Crimson Ties Behind the Scene...

TazKingdom tarafından

86.8K 4.8K 499

Memasuki Chukyo Gakuen merupakan kebanggaan bagi siapapun. Namun dibalik sekolah elite tersebut menyimpan ban... Daha Fazla

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22 (New Story)
Chapter 23 (New Story)
24 A: Minato's Story (New Story)

Chapter 16

2.5K 163 5
TazKingdom tarafından

Ruang Kepala Sekolah…

Matahari senja memasuki jendela ruangan mewah ini. Seorang guru, dan seorang murid saling bertatapan, dengan senyuman tipis yang tersirat di bibir mereka. Pembicaraan serius dari siang hari menghabiskan satu hingga tiga porsi cangkir kopi yang tersedia di atas meja. Bahkan, snack yang berupa cake telah habis dan hanya menyisakan piring kecil kosong beserta garpuhnya, dengan tisu bekas di atasnya.

"Aku dengar kepala sekolah dan wakil kepala sekolah terdahulu lah yang akan menangani study tour anak kelas tiga sekarang?" tanya Sai dengan nada tenang. "Apakah ini tidak akan terlihat mengganjil bagi Uzumaki? Kau tidak bisa merahasiakan terus-menerus mengenai penyebab kematian orang tua mereka karena…," Sai menghela napas, "siapa tahu wakil dan ketua sekolah Chukyo Gakuen terdahulu-lah yang memberitahukan rahasia itu terlebih dahulu pada mereka," Sai tersenyum tipis, "sampai kapan kau akan melindungi perasaan mereka, Kakashi-sama? Bukankah lebih baik jika Uzumaki mengetahui rahasia kematian orang tua mereka, sehingga… untuk memisahkan Uchiha dan Uzumaki itu lebihlah mudah."

Di balik buku novel yang selalu dibacanya ketika waktu senggang, Kakashi menganggukan kepala. Seketika Sai seperti melihat ekspresi mesum dari wajah kepala sekolahnya itu, tetapi dia segera menepis pikiran negatif itu. Tidak mungkin kepala sekolahnya yang menyeramkan ini membaca novel dewasa, seperti om-om mesum.

Tatapan bersahabat Sai berubah menjadi serius, "kau tampaknya tidak bisa berkutik ketika salah satu pemilik sekolah ini bertingkah, Kakashi-sama," kata Sai. Kakashi menutup bukunya, dan menatap Sai dengan serius di balik masker-nya, "kau yakin bisa mencapai tujuanmu?"

"Hati-hati ketika berbicara Sai karena aku bisa menedangmu dari sekolah ini dengan mudah…," jawab Kakashi dengan tenang.

"Aku hanya mengingatkanmu siapa orang-orang dibalik Uzumaki, dan Uchiha. Orang-orang di belakang mereka tidak bisa dianggap remeh, dan asal kau tahu hanya dengan sedikit pergerakan mereka—kau bisa 'terguling' dari kursi kekuasaanmu sekarang, " Sai mengambil bukunya yang tersimpan di atas meja, dan beranjak dari atas kursi, "Jadi, jangan terlalu lunak dan segera selesaikan urusan kita dengan Uchiha itu—Permisi!" pamitnya kepada kepala sekolah.

"Sai!" panggil Kakashi, dan Sai menghentikan langkah kakinya. Ia membelakangi Kakashi. Buku yang di tangannya di pegang dengan erat.

"Aku harap kau tahu apa yang pantas di sentuh dan tidak di sekolah ini, atau kau tahu sendiri akibatnya. Menyakiti mereka berdua tanpa seizin aku tidaklah akan pernah aku maafkan," kata Kakashi, dan Sai pun kembali melangkahkan kakinya—meninggalkan ruangan Kakashi.

.

.

.

Tap… Tap.. Tap…

Sai melangkahkan kakinya menelusuri pepohonan.

