Leviana mengerjapkan matanya pelan Ketika baru menyadari tujuan Aksa menjemputnya bukanlah menuju rumah sakit. Tempat yang Leviana datangi saat ini adalah sebuah lapangan basket yang tak jauh dari basecamp anak Dirgoun. Yang membuat Leviana terkejut sekaligus takut adalah kenapa banyak sekali cowok mengenakan jaket navy yang bertuliskan "Dirgoun" berkumpul dipinggir lapangan. Belum lagi banyaknya bunga Anyelir dan juga bunga Matahari yang sangat indah.
"Lo bilangkan kalau Devano kecelakaan. Terus kenapa lo malah bawa gue kelapangan?" Leviana menatap Aksa galak dengan kedua tangan terkepal di samping bajunya.
"Woy!" teriak Leviana semakin kesal, pasalnya Aksa hanya diam saja.
"Berisik!"
"Terus itu kenapa banyak anak cowok pake jaket navy ada tulisan Dirgoun? Udah kek mau demo aja, atau tawuran? Ehh jangan main-main sama gue ya! Dimana Devano?!"
Aksa menyeringai "Itu semua kan emang anak Dirgoun. Kalau lo macem-macem, gue tinggal dorong lo ke arah mereka dan bilang kalau lo anak SMU Bantara. Pasti dengan senang hati mereka menghajar lo."
Leviana meneguk ludahnya susah payah, bukan tidak berani. Tapi, lihatlah banyak sekali anak-anak Dirgoun ini. "Gue mau ketemu Devano! Dia dimana?" lirih Leviana dengan suara bergetar.
Aksa berdecak malas. Dengan kasar, cowok itu menarik lengan baju Leviana memasuki lapangan. Sontak saja kedatangan Leviana dan Aksa mengundang semua perhatian anak Dirgoun.
"Ih lepasin!" raung Leviana memukul lengan tangan Aksa kuat. Namun sayangnya pukulan itu sama sekali tidak membuat cowok itu kesakitan.
Aksa melempar Leviana dengan kasar. Hingga kini Leviana tepat berada di tengah lapangan. Semua orang mengelilingi Leviana, menatap Leviana dengan berbagai ekspresi. Leviana yang tidak tahu apa-apa mulai ketakutan, apalagi Ketika Aksa meninggalkannya sendirian.
Leviana menatap depan, ada satu orang yang menggunakan penutup wajah sedang memegangi gitar dan menggunakan jaket yang sama yaitu warna navy. Namun, di dada sebelah kiri Leviana bisa melihat tulisan lain yaitu Emperor Of Dirgoun. Tunggu, Leviana seketika teringat dengan Alendra.
Lagu Aku Mau dari Once itu pun mulai terdengar, dibarengi dengan petikan senar gitar yang mana berhasil membuat Leviana terpukau.
Kau boleh acuhkan diriku
Dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah perasaanku
Kepadamu
Kuyakin pasti suatu saat
Semua kan terjadi
Kau akan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku
Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedia bahagiakanmu
Apa pun terjadi
Kujanjikan aku ada
Kau boleh jauhi diriku
Namun kupercaya
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku
Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedia bahagiakanmu
Apa pun terjadi
Kujanjikan aku ada
Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Aku yang rela terluka
Untuk mu selalu
Leviana menutup mulutnya tak percaya, Ketika lagu dan petikan sinar gitar berakhir lelaki yang sedang duduk di kursi tersebut pun membuka topeng. Dan, lelaki itu adalah Alendra.
"Dev." Lirih Leviana tak percaya. Rasa senang membuncah di hati Leviana, Alendra begitu manis sekali.
"Hai." Sapa Alendra gugup. Wajahnya penuh dengan keringat, napasnya masih tersengal-sengal. Usahanya selama berhari-hari ini akhirnya terbayarkan. Alendra merasa puas karena berhasil membuat Leviana tidak bisa berkata-kata.
