SF 1 : MY LUNA IS ANGEL(Revis...

By anaadeeva01

539K 48.9K 655

SERIES KE-1 Nadine terpaksa pindah rumah mengikuti kedua orang tuanya, mereka juga memindahkan tempat kuliah... More

Chapter 1: Mate
Chapter 2: Mansion Lano
Chapter 3: Ingin Pulang
Chapter 4: Ane's Brother
Chapter 5: Mencoba Menerima
Chapter 6: Mantan
Chapter 7: De Javu
Chapter 8: Nadine's Angel
Chapter 9: Father
Chapter 10: Wedding and Stev's Mate
Chapter 12: Latihan dan Tragedi
Chapter 13: Taktik Licik
Chapter 14: Penculikan licik
Chapter 15: Geo sang penculik
Chapter 16: Pertempuran
Chapter 17: Kehilangan
Chapter 18: Mimpi indah
Chapter 19: Memadu kasih
Chapter 20: Hadiah dari Geo
Chapter 21: Real Immortal
Chapter 22: Leon dan Rael
Chapter 23: The Wedding
Chapter 24: Aneh dan gelisah
Chapter 25: Kembali diuji
Chapter 26: Sayap yang terlepas
Chapter 27: END
Ekstra Chapter l
SEQUEL!!!!
Info penting
PROMO

Chapter 11: Pagi Yang Indah

19.6K 1.7K 33
By anaadeeva01

Nadine terbangun dengan tubuh yang tertutup selimut tebal mencapai lehernya. Gadis-- salah wanita itu bersemu ketika mengingat kejadian semalam, tidak menyadari jika dirinya diperhatikan oleh seorang yang sedang duduk bersandar, di sofa yang berada dikamar besar itu.

Tubuh bagian atas Lano terekspos jelas, memperlihatkan otot yang membentuk kotak diperutnya, sedangkan bagian bawahnya tertutup celana panjang. Lano memperhatikan Nadine dengan senyum miring.

Malam tadi terasa sangat panjang dan menggebu. Rambut Nadine terlihat berantakan dan di lehernya terdapat bercak merah sedikit keungguan karena ulahnya. Belum lagi, Lano benar benar tidak membiarkan Nadine menutup mata, sampai wanita itu tertidur pulas karena kelelahan akibat pergulatan mereka.

Saat menyadari dirinya diperhatikan, Nadine melebarkan matanya dan langsung menutup kepalanya dengan selimut, sehingga mambuat sebuah gundukan kecil ditengah tempat tidur besar itu. Astaga malu sekali!

Lano perlahan berjalan mendekati tempat tidur dan membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Nadine. Tetapi wanita itu menahannya, sehingga terjadilah tarik menarik diantara keduanya. Eh! Dikira tarik tambang!

Lano mengalah, pria itu melemparkan tatapan menggoda ketika Nadine memperlihatkan kepalanya sampai hidung. "Kau malu? Padahal aku sudah melihat semuanya."

Nadine mengendus kesal. "Badanku sakit karena ulahmu."

Lano tertawa renyah. "Maaf sayang, lain kali aku akan bersikap lembut." ucap Lano ambigu. Nadine tidak salahkan, jika salah fokus!

Mendengar perkataan Lano membuat pipi Nadine terasa panas. Untung saja pipinya masih tertutupi oleh selimut, jadi Lano tidak melihatnya. Nadine menyandarkan tubuhnya pada belakang tempat tidur yang empuk. Masih dengan selimut ditubuhnya, tapi sekarang sudah sedikit turun ke lehernya.

"Hari ini kau akan berlatih dengan mama bukan?" tanya Lano, saat memakai pakaian atas dan jubahnya.

Nadine mengedikan bahunya. "Hm, mungkin." matanya tidak lepas dari Lano.

"Berhati hatilah dan jangan sampai terluka." ucap Lano mengusap surai Nadine lembut dan memberikannya sebuah ciuman dibibir, serta kecupan singkat di kening.

Nadine tersenyum simpul.

Namun, sebelum Lano keluar dari kamar pria itu menyempatkan bertanya dengan sorot mata menggoda. "Apakah kau bisa kekamar mandi sendiri? Atau perlu aku gendong?"

Wajah Nadine merah padam, matanya melotot kesal.

"Jika kesulitan panggil saja aku." ucap Lano mengedipkan sebelah matanya. Kemudian dengan cepat keluar dari kamar dengan menutup pintu.

Buk

Sebuah bantal melayang mengenai pintu, untung saja Lano memiliki insting yang kuat sehingga menutup pintu dengan cepat.

"LANO SIALAN!"

"Aku mendengarmu!"

"Ups."

*****

Nadine keluar dari kamarnya saat sore hari. Dia keluar dengan gaun berwarna ungu muda simpel, dengan rambut digerai bebas. Saat matanya melihat Ane dari kejauhan, Nadine langsung bereaksi.