Dengan kepala tertunduk, dan tumpukan buku di tangannya Sai menatap bayangan di depannya. Matahari sore di hari ini sungguh hangat dan cerah. Apakah ini pertanda baik? Sai menghentikan langkah kakinya. Ia menatap langit senja yang menjulang tinggi di atasnya. Perlahan, semilir angin lembut meniup pipi pucatnya. Sebentar lagi semua akan selesai. Uchiha akan mendapatkan balasannya. Ia akan merasakan perasaan yang selama ini dirasakan oleh Sai. Ya, dendam terpendam selama beberapa tahun ini akan terbalaskan, dan manusia itu akan merasakan rasa sakit karena kehilangan seperti dirinya!

"Sebentar lagi kakak," bisik Sai sembari menatap langit, "sebentar dendam kita akan terbalaskan," iapun kembali melangkahkan kakinya, ketika salah satu buku di tangannya terjatuh. Sai pun menatap buku yang terjatuh tersebut sebelum menghela napas berat, dan melangkahkan kakinya—meninggalkan buku itu.

Buku siapa itu?

Sai pun tidak tahu.

Crimson Ties Behind the Scene

Disc: Masashi Kishimoto

Rat: M

Pairing: SasuNaru, dan pairing-pairing lainnya menyusul.

Warn: Penuh flashback (sesuai judul), OOC, boys love, miss typo, lime, kekerasan dll

Don't like, don't read!

Fic ini bertujuan bukan untuk dikomersialkan.

Chapter: Senju!

"Dimana anak itu?" Nagato melihat ke arah kiri dan kanan, tetapi sosok yang dicarinya tidak kunjung ada di depan matanya.

Ini adalah hari kedua Nagato menjadi seorang guru dadakan. Ia tidak menyangka menjadi seorang guru sangat sulit, apalagi murid yang diajarinya adalah seorang Menma. Sahabat Naruto ini kesulitan menghadapi tingkah muridnya. Pasalnya, Menma tidak pernah mau mendengarkan perkataan Nagato. Ia selalu membantah setiap perkataan Nagato, dan tidak mau mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru dan harus dikerjakan di bawah pengawasan Nagato. Padahal Menma adalah tanggung jawab Nagato. Jika Menma tidak menyelesaikan soal-soal itu, maka Nagato pun akan terkena hukuman. Begitulah aturan main acara camping ini!

Nagato frustasi mencari Menma. Ia menghela napas sejenak dan menatap langit sore. Nagato melihat jika burung-burung sudah mulai kembali pada peraduannya. Sedangkan matahari semakin turun—menyembunyikan dirinya. Ya Tuhan… sebentar lagi malam, dan lagi-lagi Menma belum mengerjakan tugasnya. Nagato memijat pelipisnya. Jika seperti ini terus maka dia akan terkena imbasnya. Kenapa Menma begitu membencinya? Kenapa Menma tidak bisa bersahabat dengan dirinya, walau hanya tiga hari?

Nagato akan melangkahkan kakinya ketika melihat sebuah buku tidak berdaya tergeletak di atas tanah. Dengan ekspresi heran Nagato menatap buku itu, dan perlahan mulutnya menganga. Po—porn book?! Nagato melihat ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada satupun orang di sekitarnya. Perlahan Nagato membuka halaman depan buku itu dengan memakai kakinya. Ia menatap jika buku itu menampilkan wanita sexy memakai bikini dan berpose menantang—menggoda iman. O-OH?! Nagato menutup mulutnya. Hidungnya hampir mengeluarkan darah. Hasrat laki-lakinya meningkat. Rasa penasarannya membesar. Nagato membuka lembaran selanjutnya, dan ternyata model di halaman selanjutnya semakin sexy dan menakjubkan. Wow! Hanya itu yang bisa dikatakan oleh pemuda yang sedang membulatkan mata itu, hingga tidak berkedip.

"Setidaknya ada hiburan di tempat laki-laki ini…," dengan seringai bahagian nan mesum Nagato mengambil buku itu. Daripada pusing memikirkan Menma, ia lebih baik melihat-lihat gambar pada buku itu.

.

.