"Lo..., lo lakuin semua ini buat gue?' tanya Leviana terharu.
Alendra menggaruk belakang lehernya salah tingkah, "Hehe, tugas negara yang gue maksud kan ini. Sorry kalau suara gue jelek ya, nggak terlalu jago nyanyi soalnya gue mah."
"Lo keren banget! Nggak ada jelek-jeleknya." Puji Leviana.
Alendra berdeham singkat, matanya bergerak liar mengitari lapangan dimana saat ini anak Dirgoun sedang memperhatikannya. Jantung Alendra berdebar semakin kencang, tak jauh darinya ada Raka, Dino, dan Steffany.
Raka menggerakan tangannya sembari menunjuk kertas mencoba mengkode Alendra untuk segera mengungkapkan perasaannya pada Leviana. Sementara itu Steffany berdiri disamping Raka membawa beberapa barang yang pernah ia beli Bersama Alendra.
Alendra berlutut di hadapan Leviana. Sebelah tangannya disembunyikan di belakang tubuhnya. Mengenyahkan rasa gugup dan malunya, Alendra pun mulai mengungkapkan perasaannya pada Leviana sesuai dengan kalimat yang sudah dibuat oleh Raka.
"Gue tau. Ki...Ki_" Alendra menghembuskan napasnya pelan, ini bukan saat yang tepat untuk berubah karakter melucu.
"Ki?" Leviana menggigit suduh bibirnya merasa tak sabar menunggu kelanjutan kalimat Alendra.
Alendra menatap Leviana dalam "Na, lo tau kan gue suka sama lo. Lo juga pasti suka sama gue kan?"
Raka yang mendengar kalimat konyol Alendra sontak menepuk keningnya frustasi. Diremasnya kertas karton yang ia pegang menjadi gumpalan kemudian membuangnya asal. "Punya temen goblog banget! Dahlah males!"
"Rak, lo yang ajarin Alendra ngomong gitu?" tanya Dino menahan tawa.
"Ya kali njing! Bodo amat! Bodo amat! Terserah si anak curut itu mau ngomong apa. Udah goblog, makin goblog lagi tuh orang." Geram Raka Kembali menyaksikan Alendra.
"Na, ini tepat 30 hari sesuai perjanjian kita. Lo tau kan? Gue pernah bilang kalau gue bakalan minta kepastian dari lo. Apa lo udah siap kasih gue kepastian itu?" Alendra meneguk ludahnya pelan. Setidaknya sejauh ini kalimatnya terdengar begitu lancar.
"Gu_" Leviana menggigit bibir bawahnya bingung harus menanggapi ucapan Alendra.
"Gue nggak bakalan maksa lo kok. Kalaupun lo tolak gue, gue bakalan berlapang dada nerima itu. Dan gue juga nggak akan gangguin lo lagi." Alendra menyodorkan buket bunga matahari dihadapan Leviana.
Alendra menjilat bibir bawahnya yang terasa mengering, jantungnya sudah tidak bisa lagi Alendra kendalikan. Debarannya semakin kencang kedua tangan Alendra juga sudah sangat berkeringat.
"Na, lo tau kan. Gue jomlo, lo juga jomlo. Terus, kenapa kita nggak pacaran aja? Pacaran yuk." Ajak Alendra.
"Hah?!"
Itu merupakan kalimat tidak ada romantis-romantisnya sama sekali....
Garing....
Rasanya Leviana ingin sekali menghajar Alendra.
"Lo nggak punya kalimat lain yang bisa di ucapin gitu?" tanya Leviana setengah jengkel.
Alendra menggeleng lugu "Nggak ada, Na. segitupun udah yang paling romantis malah." Cengirnya konyol.
"Romantis your head!" geram Leviana di dalam hati.
"Gimana, Na? lo pasti mau kan jadi pacar gue?" tanya Alendra berharap cemas.
Leviana menghela napas lemah, kepalanya menunduk dalam. "Maaf, Dev. Gue nggak bisa," ujar Leviana.