"Kakak ipar!"

Belum sempat Nadine berbalik, Ane sudah memanggilnya dengan sapaan riang. Kurang beruntung!

"Apa saja yang kau lakukan dikamar sampai keluar sore?" tanya Ane penuh selidik. Tidak lama kemudian, senyum gadis itu berubah menyeramkan dimata Nadine, dia sangat hapal dengan senyum itu.

"Anu.. itu." sial! Kenapa Nadine tiba tiba menjadi gugup.

Sinar jenaka terpancar dimata Ane. "Sepertinya kau kelelahan, sampai harus istirahat begitu lama. Apa kakakku berlaku kasar padamu?" tanya Ane sedikit berbisik pada Nadine, pada akhir kalimatnya.

"Ahaha, apa yang kau bicarakan Ane. Aku tidak mengerti?" ucap Nadine dengan tawa hambar.

"Kau tidak pandai berbohong, kakak ipar." ucap Ane dengan senyum penuh kemenangan.

"Lagi pula tidak biasanya kau menggerai rambutmu." tambah Ane membuat Nadine terpojok.

"Jangan panggil aku kakak ipar, kita seumuran." ucap Nadine risih dengan panggilan baru Ane.

Mereka berjalan santai, sampai menuju taman yang sering dikunjungi Nadine.

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

Nadine yang tidak tahu harus membalas apa lagi, memilih menepuk bahu Ane. "Tunggu saja. Kau juga akan mengerti dan kau akan merasakan hal yang sama sepertiku Ane."

Seketika Ane terdiam, dia memang ingin segera bertemu matenya. Tapi jika sampai ketahap itu, rasanya belum terpikirkan oleh Ane. Karena sekali membayangkannya saja, membuat pipi Ane bersemu merah.

"Apa yang kau pikirkan sampai pipimu merona seperti itu?" goda Nadine geli.

"Bukan apa apa." balas Ane menggeleng cepat, namun bukannya menghilang rona dipipinya malah semakin bertambah.

Tawa Nadine lepas. "Haruskah aku membawakan kaca, agar kau bisa melihat wajahmu sendiri Ane?"

Ane mengendus kesal, niat hati ingin memojokan Nadine, agar bisa mendengar cerita hot tadi malam. Sekarang malah dirinya yang mati kutu dan tidak dapat berkata apa apa.

******

Airi menunduk malu, saat dirinya menjadi pusat perhatian disore menjelang malam itu. Stev menjemputnya tadi siang ke packnya, jaraknya cukup jauh dan Stev juga mendapat wejangan dari sang kakak, agar tidak membiarkan Airi terluka sedikitpun.

Kakak Airi yang sangat protektif, membuat Stev harus berkaki kali menahan rasa cemburu, karena Airi beberapa kali dirangkul dan dipeluk oleh kakak laki lakinya yang akan menjadi penerus ayahnya di pack.

"Jadi, ini matemu Stev?" tanya Ane senang dan mendapatkan anggukan dari Stev.

"Iya, Nona."

Tuk

"Aww!"

"Jaga sopan santunmu, Stev lebih tua darimu." ingat Lano pada adiknya setelah mengetuk kepala gadis itu.

Dengan wajah cemberut Ane memeluk lengan Nadine manja. "Kakak ipar, jangan berikan kakak jatah malam ini. Dia jahat padaku." adu Ane, mendapatkan delikan tajam dari Lano.

Ane menjulurkan lidahnya mengejek.

"Ane, kau membuat tamu kita risih." ucap Nadine memperingati.

"Maaf!" ucap Ane menyesal.

"Siapa namamu?" tanya Nadine lembut menatap Airi yang ketakutan.

"Airi, Queen." balas Airi.

Memang orang luar akan memanggil Nadine dan Lano, Queen dan King. Sedangkan diwilayahnya mereka sendiri, mereka dipanggil Luna ataupun Alpha juga tidak masalah.

"Nama yang cantik seperti orangnya!"

Airi tersipu, jarang ada yang memujinya. Kecuali keluarga dan beberapa pelayan baik yang ada di pack milik keluarganya.

"Stev, bawa dia ke kamarmu!" titah Lano.

"Baik Alpha."

Nadine menatap Lano tidak suka. "Aku masih ingin berbincang dengan Airi."

"Kau masih memiliki waktu lain hari, sayang. Lagi pula, apa kau tidak melihat mereka kelelahan karena perjalanan yang cukup jauh." jelas Lano meredakan kekesalan perempuan yang sudah berstatus istrinya itu.

"Baiklah!" ucap Nadine mengalah.

Cup

"Aku akan kembali keruang kerjaku. Apa kau mau ikut?" tawar Lano setelah mengecup singkat bibir sang istri. Mengabaikan Ane yang menatap dua sejoli itu jengah.

