Raise - Tsarina

By Farmuhan

193 83 11

Ini adalah Anastasia Nikolaevna Romanova. Seorang putri dari keluarga Romanov yang dieksekusi mati oleh tenta... More

Prolog
Bab 1 - Dewi Narrum
Bab 2 - Eksistensi
Bab 4 - Istana Kremlin
Bab 5 - Ern dan Ven.
Bab 6 - Penghakiman.
Bab 7 - Izar Ernorucub

Bab 3 - Tesseract

20 10 0
By Farmuhan


Rasa sakit yang diakibatkan oleh Dewi Narrum cukup membuat Anastasia sangat kesakitan hingga dia pingsan. Saat dia sadar dan bangun dari pingsannya, dia mendapati dirinya sekarang duduk di sebuah ruangan yang aneh.

Ruangan itu juga terasa gelap dengan cahaya remang-remang yang ditimbulkan oleh celah - celah banyaknya ruangan yang berjejer dari segala arah. Ruangan-ruangan itu ada yang berulang serta saling bertumpuk satu sama lain. Tidak hanya itu juga, ruangan-ruangan itu berputar dari tempat yang sama dan tempat yang lain sehingga seakan-akan bisa melihat seluruh sudut-sudut yang terasa tidak seperti sudut-sudut. Gerakan-gerakan ruangan tersebut terus bergerak tanpa henti dengan pola yang tidak jelas.

Anastasia yang berada di sana mulai menjadi pusing dengan apa yang dia lihat. Tidak hanya itu juga, pemandangan ruangan itu juga pernah dia lihat sebelumnya saat Dewi Narrum melemparnya. Hanya berbeda karena dia sekarang bisa melihat ruangan tersebut tanpa membuat dirinya terlempar seperti dulu.

Anastasia mencoba melihat di sekitarnya sambil melihat-lihat ruangan-ruangan yang bergerak tidak jelas tersebut. Dia juga bisa melihat ada manusia dan makhluk-makhluk lainnya saling berjalan dan hidup di salah satu ruangan—tidak, banyak ruangan dengan manusia dan makhluk yang sama. Hanya saja saat mereka bergerak, gerakan mereka tidak sama dan semuanya berbeda.

"Siapa nama ayah kamu!"

Anastasia yang terlena dengan pemandangan aneh tersebut langsung kaget ketika dia tiba-tiba diteriaki oleh seseorang yang tiba-tiba memegang kerah bajunya.

Anastasia mencoba mengedipkan matanya agar dia bisa melihat dengan jelas siapa yang berteriak kepadanya. Berhubung tempat tersebut agak remang-remang. Apalagi cahaya yang bisa dia dapatkan hanya bisa berasal dari cahaya kecil yang keluar dari ruangan-ruangan tersebut.

Seseorang yang memegang kerahnya rupanya seorang perempuan muda, rambutnya hitam pendek dengan kacamata bulat tanpa gagang yang menempel di hidungnya. Selain itu dia juga punya telinga yang aneh, telinga yang sama seperti ib—tunggu? Entah kenapa Anastasia merasa dia pernah melihatnya. Dia mirip sesuatu. Telinga panjang dengan gigi taring bawah yang keluar dari mulutnya. Dia seperti pernah melihatnya, tapi siapa—

"Hei! Jawab aku, Kak Elva! Siapa nama ayahmu!" teriaknya lagi sambil menggoyangkan tubuh Anastasia.

"Hei, hei, sabar Sofia. Sabar!" ucap seorang pria yang ada di sebelahnya sambil membawa perempuan muda bernama Sofia menjauh dari Anastasia.

"Kita harus tahu siapa yang dibunuh oleh Dewi bangsat itu, Kak Jue! Dia pasti sudah membunuh seseorang dari kita." balas Sofia kepada pria tersebut yang rupanya bernama Jue.

Perawakan Jue juga hampir mirip seperti Sofia. Bedanya dia adalah seorang pria dengan tubuh yang lumayan tinggi.

"Sabar. Dewi Narrum—"

"Jangan menyebut nama bangsatnya itu, Kak Jue!" potong Sofia.

