbeda, meski terlihat arogan, papah itu tetap papah kandungnya adek" tambah Radi pada Zahra
Zahra mengangguk mengerti,
"Iya mas"
"Adek minta maaf udah ngomong gitu tadi"
"Habisnya Adek kesal juga sama papah yang dulu sih"
Radi mengusap2 pipi Zahra lembut,
"Istriku ini"
"Jangan kesal lagi ya"
"Ndak boleh" ucap Radi lembut pada Zahra
Zahra mengangguk senyum,
"Iya mas"
Ia memeluk Radi
Obrolan panjang tak terhindarkan
Malam semakin larut,
Zahra masih ingin menikmati keindahan di malam itu
Radi yang sengaja membawa jaket di sampingnya, ia tau bahwa Zahra tidak kuat dengan suhu dingin, berbanding terbalik dengan dirinya
Radi kembali menoleh ke arah Zahra,
"Ndak dingin?" Tanya Radi pada Zahra
"Dingin sih, cuma dikit" balas Zahra
Mendengar hal itu, langsung saja, jaket miliknya yang ia bawa tadi ia berikan kepada Zahra
Ia menyelimut kan jaket tersebut di badan Zahra
Setelah itu, Radi merangkul Zahra untuk memberikan kehangatan di tubuh Zahra
"Udah hangat?" Tanya Radi lagi pada Zahra
Zahra mengangguk senyum,
"Udah, kalo ini terlalu hangat" bas Zahra
Cup,
Radi mencium rambut Zahra,
Zahra mendongakkan wajahnya dan mencium balik pipi Radi,
Cup,
Radi tersenyum,
"Zahra"
Zahra menatap Radi,
"Iya mas"
"Kalo misalnya mas Ndak ada, mas minta tolong sama Adek buat jaga Zahira dan Rendi, sebaik mungkin" ucap Radi pada Zahra
Zahra mengerutkan keningnya,
"Ih, mas kok ngomongnya gitu" balas Zahra dengan nada lirihnya
"Mas mau ninggalin Adek ya?" Tanya Zahra pada Radi
"Jangan mas, Adek Ndak mau"
"Pokoknya Ndak mau, sampai kapanpun Mas harus sama Adek" balas Zahra lagi dengan nada lirihnya
Radi menggeleng,
"Bukan begitu dek"
"Mas cinta sama Adek" ucap Radi
"Tapi kenapa mas ngomong kayak gitu, seakan-akan mas akan pergi jauh"
"Mas, hiks, Adek mohon jangan ngomong kayak gitu lagi" pinta Zahra pada Radi
Radi menatap wajah Zahra, ia mengusap2 lembut pipi Zahra
"Maaf"
"Mas juga Ndak mau ngomong begini sebenarnya"
"Sekali lagi mas minta maaf"
"Selain mas disini cuma ada Adek yang jaga anak2 kita"
"Karena ibu sama bapak bakal pulang ke kampung, sementara papah sama mamah juga pasti akan kewalahan juga mengingat usia mereka" jelas Radi pada Zahra
Mendengar hal itu, Sedikit air mata Zahra menetes membasahi ralung pipinya
Radi menghapus air mata Zahra pelan, tapi nampak air mata Zahra terus membasahi ralung pipinya
"Mas minta maaf"
"Sebenarnya bukan itu tujuan obrolan mas sama kamu dek"
"Mas cuma mau mengingatkan"
"Tepat hari ini adalah hari pernikahan kita yang ke-15"
"Mas menikahi Adek di saat umur mas masih 17 tahun"
"Adek masih ingat?" Jelas Radi pada Zahra
Zahra mengangguk,
Ia masih menatap wajah Radi,
Radi sedikit tersenyum,
"Sekarang umur mas sudah mencapai kepala 3, 32 tahun"
"Masa muda mas sudah terlewati bersama dengan satu perempuan yang mas cintai" tambah Radi lagi
Mendengar hal itu Zahra sedikit demi sedikit mulai tersenyum,
Ia kembali memeluk Radi
"Adek udah 33, Adek lebih tua satu tahun dari mas"
"Tapi mas lebih dewasa dari adek, malu juga rasanya padahal yang tua harus bisa beri contoh" ucap Zahra pada Radi
Radi membalas pelukan hangat Zahra,
"Menurut mas, Adek itu sudah menjadi contoh yang baik buat anak2 kita"
"Zahra"
"Kamu jauh sudah lebih dewasa dari sebelumnya, mas Ndak pernah membandingkan dirimu yang dulu atau dirimu yang sekarang, karena dulu atau sekarang pun kamu tetap menjadi ibu dari anak2 ku"
"Terimakasih, terimakasih Zahra, karena sudah melahirkan keturunan yang baik juga" jelas Radi pada Zahra
Zahra seakan tertegun mendengar ucapan dari Radi,
Ia memejamkan kedua matanya, air matanya masih saja membasahi ralung pipinya
Di pelukan hangat Radi, Zahra merasa sangat nyaman, Radi selalu menjadi tempat yang ternyaman baginya
°°°
Next
Ada komentar?