One Night Stand πŸ”ž

By dasp98

100K 2K 66

Hanya melihat Dave yg rutin datang ke sebuah bar membuat Allen jatuh hati dan ingin dekat dengannya. Allen se... More

Bab 1 - Pelukan Hangat
Bab 2 - Makan Malam
Bab 4 - Morning Sex πŸ”ž
Bab 5 - Rumah Sakit
Bab 6 - Pasangan
Bab 7 - Persiapan
Bab 8 - Menikah
Bab 9 - Bulan Madu πŸ”žπŸ‘™
Bab 10 - Nathan Datang
Bab 11 - Pisah Ranjang
Bab 12 - Allen Sakit
Bab 13 - Istirahat
Bab 14 - Dokter
Bab 15 - Hamil

Bab 3 - Wine πŸ”ž

13.8K 216 5
By dasp98

7 hari untuk menikah dan harus mencari calon bukan hal yang mudah. Bahkan orang yang sudah punya calon saja perlu persiapan lebih dari 7 hari untuk pernikahan impiannya. Menyetujui ide Penelope untuk menikah dalam waktu 7 hari adalah hal bodoh yang Dave lakukan selain percaya kalau ada peri gigi yang menukar gigi susunya dengan koin emas.

"Permisi aku mencari Lily Allen," ucap Dave yang langsung mencari manajer restoran tempat Allen bekerja.

"Oh, Allen masih bekerja, satu jam lagi baru selesai."

Sial, Dave masih harus menunggu. Sehari 24 jam, 7 hari 168 jam, dan waktu Dave akan terbuang sia-sia satu jam. Tinggal 167 jam dan ia belum membuat kesepakatan atau bicara apapun dengan Allen. Dave harus tenang, jadi ia memutuskan untuk memesan ice cream dan kentang goreng untuk menemaninya berfikir. Ia harus mengatur strategi dengan benar. Ia harus bisa mendapat kesepakatan yang bagus dengan Allen. Apapun caranya!

"Tuan Dave!" suara Allen terdengar memanggil Dave, tapi ketika Dave menengok kanan dan kiri juga belakang tak ada Allen sama sekali.

"Tuan Dave!" panggil Allen lagi. Dave kembali menoleh dan mendapati badut anjing maskot restoran yang melambai-lambaikan tangannya. Maskot itu mendekat ke arah Dave, Dave langsung bangun dari duduknya berusaha mengambil jarak darinya.

Maskot itu membuka kepalanya. "Tuan Dave!" panggil Allen. Dave langsung menghela nafas begitu tau Allen yang di dalam badut maskot itu.

"Apa yang kau lakukan dengan kostum itu? Menyeramkan sekali... " keluh Dave.

Allen tersenyum lalu memakai kembali kepala maskotnya. "Hiii... " Allen berusaha menakut-nakuti Dave yang masih saja memberi jarak meskipun tau Allen yang ada di dalamnya.

"Allen!" bentak Dave agar Allen tak mendekat. "Ayo bicara, aku mau kita bicara serius!" ajak Dave mendadak.

Allen langsung membuka kepala maskotnya lagi. "Ssttt..!! Sabar, jangan bicara di sini." Tahan Allen pada Dave yang mengira Dave akan membahas masalah mobil lagi.

Dave mengerutkan alisnya heran.

"Tunggu aku ganti baju dulu!" Allen langsung berlari masuk dan buru-buru mengganti pakaiannya sebelum berbicara serius dengan Dave sementara Dave menunggunya.

Allen buru-buru menemui Dave lalu menggandengnya keluar, lebih cenderung menyeret Dave keluar dari pada menggandengnya. "Kita jangan pergi ke tempat mahal ya, aku tidak punya uang... " ucap Allen sambil berjalan ke mobil Dave.

Dave kembali mengerutkan keningnya. Ia benar-benar heran, apa mungkin Allen tipe perempuan yang suka menghabiskan uangnya untuk membayar pria penghibur? Begitu pikir Dave karena Allen begitu enteng menawarkan traktiran padanya. Dave juga jadi berfikir kalau Allen kerja begitu keras untuk mencukupi kegemarannya membayari pria. Mungkin terdengar aneh, awalnya Dave juga berfikir itu adalah hal aneh yang tidak wajar. Tapi begitu ia rajin ke tempat hiburan malam dan mendapati banyak wanita paruh baya yang membayar untuk bisa menghabiskan waktu dan bersenang-senang dengan pria muda Dave bisa mulai memakluminya.