"Baiklah. Bagaimana kalau Dewi Aneh?"

"Itu lebih baik."

"Baiklah. Sekarang kau harus sabar dan kita harus tahu informasi yang lebih jelas. Apalagi kau tiba-tiba langsung bertanya kepada Elva. Memangnya Elva tahu apa?"

Anastasia mencoba melihat kedua orang itu dengan seksama. Tiba-tiba sama seperti saat dia bertemu dengan ib—Tunggu? Terjadi lagi. Dia bahkan tidak mengingat siapa wanita yang tadi dia temui sebelumnya saat dia pertama kali bangun. Tapi setidaknya, efek yang sama terjadi ketika dia melihat dua orang tersebut. Kenangan yang dimiliki oleh tubuh yang dia tempati, Elva Merlinstone langsung muncul semua di matanya.

Mereka berdua adalah Sofia Merlinstone dan Jue Merlinstone. Jue adalah kakak laki-laki ke tujuh yang berada di atasnya dan Sofia adalah adik perempuan kecilnya. Dia sendiri juga mengetahui kalau dirinya adalah anak kedelapan dari 15 bersaudara. Nama ayahnya adalah Adripil Merlinstone dan nama ibunya adalah.........

Tunggu, siapa nama ibunya sendiri? Anastasia langsung merasa bingung dengan pertanyaannya sendiri. Wajah wanita yang baru saja dia temui saat pertama kali lahir kembalipun juga hilang. Apa yang terjadi?

"Kak Elva!" panggil Sofia.

Hanya saja Anastasia tidak bisa menjawab apa karena dia masih kebingungan dan tidak bisa mengingat apa-apa.

"Kak Elva!" panggil Sofia lagi sambil menggoyangkan tubuhnya.

"A-apa?"

"Siapa nama ayahmu?"

"Ayah, ayahku... uhhmmmm. Adripil Merlinstone."

"Lalu siapa nama ibumu?"

"Ibu... uhmmm, ibuku. Tunggu, apa aku punya ibu?"

"Tentu saja kamu punya ibu, kak Elva! Kau pikir kita lahir bagaimana?"

"Kita lahir, lahir begitu saja, kan Sofia?" balas Jue.

"Nggak ada orang lahir begitu saja tanpa ayah dan ibu."

"Tapi apa kau yakin kita punya ibu, Sofia?"

"Aku yakin."

Sofia lalu mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya. Kotak itu berbentuk kubus dengan 6 warna yang ada di semua sisinya. Kubus itu juga terlihat ada garis-garis yang memotong tiap sisinya dengan membentuk 9 kubus. Sofia lalu memutar salah satu garis potongan tersebut dan ruangan-ruangan yang ada di sekitarnya juga ikut memutar.

"Lihat ini." tunjuk Sofia kepada ruangan yang sekarang berada di depan mereka.

Ruangan itu memperlihatkan Dewi Narrum yang berbicara dengan seorang wanita—tapi wanita itu tidak jelas dan terasa seperti buram dan gelap.

Anastasia juga ikut berdiri dan melihatnya. Entah kenapa dia ingat kejadian ini. Kalau tidak salah itu kejadian saat dia dihidupkan kembali oleh Dewi Narrum. Tapi anehnya, dia tidak ingat siapa wanita yang sekarang berbicara dengan Dewi Narrum tersebut. Bahkan ketika dia berusaha mengingatnya, rasanya seperti kosong, hitam, tidak ada apa-apa sama sekali. Sekana-akan wanita itu seperti tidak ada selama ini.

"Dewi Nar—Dewi Aneh itu, ehm, masih terlihat cantik." balas Jue.

"Kamu lihat apa sih?" Sofia memukul punggung belakang Jue, "Lihat itu. Itu pasti ibu kita!"

"Ohh, tapi apa kamu yakin itu?"

"Tentu saja aku yakin." Sofia lalu mendekati ruangan tersebut sambil menyandarkan tangannya. "Ini adalah kejadian saat Dewi bangsat akan membunuh ibu kita. Apalagi kak Elva juga ada di sini. Dia pasti tahu sesuatu!"

