After Me Ugly

By DevririMulya

583K 40.2K 11.4K

Demi mendapatkan hati seorang Riyu, tunangan yang tidak pernah menganggap kehadirannya, Scarletta terus melak... More

P r o l o g
Ugly 1 - Biang Rusuh
Ugly 2 - Hargai Sebelum Pergi
Ugly 3 - Kebohongan!
Ugly 4 - Scarletta Sakit?
Ugly 5 - Rahasia Besar Scarletta
Ugly 6 - Peluk Atau Kita Jatuh Berdua?
Ugly 7 - Dokter Kulit
Ugly 8 - Become Ugly
Ugly 9 - After Me Ugly
Ugly 10 - Kehidupan Baru Sang Antagonis
Ugly 11 - Tak Terbalas
Ugly 12 - Im Alone
Ugly 13 - Lelaki Misterius
Ugly 14 - Nyaris Terbongkar
Ugly 16 - Teman Masa Kecil Riyu
Ugly 17 - Linggar Laksamana
Ugly 18 - Ingkar Janji
Ugly 19 - Acne Girl
Ugly 20 - Mau Digendong?
Ugly 21 - Sang Pelindung
Ugly 22 - Hug Me In The Rain
Ugly 23 - Bekal Yang Terbuang
Ugly 24 - Semoga Terkabul
Ugly 25 - Kecupan Pertama
Ugly 26 - Tragedi Dalam Hujan
Ugly 27 - Rumah Sakit
Ugly 28 - Fakta Terungkap
Ugly 29 - Kilas Balik
Ugly 30 - Kita Impas?
Dear Readers Sayang
Ugly 31 - Kesempatan Untuk Linggar?
Ugly 32 - Drama Aluna
Ugly 33 - Tau Nggak Orang Khawatir?
Ugly 34 - Tolong Jujur, Letta!
Ugly 35 - Kita Usai, Aluna
Ugly 36 - Jebakan Kolam Renang
Ugly 37 - Jangan Menangis Letta
Ugly 38 - Hukuman Untuk Riyu
Ugly 39 - Penyiksaan dan Pengorbanan
Ugly 40 - Kehancuran Aluna
Ugly 41 - Kebenaran Terungkap
Cast AMU New
Benua Atlana
Instagram Riyu Letta
Publish ulang (?)

Ugly 15 - Mengunjungi Scarletta

8.6K 848 35
By DevririMulya

HAI-HAI, APA KABAR??? 

AMU UP LAGI. WAH, WAH, AKU SENANG BANGET, NIH KARENA KALIAN UDAH NUNGGUIN CERITA INI. 

JANGAN LUPA FOLLOW AKUNKU SEBELUM BACA, YA, KARENA SEBAGIAN PART AKAN KU KUNCI. :D

VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA. RAMAIKAN DI TIAP PARAGRAFNYA. 

* * * 


Riyu masih termangu saat Irma dan Barata menuntut jawaban atas sapaan Aluna barusan. Sementara gadis yang menyebabkan kecurigaan itu masih berdiri di tangga, enggan pergi, bahkan senyum lebarnya masih menggantung di bibir.

"Jawab, Riyu! Apa kalian masih berhubungan?" desak Irma. Wanita itu memelototi Riyu dengan tajam.

Aluna berlari ke bawah tangga, menghampiri Riyu yang sedang menekuk wajah.

"Pagi, Om, Tante ....," ucapnya Ramah. Aluna menjabat tangan Irma dan Barata bergantian.

Hal itu mendapat tatapan aneh dari Niken. Gadis itu memberengut kesal. Pasalnya, mengapa Aluna tidak pergi saja? Entah apa maksudnya menampakkan diri di depan orang tua Scarletta.

Barata tersenyum ramah, mencoba bersikap bijaksana karena Aluna adalah gadis seumuran anaknya. "Iya. Kamu yang ada di pesta waktu itu, kan?" Barata mengangkat sebelah alisnya.

"Iya, Om. Nama saya Aluna. Saya ...." Aluna menggantung kalimatnya. Riyu menajamkan sorotan mata, takut jika Aluna mengaku bahwa mereka masih menjalin hubungan hingga detik ini.

"Saya teman Scarletta," jawab Aluna setelah berhasil membuat serangan kejutan untuk jantung Riyu.

Niken mengerutkan dahi. Bahkan Letta menganggap lo sebagai musuh. Bisa-bisanya cari muka ni orang! batinnya memberengut.

"Oh, teman?" jawab Irma sembari mengangguk. "Tapi, kok, Tante lihat kamu manggil Riyu kayak akrab banget, ya? Tante belum lupa wajah kamu, lho."

Wajah Aluna berubah tegang. "Oh, itu. Ka-karena Riyu adalah ketua kelas, Tante. Dia harus menyiapkan absensi siswa sebelum guru masuk kelas."

