CHEATING [ END ]

By BeautyLee9

3.7M 209K 57.4K

[ 18+ ] Bagaimana rasanya berselingkuh dengan kekasih sahabat sendiri? Deg-degan? Takut ketahuan? Merasa be... More

Prolog
00- First meet
01- Garis Takdir
02- Prioritas
03 - Clubbing
04 - Kebenaran yang terungkap
05 - Kebohongan Leon
06 - Kissing
07 - Cemburu
08 - Es batu mencair
09 - Hak milik
10 - Perisai
11 - Birthday Girl
12 - Guardian Angel
13 - Kembali Terluka
14 - Memories in Paris
15 - Heartbeat
16 - What a beautiful Maldives
17 - First Kiss
18 - Feel Warm
19 - Tidak Ada Kata Putus
20 - Egois
21 - Candu
22 - Ditengah Hujan Salju
23 - Akhir Kisah Juan dan Angel
24 - Her Boyfriend
25 - Believe
26- Broken
28 - Am I Bitch?
29 - Mafia's son
30 - Cinta, Sayang, atau Obsesi?
31 - Leon's parents
32 - Ketulusan Cinta Jevano
33 - Engagement
34 - Konsekuensi
35 - Best Care
36 - Terror
37 - Pertemanan Leon dan Nara
38 - Jebakan
39- Takut Kehilangan
40 - Kesalahpahaman
41- Trust me
42 - Kencan Yang Manis
43 - Who are you?
44- Penculikan
45 - It's you
46 - Trauma
47 - Healer
48 - Not my boyfriend
49 - Pregnant
50 - I Love You Jevano
51 - Aksi Kim Yura
52 - Akhir Dari Pengkhianatan
53 - Selamat Tinggal Semuanya
54 - Lost My Mind
55 - Meet Again
56 - I Got You
57- Regret
58 - Our Happiness
59 - Coming Home
60 - No Backsreet
61 - Jena's Birthday
62 - Sweet Family
63 - Proposal
64 - Wedding [ End ]
OPEN PO READERS MALAYSIA

27 - Pernyataan Cinta Mattew

40K 2.6K 267
By BeautyLee9

[ Pernyataan cinta Mattew ]

Akhirnya update lagi yuhuuuu
Ada yang nungguin kah?
Tolong di baca sampai akhir yaaa, jangan lupa vote dan komen

~~~Happy reading~~~

^^^^^

"But fake happiness is still the worst sadness."

°°°°°




Dinginnya salju kini sudah berganti dengan keindahan bunga-bunga yang tumbuh mekar di sepanjang jalan. Musim dingin yang penuh dengan duka dan luka sudah berganti dengan musim semi yang indah, seperti kisah cinta Jevano dengan Hana.

Meskipun hubungan mereka bisa dibilang salah, tapi entah mengapa kesalahan itu justru membuat keduanya bahagia. Sudah lebih dari lima bulan mereka menjalani hubungan gelap itu. Dan selama itu juga Hana selalu jatuh ke dalam pesona yang Jevano berikan. Semua kesabaran, perhatian, juga kasih sayang yang ia terima, membuat Hana merasa bersyukur bisa memiliki pria seperti Jevano di dalam hidupnya.

Bicara soal kekasih pertama Lee Hana, kita bisa melihat jika pria Wong itu masih tetap menjalani hubungannya bersama Yura. Hubungan mereka masih berada di zona nyaman, walau terkadang keduanya bertengkar karena memiliki sifat yang sama, yaitu keras kepala.

Tidak ada kata kebaikan dari keempat manusia itu. Mereka sama-sama egois, munafik, licik, dan pembohong unggul. Tapi apa boleh buat, karena hanya kebahagiaan diri sendiri yang mereka cari. Kebahagiaan yang selalu direnggut paksa oleh keadaan dan realita. Semuanya masih sama, Leon yang selalu ada untuk Yura, dan Jevano yang selalu ada untuk Hana.

Seperti sekarang, pria pemilik eyes smile itu dengan sabar menunggu kekasihnya dandan di dalam mobil, meskipun jadwal rapat yang akan ia lakukan tinggal 20 menit lagi. Jevano tetaplah Jevano. Baginya tidak ada yang lebih penting selain Lee Hana. Gadis itu adalah perioritas di segala hidupnya.

