π™Ύπšžπš› π™³πšŽπšœπšπš’πš—πš’ (#𝟸 𝙴...

By _sidedew

639K 31.3K 2.5K

#Book-2# BIJAKLAH DALAM MEMBACA! 18++ . . . π‘Ήπ’Šπ’„π’‰π’†π’π’π’† π‘ͺπ’“π’†π’”π’†π’π’„π’Šπ’‚ π‘¬π’…π’Žπ’π’π’… π’Žπ’†π’π’šπ’Šπ’Žπ’‘π’–... More

CAST
-Prolog-
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68 [END]
-Epilog-
EXTRA CHAPTER

Chapter 34

8.5K 487 50
By _sidedew

Playlist : Bondan Prakoso - Not With Me


Untuk part ini aku kurang srek, sih. Tapi semoga kalian tetep mau baca dan nikmati alurnya 😘

Btw, sekiranya masih ada typo atau kalimat yg kurang dipahami. Tolong tandai yaaa, akan aku edit lagi nanti

|Happy Reading|

🌷🌷🌷

"Oh my God!"

Teriakan bervolume cukup lantang itu membuat Richelle yang tengah terpejam dalam senderan di jok mobil, pun menoleh heran juga merasa terganggu dengan suara Lucy. "Tidak bisa kau bersuara pelan? Aku baru saja ingin tidur sebentar." Richelle mengerjap, menoleh lelah padanya.

Namun protes Richelle dibalas dengan lambaian tangan cepat seraya mengatakan alasan mengapa ia tak sengaja berteriak demikian. "Aku hanya terkejut dengan berita siang ini. Lihat!" Lucy mengarahkan layar iPad untuk dilihat Richelle.

"Bukankah dia adalah teman mu? Kemarin kau baru saja melakukan kencan buta dengannya." Lucy memasang wajah ngeri sekaligus heran.

Richelle tidak lekas menjawab sebab mengamati serangkaian kalimat tentang seorang musisi yang mengalami kecelakaan parah di sebuah jalan tol serta foto-foto mobil korban pun terlihat sangat memprihatinkan. Bagian depan mobil tersebut hancur bahkan tak tersisa sepotong kaca pun, belum lagi sisi mobil tipe SUV dengan merk BMW X5 M G-Power Typhoon itu juga penyok parah.

Richelle merasa khawatir dengan pria yang sempat melecehkannya kemarin malam- Mengingat itu, mendadak rasa iba pun berubah menjadi ketidakpedulian lagi.

"Kau ingin menjenguk nya?"

"Tidak perlu. Untuk apa?" Richelle kembali menyandarkan punggungnya juga melekatkan bantal leher. Kembali terpejam setidaknya masih ada waktu lima belas menit sebelum sampai di tujuan.

Meletakkan iPad yang masih menyala di ruang yang tersisa, Lucy menyenggol bahu Richelle juga kerlingan nakal. "ayo lah, kalian bahkan hampir melakukan pertarungan ranjang...." Lucy tertawa bagai remaja puber. Tidak mencerminkan sikap seorang pria seutuhnya. Oh, hampir saja lupa jika Lucy adalah manusia setengah pria dan setengah wanitanya.

"Justru kami melakukan pertarungan di toilet. Dan ku tegaskan! Dia bukan teman kencan ku, aku tidak melakukan kencan buta membosankan seperti itu."

Sekilas, Richelle teringat ketika Delion Fannoms tiba-tiba menyerang bibirnya dengan ciuman yang liar juga kasar. Pria tiga tahun diatasnya itu merupakan seorang musisi dari band yang kini pamornya semakin melejit semenjak memenangkan nominasi Billboard's.

Delion memang menjalin pertemanan dengan banyak model cantik lainnya. Sifatnya yang friendly, juga selalu bisa mencairkan suasana pun menjadikannya sosok yang memiliki banyak teman.

Richelle akhirnya menceritakan kejadian yang menimpanya kemarin malam. Saat itu Delion menawarinya tumpangan sesaat mereka baru pulang dari acara minum di sebuah bar ternama, Richelle yang memang diantar supir tanpa menyuruh Aron menunggu pun tentu tanpa menaruh curiga ia menerima ajakan Delion.

