Keifani tahu Darius sedang dalam keadaan mood yang tidak bagus, apalagi jika menyangkut teman masa SMP-nya, maka wajah Darius akan berubah masam belum lagi nada bicaranya bisa jadi sewot.
Bukan apa-apa? Keifani sengaja menguji Darius saat ini, dia hanya ingin tahu perasaan lelaki itu padanya. Memang tidak baik memanfaatkan Dalfian tetapi dia butuh temannya itu untuk memancing reaksi Darius.
Masih ingat diingatannya ketika Theana pernah memberikan ide ini padanya.
"Satu-satunya cara mengetahui perasaan Darius ke lo adalah menghadirkan orang ketiga dalam pernikahan kontrak lo ini."
Dan tercetuslah nama Arif sebagai kandidatnya. Namun, dia tak punya rasa percaya diri yang tinggi sebab dia pesimis rencana ini akan berhasil. Mengingat mereka tak pernah yang terlibat perasaan, ah lebih tepatnya Darius.
Rencana dari Theana hampir dia lupakan sebelum akhirnya pertemuannya dengan Dalfian membuat tingkah aneh Darius terlihat di depannya, bagaimana lelaki sangat tidak suka dengan Dalfian.
Maka, dia akan melakukan rencana Theana sekarang.
"Mau ke mana, Kei?"
"Nggak ke mana-mana kok, Mas. Hanya saja malam ini teman aku mau datang ke sini, nggak pa-pa, kan?"
"Siapa? Tiga sahabat kamu itu, ya?" tanya Darius penasaran, hari sabtu ini jadwalnya untuk ke Gym. Sudah lama rasanya dia tak berolahraga, berat badannya semakin bertambah dan dia tak akan membiarkan lemak tertinggal di dalam tubuhnya.
Semua karena masakan Keifani, terlalu enak untuk dilewatkan. Darius selalu merasa ingin menambah terus-menerus.
Apa makanan Keifani dikasih pelet ya? Ah, bisa jadi. Darius tak akan keberatan apalagi kalau peletnya dibumbui sebuah rasa cinta.
Jika benar, Darius tidak akan membiarkan lelaki lain mamakan masakan Keifani karena hanya dia yang boleh, titik.
Ngomong-ngomong soal cinta, Darius tak mau menyimpulkan terlalu cepat. Dia baru saja patah hati dengan cinta dan dia akan lebih berhati-hati serta ingin memastikan Keifani bukan tempat pelarian baginya. Darius tak mau menyakiti hati perempuan bermata kelam itu.
Karena Keifani adalah perempuan terakhir yang tidak akan Darius sakiti hatinya, entah sejak kapan Keifani menjadi bagian terpenting dalam hidupnya?
Keifani menggeleng malu. "Bukan, Mas. Tapi yang mau datang itu Pian."
Sudah Keifani bilang kan kalau nama Dalfian itu sangat sensitif di telinga Darius sebab detik berikutnya mata lelaki melotot kesal. "Apa?! Ngapain dia mau datang ke apartemen kita?"
"Mau bertamu, Mas," jawab Keifani santai. "Waktu di Kokas kami nggak banyak bicara karena Mami lebih mendominasi perbicaraan apalagi ada Ryeowook di sana, kamu tahu sendiri kalau Mami itu sangat suka orang Korea. Jadi, aku dan Pian sempat tukar nomor ponsel dan janjian di luar, tapi aku ingat pesan Papi nggak boleh ketemu di luar sama Pian tanpa ditemani kamu, eh ternyata kamu mau nge-gym hari ini jadi nggak bisa keluar. Makanya aku ajak aja main ke sini, boleh kan, Mas?"
"Nggak boleh!" larang Darius tas gym-nya di hempas ke lantai, sebenarnya dia akan segera berangkat tempat gym langganannya tetapi begitu tahu Keifani akan menerima tamu yang sangat tidak dia sukai rasanya gym bukan lagi keinginannya sekarang.
"Kenapa nggak boleh?" tanya Keifani polos, mata kelamnya mengerjab berkali-kali membuat Darius menahan gemas.
"Mana boleh kamu berduaan dengan lelaki yang bukan keluarga kamu di dalam satu ruangan tertutup!"
Keifani mengangguk seolah mengerti. "Kalau gitu izinkan aku ketemu Pian di luar."
"Nggak boleh juga!" Darius tetap pada pendiriannya, enak saja mau ketemu di luar. Dia tak akan membiarkannya. "Kecuali...."
"Kecuali apa?" Wajah murung Keifani berganti cerah.
"Saya ikut."
"Lho, bukannya Mas mau nge-gym ya?"
"Nggak jadi!" jawab Darius jutek, dia akan nge-gym sementara Keifani haha-hihi sama lelaki lain? Yang benar saja!
