Unless You

由 Pandayusy

167K 3K 29

[ON EDITING] Aku kembali. Kembali untuk memenuhi janjiku. Kembali untuk menemui lukaku. Kembali untuk mel... 更多

Tingtong-
1. Come back
2. Welcome to Home.
3. Hi luka, aku kembali.
4. I am shocked
5. MENGHINDAR ASA
7. LONG TIME NO SEE
8. RASA DAN WAKTU
9. TERDALAMNYA SEBUAH LUKA
10. DIBALIK SEBUAH PERMINTAAN
11. BERTEMU UNTUK MERELAKAN
12. PELUKANMU

6. ROLLER COASTER & ICE CREAM

4.9K 222 4
由 Pandayusy

           

Ara tidak tahu kemana tujuan pastinya. Hanya saja mulutnya tanpa ia perintah mengucapkan tempat rekreasi yang dulu pernah jadi tempat favorit-nya bersama Kay.

"Mba sudah sampai," ucap Supir taksi yang Ara tumpangin.

Dengan tersenyum pun Ara memberikan beberapa lembar uang sesuai dengan Argo yang tertera.

"Kembaliannya mba," panggil bapak supir itu ketika Ara hendak Turun.

"Ambil saja pak," balas Ara. Dia pun turun dan menutup pintu Taksi.

Langit yang berwarna lebih gelap tidak menyurutkan langkah Ara. Terlihat sebentar lagi akan hujan, namun Ara tetap memilih untuk masuk ke dalam wahana rekreasi tersebut. Setelah membeli karcis dirinya pun masuk.

Tidak lupa sebuah cap ditangannya. Ara tersenyum, dulu sama Kay dia akan berlomba mana cap yang paling rapih. Tapi sekarang hanya dirinya sendiri saja. Mata Ara mencari-cari kemana ia akan pergi terlebih dahulu. Karena sudah sangat lama tidak ke sini, akhirnya dia pun juga sedikit lupa.

Akhirnya Ara memilih untuk ke area roller coaster. Dia tidak takut dengan permainan seperti ini. Berbeda dengan Kay. Ara hanya tersenyum pedih ketika kenangan-kenangan itu menyeruak kembali. Meski orang lain yang melihatnya akan merasa bahagia.

Setelah 20 menit dibawa berputar-putar dan naik turun. Ara pun selesai, meski sedikit pusing tapi dia tetap merasa senang dengan permainan ini. Entah hanya saja dirinya merasa bebannya sedikit terangkat dengan hal ini. Ara pun kembali berputar-putar mengelilingi berbagai wahana. Namun tidak ada yang menarik ahtinya kembali.

Melirik jam tangan mungilnya waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ara pun memutuskan untuk pulang. Tapi, terlihat sebuah stand lucu penjual es krim yang buat hati Ara tergerak. Dia pun menghampiri stand tersebut. Dan selalu setia dengan memesan es krim rasa kesayangannya.

"Hi mba, matcha 1 dan vanilla 1 yah," sapa Ara kepada penjaga stand yang cukup manis menurutnya.

"Silahkan mba," ujar penjual tersebut sambil memberikan 2 cone es krim yang Ara pesan. Dan Ara pun membayar sesuai bill.

"Kembaliannya buat mba aja."

Penjual itu pun tersenyum, tidak ketinggalan dengan Ara. Dia merasa harus berbagi rezeki saat masih ada yang membutuhkan. Dengan riang Ara memakan es krim sambil berjalan ke arah pintu keluar.

Bruk!

Ara yang tidak siap dengan tabrakan pada pundaknya pun terjatuh. Termasuk dengan 2 es krim kesayangannya.

Ice cream gueeee!!! Teriak Ara dalam hati. Baru saja dia menikmati es krimnya, tapi sudah ada yang menabraknya.

Ara pun berusaha untuk bangkit sendiri. Sudah sebal dengan orang yang menabraknya. Ingin marah tapi rasanya malas.

"Hei, gapapa?"

Suara pria yang sangat kentara terdengar di kupingnya.

Ara pun tidak menyaut hanya membersihkan roknya yang sedikit kotor karena tersentuh dengan tanah tadi.

"Bodo amat!" Balas Ara jutek dan langsung pergi dari tempat itu.

Ara tidak sempat melihat bagaiman rupa pria itu. Karena yang dia sadari adalah laki-laki itu sangat tinggi. Dan hanya bisa melihat kemeja berwarna hitam yang melapisi tubuh pria itu.