Kemudian, mereka berdua mampir sebentar ke sebuah restauran untuk mengisi perut walau memang tidak dianjurkan makan di atas jam sepuluh tapi apa boleh buat, perutnya merasakan lapar dan butuh asupan.

Obrolan disertai candaan ringan cukup menghabiskan waktu bagi keduanya hingga ketika Richelle izin ke toilet lalu merasakan pusing saat ingin kembali ke mejanya, seseorang sudah membungkam mulutnya dengan ciuman liar dan memaksa.

Masih terasa punggung setengah telanjangnya membentur dinding. Tidak hanya ciuman yang berhasil Delion lakukan, remasan kuat di kedua dadanya pun sama namun bersamaan dengan itu- Richelle seolah mendapat kesadarannya kembali ditengah-tengah rasa pening yang melanda.

Sebuah tendangan cukup kencang mendarat sempurna dibagian tengah tubuh pria itu sampai ia berhasil terbebas dari kukungan Delion.

Delion bagaikan manusia yang terenggut nyawa akibat rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

Richelle ingat, seorang pelayan yang terang-terangan memotret mereka tapi pelayanan restoran itu segera pergi sebelum Richelle berhasil menangkapnya. Sempat takut jika kejadian itu tersebar di media dan mengundang berita-berita heboh penuh opini tapi hingga saat ini tidak ada satu artikel pun yang menyebarkan foto-foto mereka. Aneh.

"Aku tidak tahu jika Delion termasuk musisi bajingan yang gemar bercocok tanam dengan para modeling. Tapi bukankah reputasinya tersorot bagus? Aneh sekali dia melakukan itu padamu. Karena bisa dikatakan kalian baru kenal dekat belum lama ini, bukan?"

"Entahlah. Aku tidak peduli lagi yang penting tubuh ku tidak berakhir di ranjang yang sama dengannya." Berlagak acuh, ia memainkan kuku lentiknya yang berpoles cat kuku berwarna pastel yang terlihat mengkilap. "Apa isi berita itu? Apa dia tewas di tempat?"

"Aish, kau berharap begitu?" Lucy kembali menyalakan iPad untuk membaca berita itu lagi. "Sayangnya tidak. Delion masih dalam perawatan, mengalami luka parah di bagian kepala bahkan luka robek pada bibirnya. Tidak hanya itu, kedua lengannya pun berlumuran darah bisa jadi ia mengalami patah tulang-kau mau melihat foto Delion tanpa sensor? Sangat seperti zombie."

"Tidak, terimakasih. Dalam keadaan tampan saja aku sudah tak berminat lagi melihatnya apalagi dengan wajah buruk seperti itu." Richelle mengedikkan bahu.

Sempat ada hening yang membentang singkat sebelum Lucy kembali berbicara. "Bukankah ini terasa aneh? Apa kau tidak sadar?" Keningnya berkerut heran.

"Maksudmu?"

"Begini, jika diingat-ingat, pria yang mengalami hal buruk semacam Delion adalah deretan pria yang sempat mendekatimu." Pria kemayu itu mengangkat dua jarinya menyerupai tanda petik. "Ini tidak terjadi sekali dua kali. Setiap pria yang menyentuh mu atau berprilaku kurang ajar, mereka seolah terkena balasan di waktu yang dekat."

Lucy mengingat semuanya, terhitung ada sebelas termasuk Delion si korban baru yang mengalami hal janggal yang sulit dipercaya bila itu semua merupakan suatu kebetulan.

Memang semenjak terjun ke dunia modeling, Richelle sempat berganti-ganti teman kencan hanya untuk hiburan semata tanpa berniat menjalin hubungan serius, kenapa? Karena tidak ada satu di antara mereka yang membuatnya nyaman belum lagi sifat mesumnya yang kerap kali mengajak Richelle berhubungan ranjang. Kabar mengenai ia yang masih virgin tentu para kaum batangan ingin menjadi yang pertama membobolnya.

Keparat.

"Kau ingat pemain bola yang mencekoki mu dengan alkohol? Bahkan diam-diam dia dan teman-temannya mengadakan pesta ganja,"

"Erling Kanne?