Tapi Allen kan masih muda, untuk apa pula Allen membayar pria? Bukankah bisa menjalin hubungan Friend With Benefit saja? Allen juga tidak terlihat seperti wanita yang haus akan sex. Lalu kenapa Allen begitu semangat mentraktir Dave? Sudahlah apapun alasannya sekarang Dave tak peduli, ia hanya perlu memikirkan bagaimana cara termudah untuk membuat kesepakatan dengan Allen.

"Kita kemana?" tanya Allen.

"Apartemenku... Kita bicara di sana saja."

"Kenapa tidak di bar?"

"Dan membiarkan manajer restoranmu tau kalau kau menubruk mobilku?" Dave membalikkan pertanyaan Allen sambil menunjuk mobil dengan stiker restoran cepat saji tempat Allen bekerja.

Allen langsung menggeleng dan mengikuti Dave masuk ke dalam lift tanpa berprasangka apa-apa lagi. Ia yakin saja semua akan baik-baik saja yang penting bosnya tidak tau.

"Minum?" tawar Dave sambil berjalan masuk ke apartemennya.

"Tuan tinggal sendiri di sini?" tanya Allen sambil mendongak menatap langit-langit apartemen Dave dan memperhatikan tiap hiasan yang ada di dalamnya, juga karya seni yang di pajang Dave.

"Begitulah, duduklah..." Dave mempersilahkan Allen sambil mengambilkan sebotol wine dan dua buah gelas.

Allen duduk di sofa panjang yang terlihat begitu empuk dan cukup menggoda Allen untuk mencoba tidur di atasnya seperti seekor kucing. "Aku tidak minum wine... " tolak Allen lembut.

"Tidak sopan... " singgung Dave pelan.

Allen menghela nafas lalu meminum wine yang sudah di tuangkan Dave untuknya dengan sekali teguk. "Jadi... "

Belum mulai Allen bicara, Dave mengeluarkan sebuah berkas dan memberikannya pada Allen. "Aku tidak bermaksud memanfaatkan kesalahanmu padaku. Aku juga tidak bermaksud memanfaatkan perempuan kere sepertimu... " Dave membuka pembicaraan yang sudah langsung menyinggung perasaan Allen. "Ibuku berusaha menjodohkanku dengan orang yang sama sekali tak ingin ku nikahi. Aku ingin hidup bebas. Jadi aku ingin menawarimu pekerjaan..."

Allen sudah langsung menaruh curiga begitu melihat map yang tertulis dokumen rahasia Dave Mcclain, di tambah arah pembicaraan Dave yang mulai ngelantur begini. "So?" tanya Allen sambil menahan pusing di kepalanya.

"Aku akan menawarimu kontrak kerja, selama sebulan kau akan menjadi pasanganku. Kita pura-pura menikah lalu bercerai. Kau akan dapat bayaran 50 kali lipat gajimu yang sekarang plus bonus apartemen." Dave langsung memberikan penawaran yang menjanjikan.

"Satu bulan? Menikah? Kau gila! Orang bodoh mana yang percaya pada pernikahan yang hanya satu bulan? Jagung saja masa tanam hingga panen butuh 3 bulan. Kau ini anjing atau apa?" tanya Allen yang malah mempermasalahkan lama waktu kontraknya.

Dave menghela nafas, lalu mengambil laptopnya dan mulai mengedit. Sementara Allen menuangkan kembali wine ke dalam gelasnya menunggu Dave mengajukan waktu yang pas.

"Pernikahan itu bukan permainan, hanya karena kau punya uang bukan berarti bisa bermain-main dengan komitmen. Menikah itu janji pada Tuhan, pasangan, keluarga. Itu bukan mainan... " ucap Allen yang mulai mabuk menasehati Dave.

"Lalu apa kau mau menikah sungguhan denganku?" goda Dave mengejek Allen.

Allen menghela nafasnya. "Entahlah... Aku takut terikat pada siapapun sekarang... " jawab Allen sambil tersenyum miris.

"Empat bulan bagaimana?" tanya Dave kembali ke kontraknya.

"Kau pernah lihat orang menikah hanya empat bulan?" tanya Allen.

"Satu tahun, jangan lebih." Putus Dave tak mau berdiskusi lagi.

Allen tersenyum lalu meluruh ke sofa. "Aku tidak bilang setuju untuk menikahimu, aku hanya memberi saran... " ucap Allen yang membuat Dave jengkel apa lagi Dave terlanjur mencetak perjanjian yang baru.

