Love Rendezvous in Paris (Com...

By m1ntea

197K 13.2K 488

CERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup... More

Coming Soon
Nouvelle Journée
Salut, Beau Gosse
Bon weekend
L'endormi
Une Déambulation Nocturne
Mon Coeur Bat La Chamade
Ces yeux bleus
Un pique-nique très parisien
Un Jour au Mauvais
Boulangerie Arnaud
Sous le Ciel Matinal de Paris
Se Rencontrent par Hasard
J'aurais Envie de T'embrasser
ANNOUNCEMENT
Quand Vous Prends Ma Photo
Passer Le Temps dans Le train
Quand On Souriait Pour Rien
Arpenter à Pied Le Vieux Lyon
Car Ta Main Était Sur Ma Taille
La Maladroite
Une Journée Bien Remplie à La Boulangerie
C'etait Pas mon Genre de Mec
Rencontre au Marché de Noël
Rendez-vous Cauchemardesque
Les Querelles Inutiles
Les Visites de l'appartement
On Peut Se Tutoyer
La Petite Mort
Ça a Juste Eu L'Air Bizarre Ce Matin
L'ombre D'un Doute
Vendre La Mèche
Tout Simplement Profiter de Doux Plaisir
Tu Tiens Me Chaud La Longue Nuit D'hiver
Indomie, Café et Tu
Suprise pour La St Valentine en Avance
Confiture de Fraises Fait Maison Pour Vous
Au Lit Avec Toi
L'idée Spontanée
Samedi à Bruxelles
Parlons autour d'une bière fraîche
Mathias et Gaël Se Rencotrent
Une Grosse Dispute
C'est Un Sentiment de Vide
C'est Difficile Pour Moi de Comprendre
La Douleur Exquise
L'amour fou
Jours merveilleux à Salzbourg

Je Ne Suis Pas Prête

2.6K 207 10
By m1ntea

Je ne suis pas prête  = Aku belum siap.


"Makasih banyak," ucap Regi ketika Mathias menurunkannya di depan dorm.

"My pleasure, ma cherié," balas Mathias dengan senyum yang menghipnotis . Mata biru pria itu menatap dalam-dalam dan membuat pipi Regi terasa panas.

Regi tersipu malu. Dia tidak tahan terus ditatap sedemikian rupa.

Mathias masih diam dibalik kemudi macam menunggu manuver berikutnya. Regi berdehem pelan. Dia sedikit gelisah. Ada keinginan mengajak Mathias masuk tetapi dia sedikit ragu.

 Regi mengepalkan tangan sebelum berkata," Mau ngopi? Aku punya kopi Kintamani Bali yang enak."

  "Sure." Mathias menjawab dengan cepat.

  Mata Mathias berkerlip senang. Pria itu tersenyum lebar dan langsung ke luar dari mobil. Regi menarik napas lega dan membalas senyum Mathias. Serta merta Regi membalas gandengan tangan Mathias ketika mereka menaiki lift menuju kamar.

"Aku buatkan kopinya. Kamu duduk dulu," ucap Regi ketika mereka masuk ke kamarnya.

Mathias langsung duduk di tempat tidur Regi dengan santai. Pria itu mengambil boneka kucing yang ada di situ.

  "Kamu suka kucing," tanya Mathias.

"Suka banget. Sayang di dorm enggak boleh pelihara binatang," ucap Regi.

"Yeah, makanya aku enggak mau tinggal di dorm. Terlalu banyak aturan. Lebih bebas di apartemen."

"Ini kopi kamu. Maaf, masih panas," ucap Regi menyerahkan mug kopi pada Mathias. Dia sedikit khawatir pria itu tidak suka dengan racikan kopinya.

Mathias menyeruput kopi perlahan. Matanya berkerling dengan genit dan tak lepas menatap Regi.

"Enak banget. Aku ingat waktu di Bali, kopi di sana luar biasa," ucap Mathias.

"Ini kopi dari Kintamani," sahut Regi sembari tertawa kecil.

"Great," ucap Mathias sembari meletakan mug di meja. Pria itu kembali menatap Regi dan memberikan senyuman tipis.

"You look so cute," cetus Mathias sembari mengeser tubuhnya mendekat Regi. 


Serta merta tangan Mathias mengelus-elus pipi Regi yang masih menikmati kopinya. Gesture ini sontak membuat tangan Regi gemetaran. Dia menggengam mug sekuat tenaga agar tidak tumpah. Dia tidak pernah berada sedekat itu dengan seorang pria. Apalagi dengan pria setampan Mathias.