"Ya! Dan kau hampir saja terkena masalah jika seseorang tidak memisahkan kau dari sekumpulan orang-orang laknat itu. Selain dia terbukti positif, dua hari setelahnya Erling mengalami kecelakaan motor yang mengharuskan ia kehilangan satu kakinya. Oh my God! Aku merinding jika mengingat kejadian mengerikan itu," Lucy memeluk tubuhnya sendiri dan bergidik ngeri.

Richelle pun terdiam memikirkan semua yang memang terasa janggal. Lucy benar, kedekatannya dengan pria baru tak pernah berjalan lama meski bukan dia yang mengusirnya seolah ia tidak diperkenankan bersama siapa pun bahkan jika ada yang berlaku kurang ajar selalu terkena musibah yang tak tanggung-tanggung pada hidup mereka.

Tidak hanya satu atau dua yang tiba-tiba mengirimnya permintaan maaf lewat pesan atau telepon namun tidak berani berhadapan langsung dan setelahnya mereka secara teratur pergi bagai orang asing jika dilain kesempatan mereka bertemu.

Apa aku terkena semacam kutukan? Pikir Richelle. Tidak mungkin. Ini pasti ulah Papa untuk menjaga ku dari kebrengsekkan para kaum laki-laki.

Seperti baru teringat sesuatu, kening Richelle berkerut halus "Luc, kejadian sebulan yang lalu. Kau bilang aku berada di sebuah kamar hotel pada saat polisi menangkap Erling di pestanya?"

"Ya, itu hal yang melegakan selama aku bekerja dengan mu. Kau tidur tanpa merasa terganggu apa pun dalam keadaan mabuk. Untungnya ketika melakukan tes urine, kau negatif karena keparat itu belum sempat mencekoki mu dengan heroin dan kokain sejenisnya."

"Jika bukan kau, lalu siapa yang membawaku ke kamar hotel?"

"Itu lah pertanyaan ku yang sampai saat ini belum kutemukan jawabannya karena kau saja tidak tahu.

Tidak mau berlama-lama memikirkan itu. Richelle pun mengalihkan obrolan lain. Tak lama, mobil mereka berhenti di depan gedung bertingkat dengan ukiran khas Steph & Cr pada tengah-tengah gedung tersebut. Aron segera membukakan pintu mobil.

Sapaan ramah pun terdengar dari para karyawan di sana sebagai sambutan atas ketibaannya. Masih ada waktu tiga puluh menit sebelum meeting berlangsung dan Richelle memanfaatkan waktu untuk beristirahat sampai dirinya tertidur di sofa yang ada di ruangan Stephanie.
Sebentar memang, tapi setidaknya itu cukup. Lucy sudah menyiapkan makanan sehingga mereka berdua pun menikmatinya bersama.

Jarum jam terus bergerak hingga tiga jam berlalu meeting pun selesai, Richelle menghubungi sekaligus menyampaikan hasil dari rapat tadi biar nanti keseluruhannya Stephanie tanya kembali pada orang kepercayaannya di butik.

🌷🌷🌷


Toluca, Mexico

Hentakan keras dari kursi kayu mengetuk-ngetuk lantai. Seseorang yang terikat diatasnya mencoba untuk melepaskan diri tapi percobaannya itu sama sekali tidak berhasil. Wajahnya sudah berderai air mata juga keringat yang membasahi wajah hingga leher.

Suara tangisnya teredam karena kain berada di sela-sela bibirnya yang juga diikat kuat ke belakang kepala.

Terdengar pintu yang didobrak dan muncul lah sosok pria yang dua tahun ini dibencinya.

"Apa kau baru saja selesai bercinta dengan anak buahku? Kenapa wajahmu berkeringat?" Jay tersenyum miring lalu tangannya terulur untuk melepaskan kain yang menyekap mulut Vanessa.

Segala umpatan dan jenis-jenis binatang pun terdengar lantang dari wanita yang menatapnya penuh kebencian.

"Lepaskan aku brengsek! Aku sudah menuruti maumu tapi kenapa kau juga menyekap ku seperti ini!" Teriak Vanessa murka.

"Sssttt. Aku masih membutuhkan tanda tangan mu karena jika kau lepas begitu saja, waktuku semakin terbuang untuk menangkap mu lagi."