"Ketua kelas? Wakil kali!" sindir Niken.

Irma melirik suaminya sejenak sebelum kembali membuka mulut. "Ya sudah. Apa pun itu Tante juga nggak peduli. Tapi, Tante tekankan sekali lagi, terutama sama kamu Riyu," ucap Irma, "tolong hargai perasaan anak Tante!"

Riyu mengangguk paham. "I-iya, Tan."

"Kamu sudah bertunangan dengan Scarletta, yang artinya kamu harus membatasi pergaulan dengan mantan kamu. Kalau Letta lihat, dia pasti terluka."

Niken tersenyum miring. "Dengerin, tuh!"

Barata menepuk pundak Riyu pelan. "Tidak usah tegang begitu, Yu. Anggap Om dan Tante ini seperti orang tua kamu sendiri. Apalagi keluarga kita juga memiliki hubungan lain sekarang, kan?"

Riyu semakin ditekan rasa gelisah yang membanjiri paru-parunya. Napasnya terdengar berderu, seiringan dengan jantung yang bergemeratak cepat. Belum lagi Aluna masih di sini, seolah menambah pembuktian bahwa mereka memang ada apa-apa.

"Mungkin kamu masih tidak mau menerima keputusan ini, Riyu. Tapi perlu kamu tahu, Tante adalah orang yang juga tidak setuju keluarga kamu menyeret Letta dalam masalah kalian!" tegas Irma, menatap wajah Aluna dan Riyu bergantian.

"Jadi lebih baik terima keputusan ini, karena kita semua hanya bisa menjalani. Jangan pernah mempermainkan anak kami. Dia begitu berharga di mata kami. Paham?"

"Bunda, sudah. Jangan marahi Riyu terus. Ayah yakin Riyu itu anak baik. Mungkin mereka memang hanya berteman, karena sekelas. Mana mungkin anaknya Restu mengecewakan kita. Benar, Riyu?"

Riyu tertohok. Terdiam dalam balutan kegugupan. Ikatan pertunangan dengan Scarletta benar-benar membuatnya terpukul. Ingin saja ia berkata jujur, bahwa ia tidak mencintai Scarletta, melainkan gadis di sampingnya. Tapi Riyu memilih diam, enggan mengutarakan perasaan muaknya.

"Ya sudah. Datang ke rumah setelah pulang sekolah nanti, ya? Letta sepertinya butuh kamu," gumam Irma dengan nada yang lebih dipelankan.

Aluna menyela, "Aku mau ikut sekalian, mau lihat keadaan Letta," rengeknya.

Irma menggeleng cepat. "Terima kasih atas kepeduliannya. Tapi, Riyu tidak perlu ditemani siapa-siapa. Apalagi kamu mantannya Riyu, yang pasti akan membuat hati anak saya sakit jika melihat kalian berdua."

Niken tersenyum puas. Kelihatan sekali wajah Aluna memerah karena malu.

Barata melirik arloji yang melingkari tangannya, lalu memberi kode pada Irma. "Bund, ayo."

Irma mengangguk, "Iya sudah," ucapnya, lalu menatap Riyu dengan alis terangkat tinggi sebelum melangkahkan kaki. "Ingat, Riyu. Nanti usahakan datang, ya, ke rumah. Letta butuh kamu untuk saat ini. Temani dia, ya?"

Riyu bergumam singkat. "Iya, Tante ...."

"Niken, Tante sama Om balik dulu, ya. Tante titip Scarletta di sekolah ini sama kamu. Tolong, ya, terutama dari orang-orang yang berniat jahat sama anak Tante." Irma menunjuk Aluna dengan dagunya.

Niken meletakkan jarinya di kening, membentuk tanda hormat. "Siap, laksanakan, Tante Bunda! Niken akan halau setan-setan jahat yang ingin gangguin kebahagiaan Letta!"

Irma tersenyum seraya menggeleng ringan menerima jawaban Niken. Detik setelahnya, wanita paruh baya berserta suaminya tersebut berlalu dari hadapan mereka.

Aluna menggerakkan tangannya, meraih jemari Riyu dan menggenggamnya erat. "Udah, ada aku di sini, Yu. Kamu nggak usah takut lagi."

"Eh, cabe! Lo budeg apa gimana?" berang Niken dengan alis terangkat sebelah. "Lo nggak dengar orang tua Letta ngomong apa?"

"Niken, kamu nggak usah ikut campur. Kamu jangan jadi provokator gini, dong. Kasihan Riyu!"

Dengan kesal, Niken memajukan tangannya ke depan dan mendorong bahu Aluna. "Ngaca, dong! Lo yang provokator di sini. Nggak sadar diri!"