Jevano yang sedang bersandar pada setir mobilnya terus tersenyum karena merasa gemas melihat Hana dengan buru-buru memakai blush on hingga warna pipinya memerah. "Kamu kaya orang yang lagi kena flu, Babe," gumamnya terkekeh.

"Oh ya? Isshh, aku bisa malu kalau ketemu fans-fans aku nanti," jawab Hana entang sambil buru-buru menghapus blush on itu menggunakan tisu.

Senyum indah Jevano langsung pudar, matanya yang menyorot keteduhan kini berganti dengan sorot tajam. "Banyak yang suka sama kamu di perusahaan ini?" tanyanya tak suka.

"Kamu pikir cuman kamu aja yang jatuh cinta sama aku? Kamu nggak liat aku secantik apa?" sahut Hana percaya diri, sambil mengoleskan lipstik merah ke bibirnya.

"Udah, jangan merah-merah, nanti fans-fans kamu makin kurang ajar kalau liat kamu cantik kaya gini!" sungut Jevano kesal.

"Justru itu tujuan aku," cicit Hana terkekeh. Sengaja menggoda Jevano.

Jevano langsung merebut lipstiknya, lalu mengelap bibir Hana menggunakan tisu. "Ih, kok susah sih nggak ilang-ilang? Ini lipstik atau tinta?"

Hana langsung tertawa saat kedua wajahnya dikunci, lalu bibirnya digosok dengan kasar. "Ngapain sih, Kak?" cekikiknya geli.

"Diem! Aku nggak suka kalau milik aku dipandang orang lain. Sial, ini kenapa susah banget sih ilangnya?" Wajah Jevano semakin kesal. Ia berdecak lalu menatap Hana lekat. "Mau nggak mau, aku sendiri yang harus menghapusnya," pria itu langsung menangkup kedua pipi Hana lalu mendekatkan wajahnya.

"Hah mak—" belum sempat Hana menyelesaikan kalimatnya, bibirnya sudah lebih dulu dibungkam oleh benda lembut milik kekasihnya itu. "Hempppt ..." Hana sedikit berontak karena Jevano bukan hanya menciumnya, tapi melahap habis bibirnya.

Remasan tangan Hana di kemeja Jevano semakin kencang saat dirinya mulai kehabisan napas. Karena takut jika kekasihnya itu pingsan, dengan sangat terpaksa Jevano melepas ciumannya lalu mengelap bibir Hana yang basah. "Kamu mau bunuh aku?" tanya Hana kesal sembari menetralkan napasnya yang terengah.

Tapi Jevano malah terkekeh. "Hehe maafin sayang, abisnya itu lipstik susah banget ilangnya," balasnya tanpa dosa.

Hana langsung mencibir, pria itu bener-bener posesif dan agresif, tapi sialnya itulah yang membuat Hana jatuh cinta pada sosok Jevano. "Ya udah, aku turun dulu ya," pamitnya lalu membuka handle pintu.

"Sayang—" Jevano langsung menarik tubuh Hana ke dalam pelukannya. "Jangan macem-macem ya di sana, cukup dua macem aja, aku sama Leon," gumamnya miris.

Hana langsung terbahak-bahak lalu mengelus kepalanya gemas. "Iya sayangku, hati-hati ya di jalannya," lalu gadis itu keluar dari mobil.

Jevano menaikan sudut bibirnya, mencintai Hana itu seperti naik rollercoaster, diajak naik saat diberi kebahagiaan, lalu dibanting turun saat diberi kesedihan. Tapi apa pun yang terjadi ia akan tetap bertahan. Semua suka duka yang sudah mereka lewati bersama adalah hal yang paling berharga di dalam hidupnya.



*****

"C'mon....temenin gue sekali ini aja, hemm?" pinta Mattew terus memaksa.

Hana yang sedang berjalan di depannya itu berhenti sejenak, lalu menatap Mattew malas. "Matt, please ... gue nggak mau kena amuk cowok gue nanti."

"Wong Leon?" tanya Mattew menaikan sebelah alisnya kesal.

