My Crush My Ustadz [On Going]

umarkilwo

10.2K 1.5K 442

Pernah dengar jodoh adalah cerminan diri? Hal itu tidak berlaku bagi Nawra, Siswi XI IPA 1 Madrasah Aliyah Sw... Еще

Prolog
2. Rahasia
3. Kehadirannya
4. Teror

1. Bye-Bye Oppa

3.3K 519 152
umarkilwo

"Pah ... Papah ... Nawra bikinin teh hangat ya?" ucap Nawra Almeera Hadid, Putri Sulung dari Sebastian Wijaya Hadid, yang sedang menuruni tangga dari kamarnya di lantai 2 dan hendak menuju dapur.

"Nggak usah sayang, ini Papah harus berangkat sekarang. Karena sebelum ke bandara Papah ada urusan yang harus dikerjakan lagi nih," jawab Pengusaha sukses dari negeri asal ibunya di timur tengah itu.

"Ya udah Pah, hati-hati ya! kalau mau pulang nanti, jangan pas cuacanya lagi nggak bagus ya Pah!" memeluk erat Papahnya sembari mengingat Ibunya.

Ibu Nawra, Kalista Mutiara Hadid, mengalami kecelakaan bersama adik bungsunya, Nicholas Xavier Hadid, saat dalam perjalanan pulang dari luar negeri. Mereka menjadi korban pesawat jatuh saat Nawra masih berusia 7 tahun, sedangkan Adiknya berusia 5 tahun. Hal itulah yang membuat Nawra trauma akan terjadi kembali pada Papahnya yang sering bolak-balik ke luar negeri.

***

Lantunan adzan dzuhur pada siang itu membuat Nawra terbangun dari tidurnya. Bukannya menunaikan sholat, Nawra justru mencari handphone miliknya dan menelepon sahabatnya.

"Nad, gimana sih, kirain kamu dah dateng tau."

"Iya, bentar lagi aku OTW nih, habis dzuhuran dulu."

"Ya ampun, Nadia! kan bisa sholatnya di sini aja?"

"Sholat itu yang utama, Ra. Lagian ini dah masuk waktunya, kalau misalnya di jalan aku kenapa-kenapa kan setidaknya kewajiban aku sebagai muslim sudah tertunaikan."

"Ya udah deh, buru gih sholat! jangan lupa bawa poster Idol yang kemarin aku pesen loh ya!"

"Iya iya, sekalian ada yang mau aku sampaikan nih, Ra."

"Ya udah, see you Nad!" Nawra pun mematikan telponnya, dan kembali berbaring di kasur sambil mendengarkan musik K-Pop kesukaannya.

"Ijimayo ... uriga. Cincawoyo ... uriga ...." lantunan lagu berbahasa Korea keluar dari bibir tebal nan indah miliknya.

***

"Assalamu'allaikum, Ra," ucap Nadia sambil mengetuk pintu kamar Nawra.

"Nadia bukan sih?" Teriak Nawra dari dalam kamarnya.

"Iya, ini Aku, Nadia."

"Hadeh ... masuk aja, Nad. Kayak orang baru aja, ih."

Nadia pun membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Nawra.

"Nawra ih, udah salam gak dijawab, mana aku disuruh masuk gitu aja lagi," ucap Nadia sambil berjalan ke arah tempat tidur Nawra.

"Iya iya, walaikum salam," balas Nawra sambil memasang raut sinis. "Lagian aku tuh udah nganggep kamu kek saudara aku sendiri
, Beb."

"Iya sih, Ra. Cuma gini, loh. Mengucap salam, mengetuk pintu sebelum masuk, itu tuh adab-adab seorang muslim yang baik, Ra."

"Hah?" Nawra makin heran dengan sikap Nadia.

"Nad? kok kamu kek makin agamis deh akhir-akhir ini." Sambil melihat setelan pakaian Nadia yang tampak lebih syar'i dari sebelumnya.

"Oh iya, aku baru ingat, ada yang mau aku sampaikan juga nih ke kamu."

"Ya udah, buruan, kepo nih."

Nadia memberikan poster Idol kepada Nawra.

"Aaaa ... Oppa ...." teriak Nawra sambil mengambil poster, lalu menciumnya.