Riyu mengibaskan tangannya ke udara. "Cukup!" teriaknya. "Jangan berdebat. Gue lagi pusing, pengen sendiri!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Riyu memutar badannya, menjauh dari mereka. Aluna menatap punggung Riyu semakin menjauh meniti tangga.

"Mampus, lo. Gini aja Riyu udah cuekin lo. Apalagi nanti, saat dia udah sepenuhnya bucin sama Letta. Bisa-bisa drama lo nggak akan ditonton lagi sama Riyu. Karena ingat, ya, Lun ...."

"Lelaki kebanyakan nggak suka drama!" Niken menggerakkan jemarinya untuk mengusutkan rambut Aluna sebelum pergi meninggalkan gadis itu sendirian. Aluna terdiam, mencerna ucapan Niken dalam-dalam.

o0~AMU~0o

Scarletta berjalan ke arah pintu saat suara ketukan terdengar dari luar kamar. Tidak salah lagi, itu pasti ayah dan bundanya. Tapi ... mengapa baru kembali? bahkan seharusnya ini menjadi jam pulang sekolahnya jika ia masuk hari ini.

Berpuluh pertanyaan terpatri di benaknya, tentang nasibnya di Pancabuana setelah hari ini. Apa memang kasusnya seberat itu hingga ayah dan bundanya baru kembali? Scarletta menghela napas berat.

"Kenapa lama Bund—"

Ucapan Scarletta terhenti setelah matanya menangkap sosok yang berdiri di depan pintu. Bukan Irma dan Barata, melainkan Riyu. Tatapan gadis itu berpindah pada benda yang dibawa Riyu.

Bucket bunga mawar berukuran besar!

"Riyu?" Alis Scarletta terangkat tinggi.

Lelaki itu membuang wajah ke arah lain. "Buat lo!" tukasnya, memberikan bunga itu dengan kasar pada Scarletta.

Scarletta bahkan terhuyung saat badan mungilnya menerima bunga yang terbilang besar dan memiki bobot yang berat itu.

"Kenapa bawa bunga segala, sih?" heran gadis itu. Alih-alih tersipu malu, ekspresi Scarletta lebih cocok disebut risih menerima hadiah seperti ini.

Riyu menatap Scarletta dengan sorot tajam. "Itu semua karena orang tua lo yang suruh gue datang ke sini!"

Alis Scarletta mengkerut. "Orang tua gue? Kapan mereka ketemu sama lo?"

Riyu tersenyum sinis. "Nggak usah sok kaget gitu. Lo yang suruh mereka, kan?"

Dituduh, disalahkan. Scarletta bahkan hampir terbiasa dengan hal ini. Gadis itu hanya bisa menghela napas gusar, lalu melemparkan bunga yang dibawa lelaki itu ke mukanya.

"Kalau kedatangan lo ke sini cuma buat bikin gue terpuruk, silahkan pergi!" teriak Scarletta.

"Ayah, Bunda!" panggil Scarletta. Tapi sayang, orang tuanya memang belum kembali sejak tadi.

"Percuma lo teriak. Mereka masih ada urusan dinas di luar kota. Dan gue yang disuruh jagain lo di sini."

Mata Scarletta membelalak. Kenapa ayah dan bundanya memberitahu Riyu, bukan dirinya? Gadis itu berdecak kesal.

"Kapan nyokap bokap gue ngasih tahu lo? Kenapa mereka nggak bilang sama gue?" selidik Letta.

Riyu berdecit. "Dasar drama. Padahal lo udah tahu semuanya, tapi masih aja sok kaget gini. Mereka telepon gue, ingatin gue buat mampir ke sini!"

Bibir Scarletta menipis. "Ya udah, sana! Gue nggak butuh dijagain sama siapa-siapa. Apalagi manusia kayak lo. Yang ada gue bisa menderita kayak yang udah lalu," sindir Scarletta tanpa menoleh pada Riyu.

"Gue datang ke sini, terus lo usir gue gitu aja?" Riyu berjalan masuk ke kamar Scarletta. "Nggak bisa. Gue akan bikin lo nggak betah bahkan di kamar lo sendiri!" tukas Riyu dengan senyum jahilnya.

Scarletta membelalak. "Mau ngapain lo di kamar gue?!"

"Mau acak-acak isi kamar lo," jawab Riyu. Tangannya mulai menjatuhkan satu persatu benda yang tergeletak di atas meja rias gadis itu.

"Keluar!" teriak Scarletta. Gadis itu merebut benda yang digenggam Riyu. Tapi sayang, Riyu dengan lihai melemparnya ke arah yang berlawanan.

Serum penghilang gatal yang didapatnya dari dokter Marini terlempar ke bawah wardrobe. Riyu tertawa puas. "Ya ... nggak bisa diambil, deh. sorry, sengaja."