"Emm, gue nggak bisa sebebas orang lain karena cowok gue itu posesif," jelas Hana agar Mattew mengerti. Meski bukan Leon yang Hana maksud, tapi tetep saja ada Jevano yang akan menceramahinya panjang lebar jika ia nekat pergi ke pesta bersama pria lain.

"Oh shit, dan lo mau aja diposesifin kaya gitu?" sergah Mattew tak suka.

"Udah lah, gue mau pulang." Hana langsung melengos dari hadapan Mattew.

"Gue akan pastiin lo ikut ke pesta itu nanti," teriak Mattew yakin, tapi Hana malah melambaikan tangannya tanda menolak.

Dan benar saja, omongan pria asal Kanada itu memang terbukti. Sekarang, gadis yang tadinya menolak ajakan itu justru sedang berdandan di depan cermin untuk mengunjungi pesta ulang tahun Rose—teman kuliah Mattew. Pesta besar itu akan diselenggarakan di hotel Four Season, salah satu hotel bintang lima yang ada di Kota Seoul.

Decakan Hana kembali terdengar saat ponselnya berdering lagi, dengan malas ia menggeser layarnya lalu menyalakan loud speaker. "Iya iya, gue turun sekarang, lo pada bisa sabar nggak sih?" sungut Hana langsung menyemprot sebelum mereka kembali mengomel.

Dari sambungan sana terdengar cekikikan Alisha, Jenny, dan juga Mattew. Mereka benar-benar membuat Hana kesal. Dari sepulang kantor tadi, Jenny terus menerornya tanpa henti agar ikut ke pesta itu. Karena muak mendengar omelan mereka, mau tidak mau Hana memutuskan untuk ikut. Setelah mengakhiri telepon itu, dengan buru-buru Hana turun ke bawah. Di sana ada Juan dan Revan sedang sibuk bermain PS, sedangkan Harsa sibuk ngebucin bersama Sonya lewat video call. Ah, untuk info saja jika kekasih pria tan itu sudah kembali ke Paris.

"Udah minta izin ke si Jeje belum?" tanya Juan ingin memastikan. Jangan sampai pria itu nanti ngamuk gara-gara Hana pergi ke pesta bersama pria lain tanpa izinnya.

"Hemm, aku udah telepon kok tadi. Ya udah aku berangkat dulu ya, Kak." Hana langsung berlari ke arah pintu keluar.

"Jangan mabuk, dan jangan pulang terlalu malem!" seru Revan mengingatkan, tapi Hana sama sekali tidak mendengarnya. 

*****

Suasana pesta yang Hana datangi bisa dibilang cukup fantastis. Bagaimana tidak, hanya sekedar acara ulang tahun saja bisa dirayakan semegah ini. Justru pesta itu lebih terlihat seperti acara nikahan anak-anak konglomerat. Hana terus berdecak kagum karena melihat semua tatanan acara ini terlihat begitu rapi dan elegan.

"Temen lo anak konglomerat, ya?" bisik Hana pada Mattew.

"Dia anak mafia," sahut Mattew ikut berbisik juga. Hana langsung menutup mulutnya tak menyangka, pantas saja tadi di depan banyak sekali orang berbadan besar sedang menjaga hotel ini. Ternyata, gadis itu memang bukanlah gadis biasa.

"Thank you so much, gue seneng banget lo bisa datang ke pesta ulang tahun gue," ucap Rose terharu lalu memeluk Mattew.

"Happy birthday, I hope you find your happiness," bisik Mattew di telinganya.

Rose langsung tersipu setelah mendengar itu. "I will ..." jawabnya tersenyum senang.

Hana yang dari tadi berdiri di sebelah Mattew terus menatap gadis itu lekat. Jika saja Hana seorang pria, maka ia akan langsung jatuh cinta pada gadis di depannya ini. Rose begitu cantik mengenakan gaun berwarna biru muda dengan mahkota yang terpasang di atas rambutnya. Persis seperti putri Cinderella. "Hi, thank you udah datang ke sini ya," tanpa disangka Rose langsung memeluk Hana.

Hana mematung, gadis itu benar-benar membuatnya speechless. Suara lembut dan sikap ramahnya membuat semua orang tercengang. "Hehe, Happy Birthday, ya," ucap Hana canggung.