"Jadi itu alasanmu kenapa kamu membawa Elva? Tapi jika Dia benar-benar membunuh ibu kita. Seharusnya ada mayat atau apalah. Dan kita bisa sedih karena ibu kita mati."

"Aku rasa dia menghilangkan eksistensi ibu kita."

"Benarkah? Bagaimana kau bisa menebak seperti itu?"

"Gampang sekali. Aku pernah membaca kalau ada salah satu ruangan di Tesseract dimana orang tersebut terlihat buram dan tidak jelas. Artinya Dewi bangsat itu menghilangkan eksistensi mereka. Dan ini akan bisa menjadi buk—"

Ucapan Sofia terhenti ketika ruangan yang dia lihat tadi mulai bergerak dan berpindah ke sisi lain. Ruangan tersebut terus bergerak sampai mulai menghilang dari mereka.

"Sialan, ada apa ini?" tanya Sofia sambil memutar-mutar kubusnya sambil berusaha mengejar ruangan tersebut.

"Aku masih heran bagaimana kamu mencuri Rubik dari Ernorucub." ucap Jue.

"Aku tidak mencurinya, aku hanya meminjamnya—Sialan, benda ini kenapa sih?"

"Sofia!!!!!!" teriak seseorang dari kejauhan.

Yang memanggilnya ternyata adalah seorang pemuda dengan rambut ungu. Dia juga memakai sebuah jubah berwarna hitam dengan topi kerucut yang aneh. Berbeda dengan Sofia dan Jue, dia adalah manusia biasa.

Sofia lalu menoleh ke arah teriakan tersebut, "Ah sialan, Terma menemukan kita."

"Sofia! Kembalikan rubikku!" teriak Terma sambil menggerakkan ruangan-ruangan di sekitarnya agar dia bisa mendekati Sofia tanpa perlu berjalan menghampirinya.

"Saatnya kita pergi, ayo Kak Jue, Kak Elva!" ucap Sofia sambil menarik kedua tangan kedua kakaknya.

"'Aku hanya meminjamnya', kau bilang." balas Jue.

"Aku nanti akan mengembalikannya, jadi tidak akan disebut mencuri kan?"

"Logika macam apa itu?"

"Sofia! Jangan kabur kamu!" teriak Terma sambil mengeluarkan rubiknya, "Narrum permission!" Rubik yang dipegang Terma mulai bercahaya, "Compile: Panonia—"

Kalimat Terma berhenti ketika Sofia mulai memutar rubiknya dan membuat Terma terjatuh ke belakang. Anehnya Terma tidak hanya terjatuh tapi terjun ke belakang. Seakan-akan dia terjun ke bawah, tapi yang dilihat Sofia dia seperti bergerak ke belakang.

Terma tentu saja tidak mau kalah. Dia juga menggunakan rubik yang dia miliki dan memutarnya pula. Putarannya itu membuat gerakan ruang disekitarnya berubah. Jadi tempat dia jatuh bebas malah menuju ke posisi Sofia.

Sofia yang menyadari itu langsung memisahkan diri dengan kedua kakaknya dan memutar lagi rubiknya.

Terma yang tadinya mau menggapai tangan Sofia tidak berhasil, sehingga dia terlempar jauh lagi. Tentu saja Terma tidak masih tidak mau kalah dan ingin menangkap Sofia.

Anastasia tidak paham kenapa mereka bermain kejar-kejaran di tempat ini. Parahnya lagi, kejar-kejaran mereka membuat ruangan di sekitar Anastasia berputar-putar dengan cepat.

Pemandangan ini benar-benar terasa sama ketika Dewi Narrum yang melempar dia waktu itu. Segalanya berputar-putar dengan cepat sampai Anastasia menjadi sangat pusing. Dia bahkan sampai terjatuh ke bawah sambil menutup matanya agar tidak perlu melihat ruangan yang berputar-putar tidak jelas itu..