Dia pun berlari kecil. Dan memberhentikan taksi yang lewat. Tanpa Ara sadari, pria yang tadi menabraknya terus memerhatikan Ara hingga taksi yang dinaiki Ara menghilang di depan.

Pria dengan warna mata hanzel dan rambut hitam dengan sedikit poni yang membuatnya terlihat begitu manis. Tersenyum manis searah dengan pikirannya yang mengingat wanita yang ia tabrak tadi.

*

Sementara Ara di dalam taksi, merasakan ada hal yang aneh. Bukan karena ia merasa sebal es krim nya hilang. Tapi karena pria yang tadi menabrak dia. Rasanya begitu familiar dengan suaranya. Semakin Ara memikirkan, semakin ia tidak mengerti siapa pria itu. Mungkin hanya orang yang pernah ia dengar suaranya di jalan.

Tidak terasa perjalanan kurang lebih 2 jam, ia sudah kembali ke rumah yang begitu banyak kenangan. Meski rasanya tidak begitu pas. Ada yang berbeda. Tapi Ara tidak mau memikirkan lebih jauh.

Ara pun turun dari taksi dan disambut langsung dengan Pak Slamet. Satpam rumahnya yang sudah mengikuti kelaurga nya sejak ia masih berumur kecil.

"Loh, kok non Ara baru pulang? Ga bareng sama Den Ori non?" Tanya Pak Slamet yang sedikit kaget melihat Ara sendiri.

"Ga pak, tadi saya pergi dulu. Kak Ori sudah datang?"

"Sudah non. Itu dari tadi pusing nyariin non, mondar-mandir. Takut Non kenapa-kenapa kayaknya." Jelas Pak Slamet.

Ara pun hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih saat pintu gerbang di bantu Pak Slamet untuk ditutup. Dan benar saja ia sudah melihat mobil kesayangan kakaknya di carport. Bahkan terdengar suara ribut dari dalam rumahnya.

"Ih Bunda sama Ayah, aku lagi khawatir sama Ara kok kalian malah ketawa sih. Dia tuh pergi gitu aja Bun pas Riani salah ngomong.."

Sekilas terdengar ocehan kakaknya. Ara hanya tertawa kecil melihat tingkat kakaknya. Sudah dibilang bukan? Kakaknya akan terlihat cool saat berada di luar rumah. Berbeda saat dirinya ada di rumah.

"Assalamualaikum." Ara mengucapkan salam saat memasukkin rumahnya.

"ARAAAAAAA!!!"

Sekejap Ara memeramkan matanya. Melihat tingkat Ori yang luar biasa berteriak tiba-tiba membuat kupingnya sedikit berdengung.

"Lo dari mana aja sih? Ga lihat itu jam? Lo balik jam segini. Gimana kalau ada apa-apa? Terus hp lo kenapa ga aktif? Lo ga tahu kan Jakarta sekarang bahayanya gimana? Terus.."

"Berisik lu kak!" potong Ara.

Ara pun memilih untuk menghampiri Bunda dan Ayahnya yang sedang duduk santai sambil melihat film yang sedang diputar. Tidak lupa untuk mencium pipi orang tuanya. Hal yang selalu Ara rindukan saat dirinya jauh dari orang tua.

"Hi Bun, Yah," Sapa Ara. Dan langsung duduk manis di tengah-tengah orang tuanya.

"Darimana aja Ra? Ga lihat tuh kakakmu? Udah kaya cacing kepanasan dari tadi." Tanya Ayahnya.

Ara pun tersenyum lebar, "Main ke dufan Yah."

Ayahnya pun mengangguk. Meski tidak terlalu ia tunjukkan karena ia percaya anak perempuannya itu bisa menjaga diri.

"Sana kamu istirahat dulu. Bunda juga udah pisahin kamu untuk makan malam kalau lapar." Ucap Bundanya yang memerintah Ara untuk beristirahat.

Terlihat jelas di wajah Ara dia kelelahan. Sementara Ori dengan begitu perhatiannya langsung berjongkok di depan adiknya.

"Ngapain lo kak?" Tanya Ara.

Ayah dan Bundanya mengerti maksud Ori.

"Udah naik aja Ra. Kapan lagi Ori mau gendong kamu?" Perintah Ayahnya.

Ara pun tertawa kecil dan menuruti perintah sang Ayah. Ara langsung naik ke belakang punggung Ori dan melingkarkan tangannya di leher Ori.

"Nah, gimana lo masih ga bersyukur punya kakak sebaik gue?"

Ori pun mulai berdiri dan berjalan menuju kamar Ara.