"Makasih, kamu pasti pacarnya Mattew, kan?" tanya Rose menebak.

Baru saja Hana akan membantahnya, dengan tiba-tiba Mattew merangkulnya posesif. "Iya dong, keliatan cocok kan kita?" tanyanya terkekeh.

Hana langsung mencubit pinggang Mattew. "Bukan .... kita nggak pacaran kok, cuman teman aja," koreksinya agak malu.

Rose langsung tertawa saat melihat wajah Mattew melesu setelah perkataan Hana tadi. Dari belakang Jenny dan Alisha ikut mengucapkan selamat kepada ratu pesta itu, lalu mereka semua pergi ke depan stand makanan. Untuk apa datang ke pesta jika tidak mencicipi semua makanan yang ada, bukan?

"Gue nggak minum alkohol," tolak Hana saat Alisha menyodorkan segelas Wine ke arahnya.

"Dikit aja, jangan cupu gitu," cibir Alisha memaksa.

Hana berdecak lalu meminumnya. "Puas lo?"

Alisha dan Jenny tertawa puas. Menjahili Hana adalah kebahagiaan mereka.

"Gue mau ke toilet dulu ya," cicit Alisha tiba-tiba saja kebelet.

"Gue ikut," sela Jenny langsung menyusul temannya itu.

Kini di sana hanya ada Mattew dan Hana yang terus saja meminum alkoholnya. Jika sudah sekali teguk, sangat sulit untuk dihentikan. Mattew yang melihat itu langsung merebut gelasnya dari genggaman Hana. "Jangan minum terlalu banyak, lo kalau mabok bahaya. Pawang lo serem-serem," ujarnya menyindir.

Hana terkekeh, lalu mengelus kepala Mattew gemas. "Kenapa sih muka lo lucu banget kalau lagi marah gini, hem?"

Mattew langsung tertegun. Jantungnya mendadak gila saat Hana menyentuh kepalanya seperti itu. Rambutnya yang diacak-acak, tapi malah hatinya yang berantakan. "Han, sampai kapan gue harus nunggu? Gue bener-bener cinta banget sama lo," lirih Mattew membatin. Dari tatapan matanya, terlihat jelas jika pria itu benar-benar tulus.

"Kenapa liatin gue kaya gitu?" tanya Hana jadi salah tingkah karena tatapan Mattew begitu dalam.

"I love you Lee Hana," ucap pria itu tiba-tiba. Membuat Hana langsung tersentak mendengarnya.

"Matt—"

"Gue nggak butuh jawaban lo sekarang." Mattew langsung mengelus pipi Hana dengan sorot teduh. "Gue cuman pengen lo tau aja, kalau cinta gue ini benar-benar tulus, Han," ungkapnya.

Hana hanya terdiam, tidak bisa berkata-kata lagi. Ia takut menyakiti Mattew. Pria itu terlalu baik untuk disia-siakan. "Kapan pun lo datang, hati gue selalu terbuka buat lo. Tolong jadiin gue rumah kedua lo ya, Han?"

"Matt, lo terlalu baik buat gue. Gue sayang sama lo sebagai teman. Tolong jangan nyakitin diri lo sendiri hanya gara-gara gue," ujar Hana memelas.

Mattew tersenyum tipis. "Gue nggak pernah maksa lo buat milih gue. Tenang aja, cinta gue ini biar jadi urusan gue sendiri. Gue tau kalau lo itu cewek setia, Han, lo nggak mungkin nyakitin si Leon. Ketulusan gue ini nggak akan pernah menghancurkan ketulusan lo sama dia," ucap Mattew lirih, ia terus menggenggam tangan Hana dengan rasa sakit.

Hati Hana mencelos. Andai saja Mattew tahu jika dirinya memiliki dua kekasih. Apakah pria itu masih bisa berkata seperti ini?

Sangat mustahil, terkadang Hana saja jijik dengan dirinya sendiri.