Vanessa menangis keras namun bukannya iba, Jay justru muak dan semakin tak memiliki belas kasih.

"Kenapa kau lakukan ini padaku? Padahal kau mencintaiku, Jay."

"Itu adalah omong kosong karena aku hanya menjalani drama dengan mu, Vanessa."

Jay menumpu satu kakinya sehingga Vanessa tidak perlu mendongak saat bicara dengannya. Tanpa suara, Jay meminta anak buahnya untuk memberikan apa yang tadi mereka bawa.

Maka diletakkannya map cokelat itu ke tangan Jay yang mengadah di samping bahunya. Kemudian pria itu melepaskan ikatan tali dari pergelangan tangan Vanessa atas perintah Jay.

Tidak ada jeda yang tercipta, Vanessa langsung menampar pipi Jay sangat keras sehingga wajahnya tertoleh ke samping. Jay diam? Tentu tidak, ia bahkan tega menampar Vanessa di kedua pipinya.

Menatapnya bengis. "Sekarang, tanda tangan berkas ini dan semua selesai. Aku akan melepaskan kau dan ayah ibumu itu."

Terjadi perdebatan yang sungguh membuang-buang waktu, Vanessa baru membubuhkan tandatangannya setelah diancam oleh Jay.

Tanpa aba-aba, Jay melesatkan satu peluru tepat di kening Vanessa dan wanita yang sempat mengumpat marah pun tewas seketika.

"Lepaskan ikatannya." Ucap Jay sembari meninggalkan ruang tanpa ventilasi udara itu.

Ia tertawa puas, semua aset milik Kracht yang diwariskan untuk Vanessa telah menjadi miliknya tanpa sisa begitu pula aset yang masih mengatasnamakan George Kracht juga istrinya.

Jay menggunakan cara liciknya sehingga orang-orang beranggapan bahwa mereka menjual perusahaan dan segala bisnis yang dimiliki- kepadanya.

Bertepatan dengan Jay keluar dari bangunan kosong jauh dari pemukiman penduduk, sebuah mobil pun baru saja sampai. Oliver.

"Ku dengar kau mempunyai daging segar untuk peliharaan ku." Pria berkacamata hitam itu menoleh dari kaca mobil yang terbuka.

"Kau tidak perlu mengambilnya sendiri, aku akan mengirimkannya langsung ke kandang harimau milikmu."

"Baiklah. Lagi pula aku hanya mampir sebentar untuk melihat tempat seperti apa yang kau gunakan untuk mengeksekusi wanita itu."

Tidak ada pembicaraan apa pun keduanya sama-sama pergi dengan mobil masing-masing.

Dalam mobil yang akan membawa Jay kembali ke Manhattan, ia tersenyum puas karena semua misinya selesai sehingga ia bisa kembali menemui gadisnya yang selalu dalam pantauannya dari kejauhan.

"Sir, pria itu mengalami pendarahan hebat dan sekarang keadaannya masih koma." Lapor Peterson yang duduk di samping kemudi. Asistennya selama di sini.

"Bagaimana dengan bibirnya?" Jay menatap bahu jalan tanpa ekspresi.

"Robek parah karena terkena hantaman kuat, juga pecahkan kaca yang nyaris menancap di seluruh wajahnya. Ada sekitar sepuluh giginya yang terlepas." Jelas Peterson kembali.

"Pastikan dia tidak memiliki wajah untuk bertemu dengan gadisku lagi."

"Yes, Sir."

Alaric Jay William adalah sosok di balik kejadian mengenaskan yang dialami semua pria yang berani berbuat macam-macam pada Richelle. Dia tentu mengetahui setiap perlakukan mereka yang berhasil membuat amarah Jay meluap. Tidak sedikit yang berujung maut atau nama baiknya yang juga hancur karenanya, semua itu bisa dilakukan Jay dengan sangat mudah.

"Sir, apa yang harus kita lakukan pada Mr. Kracht dan istrinya?"

"Biarkan saja mereka hidup dalam kemiskinan juga penyakit yang sebentar lagi menggerogoti tubuhnya."
Ucapnya dingin tanpa ada belas kasih.