Nadia hanya bisa tertawa dan terheran-heran.

"Ahhh cakep banget ga sih. Hidungnya mancung, bibirnya tipis, matanya tajem, huaaa ...." meleyot-leyot Nawra memandang poster Idolnya.

"Udah udah, stop halunya! kan, tadi aku mau ngomong, Ra."

"Oh iya, lanjut lanjut. Apa nih yang membuat kamu jadi makin agamis, Nad?"

"Jadi gini, Ra. Aku mutusin buat nggak menjual poster Idol lagi, dan ini karena kamu udah terlanjur bayar, ya udah, ini pesenan terakhir aku bawain aja buat kamu, Ra."

"HAH?" Nawra makin terheran-heran dan tidak menyangka apa yang baru saja dikatakan Nadia.

"Iya, Ra. Aku udah bener-bener mutusin buat ninggalin dunia K-Pop ini, Ra. Nih, Udah nggak ada tersisa lagi kan lagu-lagunya." Nadia menunjukkan isi play list di HPnya.

"Yah, Nad! jangan gitu, dong! jelasin ih, kenapa kamu mau ninggalin mereka-mereka yang udah menghibur kita, jadi motivasi kita, kenapa Nad?" sambil menggenggam erat tangan sahabatnya itu.

Nadia menarik napasnya dalam-dalam lalu berkata, "Karena mereka tak akan bisa tergapai, sampai kapanpun itu," ucap Nadia sambil mengambil poster Idolnya.

Sontak Nawra seperti tersadar akan sesuatu.

"Dan tentunya, aku dapet ilmu baru dari pengajian minggu lalu, bahwa memandang fisik atau gambar lawan jenis kemudian menghalu-halukannya, kita bisa terkena zina mata dan zina hati, Ra," ucap Nadia sambil menunjuk-nunjuk sekeliling kamar Nawra yang penuh dengan foto-foto dan pernak-pernik bergambar Idolnya.

"Dan yang terakhir, berdasarkan dari sebuah hadits, kita akan dikumpulkan dengan orang-orang yang kita cintai di hari kiamat nanti. Sedangkan kamu tau sendiri, mereka dari umat-umat mana saja," sambung Nadia.

Nawra hanya bisa terdiam dan memandang kamarnya yang dipenuhi gambar Idol.

"Aku juga mau pindah, Ra!" menggenggam tangan Nawra.

"HAH? seriusan, Nad? mau kemana, sih? kok, kamu tega mau ninggalin aku, Nad?" raut wajah Nawra tampak sedih mendengar kata-kata Nadia.

"Iya, aku sengaja mau pindah ke kampung Ibuku, kampung Ibumu juga, kan? aku sekalian pindah sekolah di sana, di sekolah yayasan milik papahmu. Karena kata Ibuku, pendidikan agamanya juga bagus di situ, Ra."

Nawra mulai bimbang dengan keadaannya sekarang.

"Ya udah, gini aja, Ra. Kamu pikir-pikir dulu, pertimbangkan secara matang, terus nanti kamu hubungin aku lagi kalau misalnya kamu mau ikut," ucap Nadia sambil memegang kedua pipi Nawra.

"Nah, kebetulan besok aku udah ngurus segala berkas-berkasnya untuk pindah sekolah ini, Ra," sambungnya.

"Oke beb, aku bakal pertimbangin dulu, besok pagi aku kabarin yah." melepas tangan Nadia dari pipinya.

"Ya udah, kalau gitu aku balik dulu ya, Ra." sambil memeluk erat Nawra.

"Iya, kamu hati-hati ya beb di jalan!"

"Assalamualaikum, Nad."

"Walaikum salam, Bye beb." Nawra menutup pintu kamarnya lalu berjalan sambil memandang-mandang kamarnya lagi.

"Emang iya sih, ada benernya juga yang dibilang Nadia. Tapi aku mau dapet motivasi dari siapa lagi yah. Ahh, tadi aku lupa nanyain lagi."

Nawra duduk di depan meja riasnya sambil berkaca, ia pun berkata dalam hatinya, "Aku juga butuh kasih sayang dan perhatian dari seorang pria. Papahku sibuk, Adikku sudah nggak ada, dan mantanku ...." air matanya pun tak sanggup iya tahan hingga mengalir di pipinya.