***
Keifani memasang wajah masam, bagaimana tidak penampilannya yang sudah sempurna---menurutnya---Darius malah menyuruhnya mengganti dress V neck berwarna hitam polos tanpa lengan, panjangnya hanya sebatas lutut, Keifani menutup lengannya dengan cardigan rajut transparan.
Dress itu masih tergolong sopan baginya tetapi tidak bagi Darius, terpaksa dengan berat hati dia menggantinya dengan pakaian yang lebih sopan versi Darius.
Lelaki itu tersenyum puas begitu melihatnya. "Nah, gitu kan cantik."
Keifani mendengus, niat hati ingin tampil cantik di depan Darius malah gagal.
Kapan lelaki itu bisa peka?
Keifani hanya tak sadar jika baik Darius maupun dirinya begitu dikasih kode tetapi sama-sama tidak peka.
Dasar.
"Puas, kan?"
Darius mengangguk mantap. "Puas banget, yuk kita udah sampai."
Keifani sudah mengabari Dalfian untuk bertemu di luar, lebih tepatnya di sebuah restoran padang. Mereka berjalan beriringan dengan langkah pelan, diam-diam dia mengulum senyum ketika tangannya dengan Darius saling bertaut erat. Sejak di apartemen hingga sampai di restoran tangan lelaki itu enggan terlepas kecuali sewaktu menyetir.
Darius seolah takut dirinya akan hilang, Keifani tak sadar terkikik geli.
"Kamu kayaknya senang banget mau ketemu cowok plastik itu."
Keifani mengabaikan julukan dari Darius untuk Dalfian. "Ya iyalah senang, abisnya aku masih kangen sama Pian, Mas."
Genggaman tangan Darius mengerat membuatnya meringis kecil, lelaki itu ternyata lucu juga jika sedang cemburu.
Bolehkah dia berharap begitu?
Begitu melihat Dalfian duduk di sudut dekat jendela, Keifani menarik tangan Darius yang mengenggam tangannya ke meja temannya.
"Udah lama, Yan?" Keifani dan Darius mengambil tempat duduk di hadapan Dalfian.
"Baru lima menit kok. Oh iya, aku nggak tahu kamu sama suami datangnya, aku hanya pesan dua porsi aja." Dalfian melirik Darius sejenak sebelum matanya kembali pada Keifani.
"Oh nggak pa-pa kok, ntar aku pesanin buat Mas Darius." Keifani membuka buku menu di atas meja, membacanya dengan seksama. "Mas mau pesan apa?"
Darius sengaja menggeserkan kursinya mendekat pada Keifani, lalu dengan santai melingkarkan tangannya di bahu perempuan bermata kelam itu. "Aku nggak terlalu suka masakan Padang, Yang. Jadi kayaknya aku pesan minum aja deh." Dia sengaja melakukannya di depan Dalfian biar lelaki berkulit putih pucat itu sadar akan posisinya, bahkan mengganti kata 'saya' menjadi 'aku'.
Sementara tanpa diketahui dua lelaki itu, jantung Keifani berdetak kencang hanya karena panggilan 'Yang' untuknya. Dan apa tadi? Darius menyebut dirinya dengan 'aku'? Oh Keifani suka itu.
Setelah minuman pesanan Darius datang, Keifani dan Dalfian menyantap makanan masing-masing, di atas meja sudah ada otak-otak, rendang, sambel ijo, dendeng balado, dan gulai. Sebenarnya pesanan Dalfian lebih dari cukup untuk mereka bertiga tetapi dia tidak mau membaginya.
"Mas, kamu yakin nggak mau makan?" Keifani bertanya, tidak enak rasanya makan sendiri sedangkan lelaki itu tidak.
Darius sedang memainkan ponselnya mengangkat kepalanya. "Boleh deh, tapi mau makan disuapin kamu." Nada suaranya terdengar manja.
Dalfian mendengus jijik. "Katanya nggak usah makanan Padang!"
Sementara yang disinggung malah cuek, bahkan membuka mulutnya saat Keifani menyuapinya.
"Kamu ingat nggak Kei, waktu kita kelas VIII, pelajaran kita kosong. Terus kita main nikah-nikahan, kamu jadi pengantin perempuannya dan aku jadi pengantin laki-lakinya. Terus...." Kalimat Dalfian terhenti karena suara batuk keras Darius, rupanya lelaki itu tersedak nasi di dalam mulutnya.
"Mas, kamu nggak pa-pa?" tanya Keifani sembari mengelus punggung Darius lembut.
Setelah meneguk air mineral milik Keifani, sesaknya sudah mulai membaik. Lantas mata tajamnya mendelik kesal pada Dalfian yang kini tersenyum miring kepadanya.
"Sialan! Rupanya lelaki berkulit putih pucat sengaja membuat gue tersedak!" rutuknya dalam hati.
***
BERSAMBUNG
Mas uus makin panas ya, mudah2an hatinya gak kebakar 😜😂😂
Vote dan komen banyak2 ya teman2 🙏
See you next part