Hana langsung meneguk habis alkoholnya dengan sekali tegukan. Hatinya sangat sakit saat melihat tatapan rapuh yang Mattew berikan. Kenapa ia selalu saja menyakiti pria-pria yang tulus kepadanya. Karena terlalu banyak minum, Hana langsung terhuyung. Dengan cepat Matthew merangkul tubuhnya. "Hey, Baby, are you okay?" tanyanya mengelus pipi Hana dengan lembut.

Hana tidak menjawab, Alisha dan Jenny yang baru saja kembali langsung menatap khawatir. "Kenapa dia, mabok lagi?" tanya Jenny, dan Mattew pun mengangguk.

"Ya udah, ayo pulang sekarang, takutnya dia makin parah," cicit Alisha khawatir.

Akhirnya Mattew menggendong tubuh Hana lalu membawanya ke dalam mobil. Sudah bukan hal aneh jika gadis itu tidak sadarkan diri jika mabuk seperti ini. Benar-benar merepotkan. Tapi anehnya Mattew tidak pernah merasa terbebani. Rasa cinta itu memang bisa membutakan segalanya.

Di lain tempat, Jevano terus menelepon Hana tanpa henti. Jam sudah menunjukan pukul setengah 12 malam, tapi gadis itu belum juga pulang ke rumah. Jika tahu seperti ini, Jevano tidak akan pernah mengizinkannya pergi. Jevano kembali menelepon Hana untuk yang kesekian kalinya. Gadis itu selalu saja membuatnya khawatir, tidak pernah mau diatur apalagi menurut. Benar-benar menyebalkan, tapi tetap saja ia akan mengalah karena takut Hana meninggalkannya.

Rasa cemasnya kian memuncak saat menyadari ponsel Hana tiba-tiba saja mati. Tidak ingin menunggu lama, akhirnya Jevano mengambil kunci mobilnya untuk mencari Hana. Jika tidak segera bertindak, ia takut kejadian dulu akan terulang lagi. Yah, Jevano masih trauma dengan kejadian penculikan Hana tempo dulu. Itulah mengapa dirinya selalu bersikap overprotektif dan posesif seperti ini.

Setelah memakai jaketnya, Jevano langsung berlari ke arah pintu. Tapi baru saja membukanya, di sana ia melihat Hana sedang digendong oleh seorang pria. Matanya melotot sempurna, rahangnya langsung mengeras kerena melihat gadisnya disentuh pria lain. "Maaf, Kak, Hana pingsan karena mabuk," cicit Alisha berdiri takut di samping Mattew.

Jevano mengembuskan napas kasarnya. "Biar gue aja yang gendong," ujarnya lalu segera merebut Hana dari Mattew. Walau kesal, Mattew membiarkannya begitu saja.

Dari arah dalam, Revan dan Harsa datang bersamaan. Bisa dilihat jika raut muka Revan langsung berubah setelah kedatangan Mattew di sana. "Lo lagi? Kenapa lo selalu biarin Hana mabuk, sih?" semprot Revan tiba-tiba.

Mattew menghela napas panjang, lagi-lagi dirinya yang disalahkan. Padahal tadi ia sudah mencegah Hana agar tidak mabuk. "Gue pamit dulu," pungkas Mattew lalu menarik lengan Alisha pergi dari sana. Tidak ingin berdebat dengan mereka karena takut jika hal itu akan memengaruhi hubungannya dengan Hana.

Jevano membawa Hana ke kamarnya lalu menidurkannya di atas kasur. Matanya terus menatap gadis itu tajam karena amarahnya tidak bisa ia sembunyikan. "Kenapa kalian biarin dia pergi pake baju kaya gini, sih?" tanyanya kesal.

"Lo pikir dia bakalan nurut kalau kita larang?" tanya Revan sama kesalnya.

"Udah lah, yang penting dia nggak kenapa-napa," sela Juan menengahi.

Jevano membuang napas kasar, lalu kembali menatap Hana yang masih belum sadarkan diri. "Ya udah gue panggil dulu Bi Lina biar ngegantiin baju dia," ujar Harsa langsung melengos.

"Biar sama gue aja, kalian sana keluar!" sanggah Jevano.

Ketiganya langsung menatap Jevano kaget. "Heh, lo mau telanjangi dia, gitu?" tanya Harsa menyentak.