Nawra mengingat kembali saat ia pernah di kasari oleh mantan kekasihnya, ia digampar, ditendang, hingga dicelupkan kepalanya ke dalam bak mandi, bahkan sampai dilecehkan kemudian ditinggalkan begitu saja di toilet sekolahannya.

"BANGSATTT!" teriak Nawra lalu melempar vas bunga ke arah cermin hingga pecah.

"Salahkah aku, Ya Tuhan? jika aku hanya mencintai tanpa harus memiliki yang nantinya dapat melukai ku lagi, salahkah aku Ya Tuhaann?" teriak Nawra sambil menangis hingga tersedu-sedu.

Tak lama kemudian, Bik Nur, asisten rumah tangganya yang sudah seperti keluarga Nawra, masuk ke dalam kamar Nawra, kemudian memeluk dan menenangkan Nawra.

"Loh ... kamu kenapa, Nak?" sambil mengusap-ngusap kepala Nawra.

"Inget lagi yah masa itu? udah, Nak, yang berlalu biarlah berlalu. Kamu masih punya masa depan yang panjang, Nak. Masih banyak waktu untuk memperbaiki diri. Bibik saja yakin sama dirimu bakal menjadi orang yang jauh lebih baik kedepannya, apalagi kamu, kamu yang harus lebih yakin." sambil mengusap air mata Nawra yang mengalir begitu deras.

"Bik ... jangan sampai ketahuan Papah ya! hanya Papah satu-satunya pria yang tidak pernah melukaiku, dan aku harus bisa membanggakannya kelak, Bik."

"Iyah, tentu, Nak. Itu sudah pasti, sebagaimana pesan ibumu dulu, Bibik akan terus membela dan menjagamu sampai nanti," kembali memeluk erat Nawra.

Nawra pun berhasil ditenangkan oleh Bik Nur. Bik Nur sendiri adalah ART di rumah Nawra semenjak pernikahan Ayah dan Ibunya. Karena kejujuran dan kebaikannya, bahkan semua aib rumah tangga terjaga olehnya, maka dari itu, Ayah dan Ibu Nawra sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri, bahkan Ibunya Nawra juga sekampung dengan Bik Nur, yang mana membuat kedekatan mereka semakin erat.

***

Seminggu berlalu, kini Nadia sudah bersekolah di tempat yang baru. Ia telah menemukan sahabat barunya yang bernama, Salwa.

"DUH! kok pedes banget seblak cekernya, Sal?" ucap salwa sambil mengipas-ngipas mulutnya.

"Emangnya, ini kamu pesen yang level berapa tadi?" mengambil air minumnya.

"Level 10, sih. Ini mah gak terlalu pedes kok, Nad."

"Astagfirullah, SALWA!" Nadia meminum airnya sampai habis sebotol, namun masih kepedasan.

"Ya, kan tadi kamu aku tanya mau nitip apa, dibilang terserah, kan nggak tau aku kalau kamu gak kuat pedes, maaf ya, Nad."

"Aku ke toilet dulu, kudu kumur-kumur nih." Nadia bergegas lari menuju toilet sekolah.

Sesampainya di toilet, Nadia langsung berkumur-kumur di wastafel. Namun, ia kaget saat melihat cermin di atas wastafel.

"Astagfirullah, apaan nih? GILIRANMU SEBENTAR LAGI?" Nadia membaca tulisan bertinta merah di cermin itu.

Karena ketakutan, Nadia bergegas ke luar dari toilet dan pergi menghampiri Salwa.

-Bersambung-

*Assalamu'alaikum Haluers! Yuk bantu Share ke media sosial kamu, Vote, dan ramaikan seluruh paragraf dengan komen" kreatifmu, biar Author makin semangat dan segera merilis lanjutan ceritanya. Jazakumullahu, semoga bermanfaat dan sampai jumpa di chapter berikutnya👋

Продолжить чтение

Вам также понравится

ALIF Ismaawtn

Духовные

6.9M 488K 60
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
Ikhtiar Cinta dylaa

Духовные

265K 15.3K 37
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
212K 15.2K 47
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
GUS AZZAM النور

Духовные

4.9M 295K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...