"Sialan!!!" geram Dave yang hanya di balas dengan senyuman mengejek dari Allen yang terkapar di sofanya.

"Dave mirip seperti dove (merpati), kenapa namamu Dave?" Allen mulai bicara melantur.

Dave langsung menyaut botol wine yang di genggam Allen. Sudah habis setengahnya dan tampak jelas bila Allen sangat mabuk. Jelas sekali Dave dari tadi mengobrol dengan orang mabuk dan tidak benar-benar waras.

"Dave, kau ini tampan. Banyak wanita cantik yang mau denganmu, kenapa harus aku? Selain itu kelihatannya kau juga kaya, kenapa tidak lakukan sesuatu yang lebih berguna?" Allen mulai meracau menasehati Dave.

"Kau mabuk, tau apa soal diriku?!"

Allen menggeleng. "Aku tidak mabuk!" bantah Allen. "Kau tau kalau aku jadi kau, sekarang mungkin aku akan menyumbangkan uangku untuk panti asuhan... " Allen belum selesai bercerita ia sudah terlelap, KO begitu saja.

Dave memejamkan mata. Harusnya ia tidak memaksa Allen minum. Dave mulai mengemasi dokumen di meja lalu merapikan gelas dan wine. Dave ingin mengantar Allen pulang tapi ia tak tau dimana Allen tinggal. Selain itu Dave juga tidak tega membangunkan Allen untuk menanyakan alamat.

"Allen kau mau menandatangani kontrak denganku?" tanya Dave yang teringat pada tujuannya membawa Allen.

"Tidak, kontrakmu bodoh sekali, tidak realistis..." saut Allen lalu bangun yang membuat Dave terkejut.

"Ada materai di atasnya, cukup realistis kan?" Dave berusaha meyakinkan Allen.

Allen menggeleng. "Dulu suster di panti juga menandatangani surat seperti itu. Lihat, pantiku tetap di gusur..."

Dave menghela nafas bingung harus meyakinkan Allen bagaimana. Allen terlalu sering di bohongi, Dave yang berusaha jujur padanya jadi kena imbasnya. Tapi saat Dave sedang berfikir tiba-tiba... Hug! Allen memeluk Dave dari samping.

"Kalo kamu butuh teman kamu tinggal bilang, tidak usah bayar ku temani..." bisik Allen lembut lalu menghembuskan nafasnya perlahan.

Dave menatap Allen yang memeluknya dengan alis berkerut. Tidak! Jangan lagi. Dave tidak mau mengambil keuntungan. Tapi... Cup! Allen mengecup bibir Dave.

"Allen! " bentak Dave tak percaya dan langsung bangun dari duduknya. "Kau mabuk! Dimana rumahmu, ku antar pulang! " Dave masih berusaha waras.

Allen menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau pulang, aku belum ada uang untuk membayar sewa... " jawab Allen sambil memalingkan wajahnya.

Dave menghela nafasnya. "Kalau kau mau tanda tangan kontrak denganku, ku berikan uang jaminan sebagai bukti keseriusanku. Kau tinggal sebut berapa, akan ku beri... " Dave kembali duduk di samping Allen.

"800$?" Dave langsung mengambil uang di dompetnya dan memberikan pada Allen.

"Tanda tangan... " pinta Dave. Tanpa pikir panjang Allen langsung menandatangani berkas yang di sodorkan Dave. Tak cukup di situ Allen juga menggigit ujung ibu jarinya hingga berdarah dan memberikan cap jempol di atasnya.

Dave tersenyum sumringah lalu secara refleks mencium bibir Allen. "Good girl! " puji Dave yang membuat Allen tersipu.

Continue Reading

You'll Also Like

37.4K 3.8K 23
"Oh Sehun. Love's a game. Wanna play?"
109K 1K 15
(19+) ROMANCE - YOUNG ADULT - FAMILY TIME SERIES BAGIAN 1 β€’β€’Penyesalan itu bukan kesalahan, tapi pelajaran. Dan itu selalu menjadi alasan kuat, menga...
100K 2.3K 11
ternyata menjadi perempuan yang polos dan mudah mengagumi orang lain itu sulit , terkadang sulit untuk melupakan apalagi menahan . setiap kali bertem...
PainKiller By Mora

General Fiction

1.6M 8.3K 5
[17+] PAIN SERIES: #1 INGAT! POKOKNYA BIMBINGAN ORANG TUA KARNA BANYAK ADEGAN KURANG BAGUS UNTUK DICONTOH! (NO ADEGAN SEX!) Dibalik semua bencana ada...