"Gue selalu bersyukur kok punya kakak kaya lo. Bahkan sejak dulu."

Ara menyandarkan kepalanya di pundak Ori. Tangga demi tangga Ori lewatin untuk menuju kamar adiknya tersayang. Ara tidak banyak bicara. Baru terasa tubuhnya lelah. Padahal ia berencana untuk meminta es krim dengan sang kakak.

"Buka pintu Ra," ucap Ori. Ara yang hampir memejamkan matanya pun terbangun. Dan mendorong pintu kamarnya. Puh nya sudah rapih berada di atas kasur.

"Jangan lupa mandi dulu. Terus nanti langsung tidur. Kakak nyalain airnya yah," ucap Ori.

Ara hanya mengangguk tanpa membalas apapun. Dirinya langsung memeluk Puh dan mencoba masuk ke dalam mimpi. Tapi tetap saja tidak bisa, karena Ori sudah menariknya kembali. Dan mendorong ke dalam kamar mandi.

Hufh, desah Ara dalam hati. Terpaksa ia harus menuruti kakaknya.

Setelah beberapa menit di dalam kamar mandi, Ara pun sudah selesai dengan menggunakan piyama bermotif baby panda kesukaannya.

Ori masih asik di depan tv miliknya sambil menonton film horor. Rutinitas seperti ini sering mereka lakukan dan tidak ketinggalan ada Renan.

"Udah sana tidur. Kakak nonton film di sini," ucap Ori sambil menunjuk ke Ara kasur dengan dagunya.

"Iya bawel. Lo sekarang jadi makin bawel yah lebih dari Bunda." Balas Ara.

"Bodo amat."

Ara hanya menggeleng dan memilih mengambil selimut serta bantal dan puh. Lalu tidur di samping kakaknya.

"Loh kenapa ga di kasur?" Tanya Ori dan mengerutkan keningnya.

"Mau sambil nonton." Jawab Ara singkat.

"Mau makan? Biar kakak ambilin."

"Ga usah kak. Mau minum cola aja."

Ori pun kelaur dari kamar Ara dan mengambil minuman yang ia simpan di dalam kulkas yang ada di kamarnya.

"Nih," Ori memberikan sekaleng minuman soda ke Ara.

Ara pun hanya tersenyum dan mengambil handphone yang sedari tadi ia tidak pegang yang ada di atas kasurnya. Membuka aplikasi chatting di mana ia masih menyimpan kontak Kay.

Entah dari mana kekuatan itu ada, Ara pun memilih untuk memulai percakapan dengan Kay.

Aprayuna Medianata L : Hai

send.

Setelah sekitar sepuluh menit tak ada jawaban ara memutuskan untuk tidur. Namun, tiba-tiba notif berbunyi.

Kayro Aldralic F : Ra? Ini kamu?

Jawaban dari Kay membuat Ara tersenyum sedih. Ada perasaan bersalah sekelebat di dalam hatinya.

Aprayuna Medianata L : Lo kira siapa Kay? Ini gue lah.

Kayro Aldralic F : Lo beneran Ara gue?

Aprayuna Medianata L : Iya ini gue.. lo kira siapa hahah. Apa kabar?

Kayro Aldralic F : Demi apa Ra? Kemana aja lo? Kenapa baru ngabarin gue? Mau gue samperin lo di sana? Ya Allah akhirnya lo kasih kabar ke gue Ra. Setelah sekian lama.

Aprayuna Medianata L : Iya sorry. Gue sibuk. Dan ga sempat buka-buka hp gue lagi.

Kayro Aldralic F : Sibuk? Selama 3 tahun lo sibuk ra? Ga bisa lo ngasih kabar gue meski cuman semenit?

Aprayuna Medianata L : Hahahahah.

Kayro Aldralic F : Kenapa ketawa? Lo sekarang ada di mana? Lo udah balik ke Jakarta?

Ara hanya melihat pesan dari Kay tanpa ada niatan membalas kembali. Kakaknya masih asik dengan film yang terus berputar. Ara pun memutuskan untuk memasang selimut dan tiduran di samping kakaknya. Berharap semoga mimpi cepat membawanya terlelap.

Jika kembali dipikirkan, mungkin saja Ara memiliki kekuatan ini karena roller coaster dan 2 es krim yang membuatnya tenang. Dan.. suara familiar pria yang tadi ia temui. Meski ia tidak tahu pria itu siapa.

继续阅读

You'll Also Like

486K 39.8K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
514K 52.6K 23
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
1.6M 77.9K 53
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
702K 67.3K 32
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...