"Tidak mau. Disana pasti membosankan."

"Disana ada banyak buku yang bisa kau baca sayang."

Mendengar kata buku mata Nadine berbinar. Dia memang menyukai kegiatan membaca buku karena itu menambahkan wawasan.

"Baik, aku ikut!" seru Nadine senang, disusul pekikan kaget karena Lano langsung menggendongnya ala bridal style.

"Gadis pintar!"

******

Ane memgerutu kesal melihat kepergian Lano dan Nadine. Apakah kehadirannya sangat kasat mata, sehingga dua sejoli itu mengabaikan dirinya. Sungguh malang nasibnya yang belum menemukan pasangan.

Moon goddess kirimkan seseorang yang dapat menemaniku. Batin Ane merana.

Disisi lain, Airi terus saja tersipu karena Stev memperlakukannya dengan lembut. Sampai Vivi melolong kesenangan dan memprovokasi Airi menjadi gadis yang berani. Tapi, Airi menolak karena menurutnya yang diajarkan Vivi bukan menjadikannya berani tapi agresif.

"Dasar serigala kurang belaian." kesal Airi.

"Hei, salahkan saja dirimu yang tidak mencari mateku lebih awal." dumel Vivi.

"Dasar gila."

"Kenapa kau melamun?" tanya Stev bingung karena Airi hanya diam tanpa menyahuti ucapannya.

Airi sedikit tersentak. "Anu.. itu aku sedang berbicara dengan serigalaku." ucap Airi gugup tidak berani menatap Stev.

Stev tersenyum geli melihat Airi yang masih malu malu padanya. "Benarkah? Siapa namanya?" tanya Stev penasaran begitu juga dengan serigalanya yang sangat antusias.

"Namanya Vivi, dia serigala yang bawel dan tidak bisa diam. Memiliki bulu berwarna violet dengan corak kehitaman diekornya." jelas Airi senang.

"Hei, aku tidak seperti itu. Aku pendiam dan penurut." pekik Vivi tidak terima.

"Jangan lupa, aku juga seksi."

Sepertinya Airi lebih tertarik bercerita dengan Stev, dari pada menanggapi ucapan Vivi. Stev sebenarnya bingung, untuk membuat Airi banyak bicara padanya.

Tapi, setelah meminta gadis itu untuk bercerita tentang kehidupannya, barulah Stev sadar! Airi adalah gadis yang penurut dan periang, hanya saja karena melalui kehidupan yang dipenuhi dengan cemoohan, membuat Airi menjadi gadis yang pendiam dan anti sosial.

Stev tahu bahwa Airi pernah melewati masa masa yang tidak menyenangkan. Jadi, selama Airi berada di sampingnya Stev berjanji akan membuatnya bahagia.

Sebenarnya Airi cantik, namun dia lebih terlihat menggemaskan dengan mata belo berwarna coklat tua, bulu mata lentik, pipi chubby, hidung mungil dan bibir kecil kemerahan. Memiliki senyum yang manis yang menawan. Hanya saja kulitnya sedikit memiliki bintik-bintik kemerahan yang tidak dapat disembuhkan. Yang membuatnya tidak percaya diri dan selalu direndahkan, sampai tidak ada yang mau berteman dengannya.

Deg

Mata Airi membulat ketika Stev melingkari pinggangnya dengan tangan pria itu. Menariknya semakin mendekat, membuat Airi menahan nafasnya dengan jantung yang berpacu cepat.

Cup

Kecupan singkat dikening Airi berefek dahsyat pada gadis itu. Tubuh Airi lemas rasanya seperti mimpi. Pipi gadis itu bersemu merah dengan bibir sedikit bergetar.

"Tidurlah kau pasti lelah!" ucap Stev lembut, sebenarnya dia ingin tertawa melihat reaksi Airi, tapi ditahan karena takut gadis itu tidak nyaman.

"Mimpi indah mate!"

Cup

Kali ini bibir Airi tidak perawan lagi.

Mama tolong Airi...

******

Part kali ini dihiasi kehadiran Airi ya... Semoga kalian suka...

Ane: Author buka ajang pencari jodoh, kali aja aku bertemu mateku.

Author: dasar jomblo karatan.😎

Ane: thooor... Sini lu (membawa tongkat baseball)

Author: kaburrrrrrrr...

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 496K 61
[NOVEL DAPAT DIBELI DI CLOUDBOOKSPUBLISHING] Bagi Luna, kebahagiaan nya cuma Gerhana, cowok jutek yang selalu menolaknya. Cowok yang membuat Luna ing...
16.7M 1.9M 160
WARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ...
932K 107K 46
(Reinkarnation series 5) Tentang Gracia Arabella yang bertransmigrasi ke tubuh gadis cantik yang memiliki nama yang sama, Gracia Lovely Elvyn de Emry...