Scarletta bergidik kesal, menyaksikan berbagai benda yang ada di kamarnya berhamburan ke seluruh penjuru karena ulah Riyu. Salivanya tersekat di kerongkongan. Gadis itu menatap Riyu dengan netra melebar. Mukanya memerah menahan marah.

"Sinting, gila!" detik setelahnya Scarletta memukul dada Riyu berulang-ulang.

Riyu tertawa puas melihat raut Scarletta. Tubuhnya terguncang tatkala gadis itu semakin mengeraskan pukulannya. Riyu melepas tangan Scarletta saat dadanya mulai terasa sakit.

"Nggak usah lebay. Ini nggak seberapa dengan penderitaan yang gue rasain sejak lo masuk ke hidup gue!" ketus Riyu.

Lelaki itu berderap ke ranjang Scarletta, menghempaskan badannya di atas kasur. Scarletta membuka mulutnya lebar-lebar. Tidak percaya Riyu bersikap senekad ini. Bahkan lelaki itu tidak membuka alas kaki.

Scarletta menarik kaki Riyu, berusaha menyingkirkan tubuh lelaki itu sekuat tenaga.

"Jangan tidur di kasur gue. Gue nggak suka kasur gue ditidurin orang lain!" teriak Scarletta frustasi.

"Apa gini caranya tuan rumah melayani tamu?" sinisnya. Riyu menaikkan kakinya ke atas kasur. Sepatunya menempel sempurna di permukan seprai, meninggalkan jejak telapak yang penuh kotoran dan pasir.

Mata Scarletta mendelik kesal. Rahang gadis itu mengeras, mempertontonkan deretan giginya yang memutih. Ia tidak suka ada orang yang semena-mena di kamarnya, karena bagi Scarletta, kamar itu adalah ruangan privasi, yang tidak semua orang boleh masuk begitu saja tanpa izin.

Walau Riyu tunangannya, tapi sungguh, Scarletta benar-benar membenci setiap tindakan Riyu yang tidak beretika ini.

"Itu kasur gue, tempat gue tidur. Kenapa kaki lo seenaknya kotorin bad cover gue?!"

Riyu bersiul, benar-benar menulikan telinganya.

"RIYU!" pekik Scarletta.

Scarletta mengacak rambutnya frustasi. Ia berlari ke arah pintu, berteriak sekencang-kencangnya. "Bibi! Mang Didit!" pekiknya.

Tawa Riyu membuat Scarletta menghentikan suaranya. "Percuma lo teriak kayak gitu. Asisten rumah tangga lo udah gue suruh beliin makanan di tempat yang jauh dari sini. Jadi ....," Riyu melepas sepatunya, melemparkannya ke sembarang arah. "Kita hanya berdua di sini."

Scarletta mengerutkan dahi. "Apa lo bilang?" Jantungnya benar-benar hampir putus mendengar ucapan Riyu barusan. kesabarannya sudah diambang batas."KENAPA SEENAKNYA LO SURUH BI MINAH DAN MANG DIDIT TANPA SEIZIN GUE?"

"LO SAKIT JIWA!"

"OTAK LO NGGAK NORMAL. LO BENAR-BENAR JAHAT. LELAKI BR*NGS*K YANG PERNAH GUE TEMUI!"

Kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibir Scarletta. Riyu mendudukkan badan. Kakinya masih menempel di selimut Scarletta. "Bukannya kebalik?!" ucapnya dengan alis terangkat sebelah.

"Lo yang udah bikin hidup gue menderita. Lo juga cewek jahat yang pernah gue temui. Kehadiran lo benar-benar ngerusak semuanya. Terutama hubungan gue sama Aluna!"

Bibir Scarletta bergetar. Gadis itu bahkan kehilangan kata-kata yang pantas ia ucapkan pada Riyu. Matanya menerawang, memandang nanar ruangan pribadi yang kini terlihat seperti kapal pecah. Riyu dengan semena-mena meniduri ranjangnya, membuatnya merasa muak dengan situasi saat ini.

Akhirnya, tubuh ringkih Scarletta terhuyung, jatuh ke lantai bersamaan dengan jeritan yang keluar dari mulut. Isakan tangis perlahan mengeras, membuat Riyu memandanginya dengan tatapan yang sulit dijelaskan.



***

HAYO, GIMANA PART INI? 

HARUSNYA LETTA SAMA RIYU BERSATU APA PISAH AJA YA? 

HARAPAN UNTUK NEXT PART? 

PENDAPAT KALIAN TENTANG ALUNA??

.

.

.

...

Continue Reading

You'll Also Like

343K 10K 41
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...
399K 28.3K 27
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.3M 73.8K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
855K 24.1K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...