Di tempat berbeda dengan waktu yang sama…

Ruangan yang tadinya terlihat sangat rapih berubah menjadi acak-acakan hanya dalam waktu sekejap. Laki-laki paruh baya yang menyandang sebagai kepala sekolah Chukyo Gakuen sibuk mengitari ruangannya. Sesekali ia menghempaskan barang di depan matanya. Dimana buku itu? Kenapa buku itu bisa hilang? Kakashi sibuk mencari majalah yang dipesannya. Majalah dewasa edisi terbatas telah hilang padahal dia menyimpannya di atas meja.

"Dimana majalah edisi terbatas itu?! Oh Naomi, Ryuzaki, hari ini aku tidak bisa melihat kalian," Kakashi semakin sibuk mencari buku itu tanpa mengetahui jika benda yang dia cari telah terbawa oleh Sai, terjatuh di atas tanah, dan ditemukan oleh Nagato.

Tazmaniadevil

Berkali-kali Naruto menghela napas. Dia duduk di atas batu besar tengah-tengah tempat tenda didirikan. Sesekali matanya menatap lembaran kertas yang digenggamnya. Kertas ini masih kosong…. Naruto menghela napas lagi ketika mengingat itu. Satu nomor pun Sasuke belum mengerjakan soal ini. Pemuda Uchiha itu masih saja menghindarinya. Naruto mengacak-acak rambutnya. Astaga! Harus bagaimana lagi dirinya agar Sasuke mau mendengarkan? Naruto akan membuang kertas-kertas itu ke atas tanah ketika bayangan seseorang terlihat di depan dirinya. Naruto membalikkan badannya.

"Naruto, kenapa kamu hanya diam saja? Dimana Sasuke?" tanya Iruka dengan nada cemas. Ia memandang Naruto yang wajahnya sangat kusut, dan ada lingkaran mata seperti kurang tidur.

"Jika aku tahu, aku pasti sudah mematahkan tulang kakinya agar dia diam tidak bisa melangkahkan kakinya sama sekali sampai soal-soal ini selesai," jawab Naruto dengan berapi-rapi—terlihat sekali pemuda berambut pirang ini sedang sangat kesal. Iruka merinding ngeri, "Dasar Teme! Dia adalah orang yang paling tidak bertanggung jawab," kata Naruto. Pemuda itu melipat kedua tangannya di depan dada. Mendumel sendiri. Wajahnya tiba-tiba memerah, dan membuat Iruka heran. Naruto pun mengingat kejadian beberapa waktu silam.

Flashback

"SASUKEEEEEE, AYO KERJAKAN SOALNYA!" teriak Naruto. Ia berlari ke arah Sasuke sebelum menghentikan langkah kakinya. Di siang hari yang terik ini dia harus berlari mencari Sasuke membuat dirinya cukup kehilangan banyak energi.

Naruto melihat jika Sasuke sedang dikelulungi oleh para pemuda dari asrama putih. Orang-orang itu memakai jas asrama putih sehingga Naruto mengetahui darimana orang-orang itu berasal. Naruto mengerutkan keningnya. Ia memiringkan keningnya. Mereka sedang apa? Kenapa Sasuke dikelilingi oleh orang-orang itu? Naruto mencuri dengar pembicaraan orang-orang di depan dia.

"Hahahaha, jadi ini pecundang dari anak asrama hitam?" kata salah satu anak dari asrama putih. Ia tersenyum mencemooh, ketika Sasuke hanya memakai ekspresi datarnya.

"Anak kebanggaan asrama hitam yang gagal pada tesnya…," lanjut salah satu temannya.

"Ya, seperti Menma, mereka berdua terlalu sombong hingga terjatuh dengan sendirinya," sahut orang pertama yang berbicara itu, dan disahut oleh gelak tawa ke delapan temannya. "Baka, baka, ba—

BUK!

Orang itu terjungkal ke atas tanah dengan sangat keras. Orang itu menatap pemuda yang telah menendangnya.

"Yooooo!" sapa Naruto dengan senyuman setan, "tampaknya kalian sedang bersenang-senang di sini?" lanjut Naruto. Ia menatap satu persatu orang di depannya dengan tatapan mengejek.

Orang yang ditinju Naruto menatap Naruto penuh dendam, "Naruto Uzumaki dari asrama merah," katanya, "Cih!" orang itu membuang ludah bercampur darah ke atas tanah.