"DITOLAK MENTAH-MENTAH GUYS! Hahaha!" seru Dino tertawa kencang namun sedetik kemudian terdiam karena Steffany mencubit lengan tangan Dino dengan mata mendelik penuh memperingati.
Alendra tersenyum tipis, kepalanya mengangguk lirih. Kecewa? Tentu saja. Yang Alendra kira mempunyai perasaan yang sama, ternyata tidak. Sungguh menyakitkan, Alendra bangkit berdiri. Ia mengulurkan tangannya dihadapan Leviana meminta untuk berjabat tangan.
"Gapapa. Gue bisa terima, mungkin usaha gue buat ngeyakinin lo kurang keras. Sesuai dengan perjanjian yang kita buat. Gue nggak bakalan ganggu lo lagi, maaf karena pernah ganggu lo." Alendra berusaha bersikap tenang mengenyahkan rasa sesak yang menghimpit dadanya.
"Maaf, Dev." Lirih Leviana dengan mata berkaca-kaca.
Alendra tersenyum lebar, "Gapapa, Na. gue paham."
Leviana menerima uluran tangan Alendra, dalam sekali sentakan Leviana menarik Alendra kedalam pelukannya.
"Maaf Devano. Gue nggak akan bisa nolak lo, gue mau jadi pacar lo."
"Na." suara Alendra tercekat "Lo nggak bohong kan?"
Leviana mengangguk sebelah tangannya menyelusuri lengan tangan Alendra mengambil alih buket bunga Matahari berada digenggaman tangan Alendra. "Makasih bunga mataharinya, waktu itu lo kasih gue bunga Anyelir. Gue suka, dan bunga matahari ini pun gue juga suka."
Alendra tertawa lepas, ia menguraikan pelukannya menangkup wajah Leviana. "Lo seriusan terima gue kan, Na?" tanya Alendra tak percaya "Akhirnya gue beneran jadi bucinan nya lo, Na."
"Iya Devano." Balas Leviana mengangguk sembari tertawa lirih.
Alendra meninjukan kepalan tangannya keudara sembari melompat kesenangan."WOY DIRGOUN! GUE NGGAK JOMLO LAGI! EMPEROR KALIAN SEKARANG PUNYA EMPRESS! GUE NGGAK JOMLO LAGI YEAY!" teriak Alendra berlari menghampiri teman-temannya yang langsung disambut sorakan heboh dari anak Dirgoun lainnya.
Leviana terkekeh geli Ketika melihat anak Dirgoun beramai-ramai mengucapkan selamat kepada Alendra.
Setelah selesai bersorak, Alendra dan anak-anak Dirgoun lainnya pun menghampiri Leviana. Mereka tersenyum kikuk bahkan ada yang merasa takjub dengan paras cantik dan imut yang Leviana miliki.
Alendra menghampiri Leviana, "Mulai sekarang, lo akan menjadi prioritas utama gue dan juga anak-anak Dirgoun," ujar Alendra kemudian menjedanya. "So, get ready. Leviana Anastasya Baker. Gue berharap lo bisa terbiasa ya."
"Dan ya, selain jadi pacar gue. Sekarang lo juga resmi menjadi Empress of Dirgoun. Selain lo menjadi prioritas, sebuah perintah dan kehendak sekarang juga akan ada ditangan lo. Lo akan menjadi satu-satunya perempuan yang paling berpengaruh. Lo akan selalu aman, karena gue dan seluruh anak Dirgoun tidak akan membiarkan seorang pun menyentuh lo meski hanya seujung kuku," ujar Alendra tersenyum bangga mengucapkan itu. Seluruh anak-anak Dirgoun pun mengangguk paham maksud dari ucapan sang leader.
Leviana berdiri tegap dengan tangan berhormat, "Siap our Emperor sayang, Empress merasa sangat terhormat nih."
"Aaaa makin sayang." Ucap Alendra terkekeh geli.
✨