Jevano hanya menatap ketiga sahabatnya itu dengan tatapan dingin. "Oh okey, kita keluar sekarang," ujar Revan tiba-tiba takut dengan tatapan itu.

Revan langsung mendorong Harsa dan Juan agar keluar. "Woy ingat, cuman gantiin baju! Awas aja kalau lo berani macem-macem sama dia!" peringat Harsa menunjuk sengit.

"Udah ah, ayo keluar." Juan menarik paksa lengan Harsa.

"J, awas lo kalau berani nyentuh adek gue, gue sumpahin mata lo bintitan!" Harsa masih mengoceh walau lengannya ditarik oleh Juan dan Revan. "J, ingat, Lee Hana itu Ratu kita, jangan berani apa-apain dia!" teriak Harsa lagi dan lagi.

"Berisik, monyet!" Revan langsung menoyor kepala Harsa kesal.

"J—" ucapan Harsa terpotong karena Juan membekap mulutnya, lalu menyeretnya pergi dari kamar itu.

Jevano menghela nafasnya lalu berjalan untuk membawa milk cleanser. Gadis itu bahkan tidak sadar di saat Jevano membersihkan makeup-nya, dan itu membuat Jevano geram. Bagaimana bisa ia berkeliaran dengan pakaian seksi, lalu mabuk sampai tidak sadarkan diri bersama pria lain.

Hana melenguh, mulutnya terus meracau tidak jelas. "Diem, makeup-nya harus di bersihin dulu!" ketus Jevano terus mengusap wajah Hana menggunakan kapas, tapi Hana malah meracau tidak jelas.

"Berapa gelas kamu minum, hah? Sampe mabuk separah ini?" tanya Jevano kesal, tapi masih tetap membersihkan make up-nya dengan telaten. Terkadang Jevano mengelusi wajahnya dengan lembut. Susah emang kalau udah bucin.

Di tengah kegiatannya itu, tiba-tiba saja Hana terbangun lalu melotot ke arah Jevano. "Hey, kamu siapa? Kenapa ada di kamar aku?" tanyanya menyilang tangan di depan dada. "Kamu mau macem-macem ya sama aku? Ayo ngaku!"

Jevano hanya menatap gadis itu datar, lalu kembali membersihkan make up-nya. "Ahh .... jangan sentuh aku. Kamu nggak tau ya, kalau pacar aku itu posesif banget. Mau dihajar sama dia, hah?" rengek Hana ngasal, lalu memukul-mukul tubuh Jevano.

"Diem ... jangan bikin aku marah!" bentak Jevano dingin.

"Hahaha emangnya kamu siapa? Kamu siapa bisa marah sama aku, hah?" cerca Hana angkuh. "Kamu nggak tau ya kalau aku itu ... ueeekk," tiba-tiba saja Hana memuntahkan semua isi perutnya ke baju Jevano. Pria itu menggeram kesal lalu menatap gadis itu tajam.

"BABE—" teriak Jevano marah. Lee Hana benar-benar merampas habis semua kesabarannya.

Hehe udah segitu dulu, maaf pendek yaa

Di tunggu yaa guys chapter selanjutnya
Maaf juga karena baru update, jujur ini mah aku lagi males banget nulis akhir-akhir ini huhu 😭

Semangati aku dong, komen sebanyak-banyaknya biar aku ada tenaga lagi buat ngide🙏

[ Jevano mode posesif  ]

[Sial, kenapa sih banyak yang suka sama cewek gue??? ]

[ Langkahi dulu mayat gue kalau lo berani macem-macem sama Hana ]

Hehe, Jevano ini definisi selingkuhan yang ga tau diri yaaa wkwkw😭💔🙏

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 147K 68
▪️Mafia/Gang au ▪️Soulmate au ▪️"Only fools fall for you."
2.8M 111K 62
➳ Mafia/Gang au ➳ "You're too innocent Areum, I'd ruin you."
2M 87.9K 54
☆Soulmate au ☆They were fated together Cover by @lor-beer
594K 25K 31
Alden Joshua Gracio. The Leader of Dankevoort ‒Geng yang dinyatakan sebagai geng paling berbahaya dan paling dihindari. Pria dengan sejuta rahasia ya...