"Kau tidak apa-apa Elva?" tanya Jue yang ternyata masih ada di sebelahnya.

"Tidak apa-apa," jawab Anastasia, "Aku hanya sedikit mual."

"Yah, aku rasa kau baru pertama kali di sini. Jadi wajar saja sih." Jue lalu menoleh ke kanan dan kekiri, atas dan bawah untuk mencari Sofia. Hanya saja tidak bisa dia temukan di antara banyak ruangan ini, "Hei Sofia. Bisakah kau mengeluarkan kakakmu. Elva tidak kuat!" teriaknya dengan keras.

"Kau harusnya membantuku di sini, kak Jue!" balas Sofia.

"Kau yang mencuri Rubik milik Ernorucub dan kau menyuruhku untuk membantumu? Nggak, aku nggak mau."

"Dasar tidak berguna kau, kak Jue!"

"Ernorucub yang bersamaku akan marah nantinya. Aku tak mau bermasalah dengannya."

"Dasar pengecut!"

"Aku menghormatinya, bukan pengecut!"

"Terserah."

Sofia lalu merubah kondisi ruangannya agar dia tetap menjauhkan Terma serta bisa menghampiri Elva dan Jue. Sofia meluncur ke arah mereka dengan sangat cepat dan ketika dia sudah sampai, dia memegang kerah Elva.

"Maaf kak Elva." ucap Sofia sambil melempar tubuh Elva ke arah lorong ruangan yang mulai membentuk lingkaran.

Sofia juga mulai melakukan hal yang sama kepada Jue, tapi dia harus berputar-putar ke sana kemari dulu agar Terma tidak mengejarnya kembali. Setelah dia merasa Terma berada lebih jauh, Sofia juga melempar Jue ke lorong yang sama seperti Elva.

Anastasia sangat terkejut ketika dia dilempar begitu saja ke lorong yang terasa mirip seperti saat Dewi Narrum yang melemparnya dulu. Dia bahkan berpikir apa dia sedang dilempar sama seperti itu dulunya.

Tapi ternyata tidak.....

Anastasia langsung keluar dari lorong tersebut dan mendarat di hamparan rumput ilalang. Dia mendarat tepat di wajahnya dan berguling selama 3 kali.

Rasanya sedikit sakit ketika dia mendarat seperti itu. Untungnya tanahnya yang gembuk, membuatnya tidak terluka. Hanya sedikit kotor karena ada bekas tanah dan rumput yang menempel di bajunya.

Dan kalau boleh bertanya, ini baju apa ya? Dia memakai sebuah setelan seragam hijau dan mantel panjang abu-abu. Selain itu dia juga mengenakan celana dengan sepatu boot yang terasa keras.

Entah kenapa baju yang Anastasia pakai, mengingatkan dia dengan baju yang sama pernah Ayahnya kenakan saat musim dingin.

Anastasia lalu bangun dan melihat sekitar. Dia mendapati pemandangan yang sangat berbeda dari kehidupannya yang dulu. Hamparan tanah rerumputan terbentang luas di depannya. Pohon-pohon dan tumbuhan juga terlihat beberapa, menariknya mereka terlihat berwarna cerah dan berwarna-warni. Tidak hanya itu juga, awan di atasnya juga terlihat indah dengan cahaya matahari yang tidak menyilaukan. Suasana juga terasa hangat. Terlihat juga di atas langit, ada 3 planet yang berdekatan seperti membentuk segitiga.

Apakah itu bulan?

Terlihat seperti bulan.

Hanya saja dari semua pemandangan tersebut. Ada sebuah bangunan yang sebenarnya tidak terlihat asing baginya. Bangunan yang sama seperti di kehidupannya yang dulu. Sebuah Istana berwarna-warni yang dibangun dengan tiga kubah dan satu kubah menara tinggi, Kremlin Moskwa.

Anastasia sedikit terkejut kenapa dunia ini ada Istana tersebut. Atau mungkin dia baru saja pulang ke Kerajaannya?