"Ehm, thanks," balas Regi sedikit gugup. Pipinya terasa panas dan dia sulit menikmati seruputan kopi.

Mathias tergelak pelan. Tangannya dengan halus mengambil mug dari tangan Regi lalu menangkupkan tangan Regi pada tangannya.

 Regi menelan ludah. Ya Tuhan, Mathias sungguh tampan. Dia seperti sedang berada di samping seorang bintang film Hollywood. Mata birunya berkerlip terkena cahaya lampu. Dadanya yang bidang itu menempel pada tubuh Regi. Matanya tidak bisa berkedip menatap keindahan Mathias yang sulit dijabarkan dengan kata-kata.

Menyadari ke arah mana mata Regi, Mathias sontak memperbaiki posisi turtlenecknya. Dia menarik lengan panjang bajunya dengan gaya menggoda. Terlihat pria itu menikmati tatapan kagum Regi. Dadanya sedikit dibusungkan, membuat Regi semakin gugup.

"Ma cherie," bisik Mathias sambil menangkupkan ke dua tangannya di wajah Regi. 

Regi menahan napas ketika merasa bibir Mathias menyentuh bibirnya. Jantungnya berpacu lebih cepat. Keringat dingin mendadak mengalir di punggung. Regi masih belum berani menatap Mathias. Namun,  tangan pria itu ada wajahnya membuat dia sulit menoleh ke arah lain. Momen seperti ini tidak boleh berhenti begitu saja. Kepanikan mendadak melanda. Dia harus berbuat sesuatu.

Perlahan Regi  membalas ciuman Mathias. Bibirnya disentuhkan  pada pria itu dengan sedikit ragu-ragu.  Dia masih menahan napas. Kalau saja tangan Mathias tidak ada di wajahnya, bisa dipastikan Regi  akan terjatuh di tempat tidur.

"Ma cherie, kamu tegang sekali," ucap Mathias kembali membalas ciuman Regi.

"Eh, pardon (maaf). Eh sorry," ucap Regi lagi.

Mathias melepaskan tangkupan tangannya pada wajah Regi dan bersandar di  tembok tempat tidur. Kakinya mulai diselonjorkan. Tangannya mengelus-elus lengan Regi.

"It's all right. Aku ngerti kok, kamu gugup ngeliat aku kan?" ucap Mathias seraya memberikan kedipan.

Regi mengangguk dengan kaku. Ya, dia memang selalu gugup ketika berada dalam jarak yang sangat dekat dengan Mathias. Namun dia senang, sudah mampu membalas ciuman Mathias. Walau terasa aneh tetapi ya sudahlah. Dia memang masih amatiran!

"Come here," ucap Mathias menarik tubuh Regi ke arah dadanya. "Kamu jangan tegang. Santai aja. Aku enggak akan menyakiti kamu," lanjut Mathias.

Pria itu mengecup kepala Regi.

Regi mengangguk. Dia mencoba bersandar pada dada bidang Mathias. Orang bilang kalau bersandar pada dada pria akan terasa nyaman dan bahagia. Namun, saat ini rasanya sebaliknya. Ada kepanikan memenuhi benaknya. Jantung masih terus berpacu dengan cepat. Kepalanya sedikit pusing.

Mathias terus mengelus-elus lengan Regi. Kini tangannya bergerak ke arah dada Regi dan melepas satu kancing bajunya.

  "Mat-Mathias," ucap Regi panik.

  "Yes, dear," jawab Mathias dengan suara manis.

Regi menarik napas panjang. Dia memang ingin berhubungan seks dan ini momen yang tepat. Dia enggak boleh norak!

Melihat Regi yang tidak menjawab, Mathias melanjutkan manuver. Tiga kancing sudah terbuka. Dada Regi terpampang jelas. Regi mengerang dalam hati. Hatinya mulai bimbang. Apakah dia akan terus membiarkan pria itu mempreteli bajunya atau  harus berhenti.

Mathias mendorong tubuh Regi di tempat tidur. Pria itu menempelkan bibirnya pada puncak dada Regi.

Jantung Regi berpacu dengan cepat. Sekelebat saja muncul pikiran yang menakutan macam ada moster yang hendak melahapnya.

"Mat, please, no!" ucap Regi seraya mendorong tubuh Mathias dengan panik.

Mathias terkaget. Pria itu menatap Regi dengan syok. Matanya memicing tidak suka.

  "What the hell," seru Mathias dengan kesal.

  "So-sorry, aku- aku belum siap," ucap Regi sambil bangkit duduk.