"Oh, astaga!" Naruto memasang wajah terkejut, "aku tidak menyangka jika namaku begitu terkenal di tempat ini. Tidak aku sangka orang 'berguna' seperti kalian bisa mengenalku," katanya, "Tapi..," ekspresi Naruto berubah serius, "memang kalian harus mengenalku hingga tidak akan mengerjai 'sesuatu' yang dipedulikan oleh Naruto Uzumaki."

"BERISIK!" seluruh orang itu murka. Mereka bergerak ke arah Naruto, dan mengepung Naruto—Sasuke.

Naruto segera memasang kuda-kuda bertahan. Sedangkan Sasuke masih pada tingkah diamnya. Mereka berdua saling membelakangi, ketika musuh mengepung.

"Sudah lama, bukan?" tanya Naruto dengan senyuman tipis. Ia membisikkan kata-kata itu pada telinga Sasuke, "ini mengingatkan kenakalan kita pada beberapa tahun lalu. Kenangan yang indah~"

"….," Sasuke tidak menjawab perkataan Naruto.

"SERANGGGG!" orang-orang pun mulai bergerak ke arah Naruto dan Sasuke secara bersama-sama.

.

.

Pukul.

Tendang.

Tangkis.

Tahan.

Orang-orang dari asrama putih itu mengepung Sasuke dan Naruto. Mereka semua menyerang kedua pemuda itu bersama-sama. Tetapi dengan tenang Naruto menghindari dan membalas serangan mereka. Sedangkan Sasuke seperti tidak bergerak sama sekali, padahal orang-orang yang menyerangnya tiba-tiba terjungkal ke atas tanah tidak berdaya, walaupun dirinya tidak beranjak dari tempat barang sedikit pun. Apa yang dilakukan Sasuke tidak ada yang tahu. Terjelas dalam waktu detikan orang-orang itu sudah mengalami luka parah dan lari terbirit-birit ketakutan.

Setelah orang-orang itu lari.

Naruto memandang Sasuke, "waw, kita masih terlihat baik, walaupun akhir-akhir ini hubungan kita ku—

"Sudah aku bilang bukan jika kau tidak usah ikut campur urusanku?" Sasuke memandang Naruto dengan sengit.

Naruto menghela napas sejenak.

Keras kepala seperti biasanya…

Batin Naruto.

Dengan tenang Naruto menaruh kedua tangannya di belakang kepala, "Sudah aku bilang juga bukan jika aku akan mengikuti permainanmu? Permainan kucing-kucingan ini akan terus aku mainkan hingga kau lelah dan menyerah," Naruto memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Bagaimana Sasuke, apakah kau sanggup terus berlari dariku?"

"Banyak sekali kesalahan," Sasuke menatap Naruto. Di balik wajahnya yang tenang Naruto dapat melihat emosi dari sorot matanya, "Kesalahan pertama, kau tidak mendengarkanku…," kata Sasuke. Matanya memincing tajam seperti elang yang siap untuk menyambar mangsanya.

"…," Naruto memiringkan kepalanya sembari mengedipkan mata. Menyimak perkataan Sasuke dengan baik. Seringai masih terlukis di bibirnya.

"Kesalahan kedua, kau membuatku sangat marah dengan tingkahmu yang menyebalkan," kata Sasuke dengan nada meninggi.

"Lalu?" Naruto mengangkat sebelah alisnya.

"Kesalahan ketiga, kau tidak pernah mengerti apa yang aku bicarakan, dan tidak pernah serius menanggapi setiap perkataanku," seru Sasuke. Ia berbicara tanpa jeda, "Tidakkah kau bisa menanggapi perkataanku dengan serius?!" Sasuke lebih meninggikan suaranya.