Hanya saja lamunannya terpotong ketika dia melihat sebuah lubang hitam muncul di depannya. Dan tiba-tiba keluarlah Jue dari lubang tersebut dan langsung menabrak Anastasia.

Mereka berdua langsung jatuh ke tanah bersamaan.

"Adu, du, duh. Maaf Elva." ucap Jue, "Kamu tidak apa-apa?"

"Tidak," balas Anastasia, "Bisakah kau segera bangun. Kau menimpa tubuhku."

"Oh ya sebentar—"

Kalimat Jue terhenti ketika rupanya sebuah lubang hitam muncul lagi. Dan dari lubang hitam itu, keluarlah Sofia yang langsung menghantam mereka berdua.

Jue yang baru saja mau bangun langsung tertimpa Sofia sehingga mereka berdua menindih Anastasia yang berada di bawah.

"Fuh, akhirnya aku berhasil kabur dari Terma." ucap Sofia sambil menghela napas dengan lega.

"Sofia, bangun! Kakakmu, Elva, dia mau mati ini!" teriak Jue berusaha bangun.

"Ah, maaf."

Sofia lalu bangun dan membantu Jue untuk bangun, setelah itu dia membantu Elva bangun dan membersihkan bajunya Elva.

Anastasia lalu menyadari kalau Sofia dan Jue juga mengenakan pakaian yang sama seperti dirinya. Entah kenapa dia merasa melihat dirinya dan saudaranya di dunia ini seperti tentara. Atau mereka memang tentara?

"Aku nggak dibersihkan juga nih, Sofia?" tanya Jue.

"Nggak. Memangnya kamu siapa?" balas Sofia dengan sinis.

"Jahat banget sama kakakmu, Sofia."

"Kau tidak membantuku, aku tidak membantumu." Sofia lalu merapikan rambut Elva yang berantakan, "Ok, sudah rapi kak." ucapnya.

"Terima kasih." balas Anastasia.

"Dia juga tidak membantumu." ucap Jue.

"Setidaknya dia menjawab pertanyaanku."

"Kau pilih kasih."

"Sudahlah, berhenti ocehanmu. Lagipula kau tidak terluka kan?" Sofia lalu menoleh ke kanan dan kekiri, "Sepertinya kita mendarat di tempat yang salah. Yah setidaknya, kita bisa kabur dari Terma."

"—KAU yang kabur dari Terma. Jangan bawa-bawa aku."

"Ya, ya, ya. Setidaknya aku sekarang bisa memanggil Dewi bangsat itu."

"Kau memanggilnya?"

"Ya, kenapa memang?"

"Dia sudah ada di belakangmu."

Saat Sofia berbalik, Dewi Narrum langsung memeluk Sofia. Dia memeluk Sofia dengan hangat sambil mengelus kepalanya.

Hanya saja Sofia berontak dan mencoba lepas dari pelukannya. Setelah dia lepas dari pelukan Dewi Narrum. Dia mengangkat bongkahan tanah dengan gerakan tangannya dan melemparnya kepada Dewi Narrum.

Dewi Narrum hanya diam dan tersenyum ketika kepalanya dilempari bongkahan tanah yang keras tersebut. Hebatnya bongkahan tanah tersebut tidak membuat Dewi Narrum terluka. Bahkan membuat dia kotorpun tidak.

"Sudah puas?" tanya Dewi Narrum.

Mendengar kalimat itu, Sofia sampai marah dan melempar lagi bongkahan tanah kepada Dewi Narrum. Dia lempar berkali-kali tapi Dewi Narrum seperti tidak tersentuh oleh serangannya sama sekali. Tanah yang dilemparinya hancur tapi tidak membuat Dewi Narrum kenapa-kenapa.

Anastasia dan Jue sampai menjauh karena pecahan bongkahan tanahnya mengenai mereka.

"Sudah selesai?" tanya Dewi Narrum ketika melihat sepertinya Sofia sudah capek melempari bongkahan tanahnya kepadanya.

Sofia berusaha mengambil napasnya sejenak, setelah itu dia mulai berteriak.

"KEMBALIKAN IBUKU, KAU DEWI SIALAN!"