 Mathias menyisir rambut dengan jemari tangan. Terdengar tarikan napas panjang dari pria itu. Dia ikut duduk di tempat tidur dan menatap Regi dengan wajah tidak percaya.

"Aku pikir kita sama-sama suka. Kita udah beberapa kencan," cetus Mathias.

Regi menundukan kepala. Sebenarnya ini kencan pertama. Sebelumnya mereka hanya belajar bersama. Namun, dia tidak berani mengucapkan dengan lantang.

  "Sorry," ucap Regi lagi.

  "Well, aku mengerti. Kamu gadis yang tidak pernah ketemu dengan pria macam aku," ucap Mathias segera bangkit berdiri. "Aku pulang, " ucap Mathias tanpa basa-basi.

  Regi menelan ludah. Dia tidak tahu harus mengucapkan apa. Dia membiarkan Mathias keluar dan membanting pintu.

                                                                                 ****

Regi bersandar di tembok tempat tidur dengan tatapan nanar. Maya sibuk membuatkan cokelat hangat.

Ketika Mathias pergi, Regi langsung mengetuk kamar Maya. Dia harus curhat. Kalau bisa mengulangi semua adegan sejak Mathias masuk ke kamar, Regi mau melakukannya. Dia akan lebih menyiapkan mental dan tidak bersikap norak.

"Minum dulu," ucap Maya.

  Regi menyeruput cokelat dengan pelan. Maya menepuk-nepuk punggung tangan Regi. Sahabatnya itu menunggu dengan sabar sampai dia siap bercerita.

"Aku rasanya bodoh banget," ucap Regi setelah beberapa saat terdiam.

  "Non (tidak). Aku udah bilang masalah seks enggak bisa dipaksa. Kalau belum siap lebih baik enggak," ucap Maya menghibur.

Regi menarik napas. Seandainya dia lebih berani menghadapi Mathias tentu sekarang dia akan sama dengan teman-teman lainnya yang cool, gaul dan  tidak kuper lagi.

"Kamu jangan jadikan seks sebagai tekanan. Harus dinikmati. Kalau dari cerita kamu, kamu enggak menikmati sama Mathias," kata Maya lagi.

"Aku gugup aja. Aku belum pernah ngajak pria masuk kamar."

"Bisa jadi tapi aku ngerasa kamu memang selalu gugup kalau dekat Mathias. Kamu jadi enggak lepas dan bebas. Beda kalau kamu sama Gaël."

"Maya! Kenapa bawa-bawa nama Gaël," protes Regi.

Maya tertawa tergelak.

  "Karena kontras aja melihat interaksi kamu dengan Gaël, lalu kamu dengan Mathias. Kamu itu menganggap Mathias kayak selebriti. Kamu terlalu mengagumi. Enggak sehat kayak gitu. Kalau jadi pacar, kamu enggak boleh terlalu mengidolakan pacar kamu. Perasaan kalian harus equal," jelas Maya panjang lebar.

  "Sama Gaël juga enggak equal. Aku yang rame sendiri sementara Gaël diam aja," tukas Regi.

"Karena Gaël orangnya kaku tapi kalian kelihatan lebih nyambung. Kamu waktu abis jalan di Lyon sama dia lebih bahagia. Iya kan?" sahut Maya.

"Aku rasa karena kami udah berapa kali ketemu aja. Sama Mathias kan baru benar-benar kencan di Christmas Market. Jadi aku gugup." Regi masih berkelit.

Maya menatap Regi beberapa saat lalu berkata," Mungkin juga. Coba kamu ajak lagi kencan. Tes gimana reaksinya. Barangkali memang kalian belum ketemu  frekuensi yang sama."

"Aku mau coba ngajak dia jalan." Regi mengambil keputusan dan tersenyum. Perasaannya sekarang lebih baik. Barang kali di kencan kedua dia sudah bisa lebih santai.

"Tapi, aku tetap percaya kamu lebih cocok sama Gaël," seloroh Maya.

Regi melotot dan melempar bantal ke arah muka Maya.

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 45.7K 200
Season 1. "Aku menyukaimu, Vero, maukah tidur denganku?" Tanya Julia, wanita pekerja sukses yang hanya menjadikan laki-laki sebagai mainan seksnya...
2.2M 272K 63
Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sek...
56.1M 3M 85
Mika, seorang gadis pembuat onar, sementara Angkasa adalah ketua OSIS yang paling disukai di sekolah mereka. Tidak ada yang menduga kalau dua orang b...