Diam-diam selama kurang lebih lima tahun ini, Jay membayar seorang pelayan di mansion mereka untuk selalu menaruh racun pada setiap hidangan tentu di tempat kerjanya pun begitu, akan ada secangkir kopi yang selalu disediakan yang telah dicampur racun yang sama. Tidak berasa, tak berwarna.

Kebodohannya terulang lagi setelah dikhianati Vanessa saat mereka masih sekolah dulu. Lima tahun menjalin hubungan selama ia jauh dari Manhattan dan tidak mencurigai bahwa satu tahun belakangan itu Vanessa juga berselingkuh dengan pria yang sama. Ronald.

Parahnya, mereka berdua merencanakan sesuatu untuk menghancurkan perusahaan William yang saat itu sudah menjadi miliknya dari tangan sang ayah.

Hebatnya, kedua sejoli itu dibantu oleh Mr. Kracht karena memiliki dendam di masa lalu, padahal Fernando dengannya telah menjalin hubungan baik tanpa ikut campur lagi dengan urusan masing-masing.

Entah seperti apa hubungan keluarga Kracht padahal telah lama bercerai tapi malah bersekutu ingin menghancurkan William.

Pada akhirnya Jay sendiri yang menghabisi mereka. Dimulai dari Vanessa yang dipindah tugaskan ke Mexico lalu secara perlahan menghancurkan nama baiknya juga membiarkan Vanessa menjadi incaran dari para musuhnya.

Vanessa bukan wanita baik-baik karena selain haus kekuasaan dia juga gila harta. Vanessa rela menjadi jalang untuk kliennya demi mempertahankan nama baik juga popularitas sebagai pengacara muda dan ternama.

Jay hanya dijadikan tameng agar dia dapat memiliki perlindungan dari teror sebagaimana yang sering didapatkan sebagai pengacara. Jay memang melakukan itu, melindunginya tapi membiarkan musuh termasuk sepupunya, Jarred, yang selama ini selalu merasa tersaingi- menganggu Vanessa.

Beberapa kali wanita itu masuk keluar rumah sakit karena Jarred bahkan merasa hidupnya dalam ancaman bermaksud menggertak Jay tapi sayangnya Jay tidak peduli karena Vanessa bukan seseorang yang berarti untuknya. Maka itu lah, Jay sengaja terus mempertahankan Vanessa di sisinya supaya bukan Richelle yang dalam bahaya.

Dan sekarang, semuanya selesai. Jarred telah di eksekusi mati karena terserang kasus perdagangan anak di bawah umur bahkan menjadikan para gadis itu untuk memenuhi hasrat biologisnya. Semua bukti-bukti yang susah payah Jay dapatkan pun membuat Jarred tidak mendapat ampunan hukum.

Sedangkan Ronald, atas bantuan Oliver juga, ia telah terbunuh di tangan mafia yang merupakan teman Oliver di Spanyol.

.
.
.
-to be continued-

🌷🌷🌷

Continue Reading

You'll Also Like

7.8M 692K 63
Dia Arsenal, cowok paling possessive yang pernah Acha kenal. Arsen-Pemaksa Acha-Penurut Arsen-Pemberani Acha-Penakut Arsen-Dingin dan Datar Acha-Peri...
10.6M 1.1M 76
𝐏𝐀𝐑𝐓 πŒπ€π’πˆπ‡ π‹π„ππ†πŠπ€π! Squel dari cerita : RENAVEL πŸš«πŠπ€π‹π€π” πŒπ€π” 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 π‰π€πƒπˆ ππ‹π€π†πˆπ€π“πŸš« Cerita solf pr...
21M 1.6M 49
𝐏𝐀𝐑𝐓 πŒπ€π’πˆπ‡ π‹π„ππ†πŠπ€π πŸš«πŠπ€π‹π€π” πŒπ€π” 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 π‰π€πƒπˆ ππ‹π€π†πˆπ€π“πŸš« Karya pertama aku, Mohon maaf masih amatir...
12.8M 1M 54
Di mata Nara, Bara itu laki-laki dingin dengan wajah datar sedatar-datarnya, dan Bara itu laki-laki tegas yang terlihat kaku saat bercengkrama. tapi...