Dewi Narrum hanya membalas dengan wajah keheranan. Setelah itu dia tersenyum, "Ibu? Apa maksudmu?"

"Kau.... jangan.... Pura-pura.... Tidak tahu!" balas Sofia dengan sedikit terengah-engah setelah berteriak tadi.

"Memangnya apa yang sudah aku lakukan?"

Sofia lalu menghampiri Dewi Narrum dengan wajah sangat marah, "Kau membunuh ibuku!"

"Ibu siapa yang kau maksud?"

"Ibu.... ibuku! Dia......"

Jawaban Sofia terpatah-patah. Dia mencoba mengingat siapa ibunya, tapi sayangnya tidak berhasil. Seluruh ingatannya hilang.

"Pokoknya kau yang membunuh ibuku! Ibu kami bertiga!" teriak Sofia.

"Benarkah? Bukannya aku adalah ibu kalian?" balas Dewi Narrum sambil melebarkan tangannya dan tersenyum. Dia ingin memberi pelukan kepada ciptaannya yang manis.

"Jangan berkata yang tidak jelas kau, Dewi Anjing!"

"Begitu ya? Baiklah." Dewi Narrum lalu menaruh tangannya ke depan perutnya, "Kenapa kau bisa berpikir aku membunuh ibumu?"

"Aku melihatmu! Di Tesseract! Kau membunuh ibuku!"

"Benarkah? Apa kau ada pertanyaan lagi?"

"Kenapa kau membunuh ibuku? Kenapa kau melakukan itu? Apa salah ibuku?"

"Pertanyaan bagus. Selamat tinggal."

Dewi Narrum lalu membungkuk di depan Sofia dan menghilang dirinya dari tempat tersebut.

"Hei—Tunggu!" ucap Sofia berusaha menangkap Dewi Narrum. Tapi Dewi Narrum sudah menghilang ketika sofia baru saja menggapai tangan Dewi Narrum. Sofia lalu terjatuh ke tumpukan tanah bekas bongkahan tanah hancur yang dia lempar kepada Dewi Narrum.

Jue lalu berlari menghampirinya. Dia lalu membantu Sofia untuk bangun, "Kamu tidak apa-apa—"

Kalimat Jue terhenti ketika Sofia menepis tangannya.

Sofia lalu bangun, dia berdiri sebentar setelah itu berjalan ke depan. Dia lalu mengeluarkan rubiknya kembali.

"Sofia, apa yang mau kau lakukan?" tanya Jue.

Sofia tidak menjawab. Dia lalu memutar rubiknya dan keluarlah lorong hitam yang sama seperti saat mereka keluar dari Tesseract. Setelah itu Sofia langsung lompat ke dalamnya dan menghilang dari tempat mereka.

Jue tidak bisa berkata apa-apa ketika Sofia sudah pergi ke sana.

Sedangkan Anastasia? Dia masih tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Continue Reading

You'll Also Like

240K 5K 77
~ Novel Terjemahan ~ Cara paling kejam untuk menjatuhkan musuh adalah dengan membuat mereka jatuh cinta. "Sally, kamu wangi sekali." Kapten Leon Wins...
88.9K 5.3K 20
Aileen Zovanka harus mati sia-sia karena terlampau kesal dengan ending novel yang ia baca, ending yang begitu buruk dan menyebalkan tentunya. namun m...
233K 23K 31
Karel terjebak dalam sebuah novel remaja dan harus memerankan sosok penjahat berusia 18 tahun. Namun, ia merasa bersyukur karena karakter penjahat ya...
1M 107K 63
(๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ ๐“๐ซ๐š๐ง๐ฌ๐ฆ๐ข๐ ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐Ÿ’) โš  (PART KE ACAK!) ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ฅ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช0506 า“แดสŸสŸแดแดก แด…แด€สœแดœสŸแดœ แด€แด‹แดœษด แด˜แดแด›แด€ ษชษดษช แดœษดแด›แดœแด‹ แดแด‡ษดแด…แดœแด‹แดœษดษข แดŠแด€...