"Mhm… intruksi! Kenapa kesalahan ketiga seperti terdengar seperti kesalahan kesatu, dan aku baru tahu jika kau berbicara panjang lebar kau tidak akan pernah bernapas? Hahahaha, pantas saja kau irit berbicara, sekalinya berbicara kau pasti nyaris mati," kata Naruto dengan cengiran lebar. Ia sedikit heran ketika Sasuke berbicara seperti tanpa bernapas, "Jadi, apakah aku memiliki kesalahan keseratus?" Naruto tersenyum menggoda. Ia seperti mengetes kesabaran Sasuke. "—atau kesalahanku lebih dari seratus? Aku harus bagaimana untuk menebus kesalahan i—

"KAU!" Seru Sasuke. Ia menunjuk hidung Naruto dengan penuh emosi.

"Tidak ada kesalahan, ya? Bagus jika tidak a—Sa—Sasuke, kau mau apa?!" seru Naruto ketika Sasuke melangkahkan kaki mendekati Naruto. Ekspresi Sasuke sangat mengerikan, dan otomatis membuat Naruto melangkahkan kaki ke belakang—sedikit takut. Sejenak Naruto seperti melihat aura gelap dari sekitar tubuh Sasuke.

"Kau berpikir aku bercanda?" tanya Sasuke dengan sangat dingin.

"Ng… sedikit..," jawab Naruto, tetapi dia tidak bisa mundur kembali. Ia kini terjebak di antara tubuh Sasuke dan pohon. Naruto tertawa grogi, "Aku tidak dapat bergerak lagi. Jangan pukul aku," Naruto menatap Sasuke dengan mata puppy eyes-nya. Matanya berkaca-kaca, "kau kerjakan saja soal-soal ini, dan jangan pukul aku. Plizzzzz~"

BUK!

Sasuke memukul batang pohon di samping kepala Naruto yang sibuk menelan ludahnya. Pemuda Uzumaki memejamkan matanya, "Akan aku buat kau menyesal…," bisik Sasuke, seperti janji setan kepada manusia.

Naruto membuka matanya. Ia menatap mata onyx di depannya, "Menyesal?" beo Naruto.

Pemuda Uchiha ini memandang wajah Naruto lekat-lekat. Orang di depannya ini telah merebut hatinya, sekaligus selalu membuat dirinya bingung dan kacau. Naruto adalah kelemahan satu-satunya. Ia mengalah, dan rela diperlakukan apapun agar Naruto aman, bahkan ia rela mengorbankan hatinya untuk pemuda itu. Tetapi, ketika dirinya melihat Naruto bersama Itachi selalu saja emosi yang tidak dapat dibendung memenuhi pikirannya. Logika Sasuke seperti terkikis ketika ingatannya mengenai adegan mesra Naruto dan Itachi terus terniang di pikirannya. Seharusnya Sasuke bersyukur karena di sisi Itachi yang tidak pernah terlibat masalah adalah satu-satunya tempat yang aman bagi Naruto. Namun, tetap saja Sasuke tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia jatuh cinta pada Naruto. Ia tidak rela Naruto bersama orang lain, bahkan dengan kakaknya sekalipun.

"Menyingkirlah dari hadapanku sebelum menyesal…," bisik Sasuke dengan nada tajam, "—karena aku bisa melakukan tindakan sangat buruk padamu, dan Itachi tidak akan bisa menolongmu."

"Itachi? Apa hubungannya Itachi dengan masalah ki—

Kiss.

Sasuke mencium bibir Naruto, matanya menatap wajah Naruto dari jarak sangat dekat. Ia menghisap bibir Naruto ketika salah satu tangannya memegang pipi Naruto. Sedangkan Naruto hanya bisa membelalakan matanya dengan ekspresi terkejut, dan hal itu menjadi kesempatan bagi Sasuke untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Naruto—menelusuri setiap rongga-rongga di dalam mulut itu.

Sa—Sasuke menciumku?

A—astaga Sasuke menciumku?!

Naruto hanya bisa terpana dengan kejadian yang sekarang ini sedang dialaminya.

Menyingkirlah.

Dorong aku, Dobe!

Benci aku.

Karena…

Itu mempermudah aku untuk melindungimu…

Sasuke membatin. Ia berharap Naruto akan membencinya.

Pemuda Uzumaki ini dapat merasakan bau keringat bercampur cologne Sasuke. Bau yang sangat addicted dan meransang. Perlahan Naruto memejamkan matanya. Ia megenggam baju Sasuke pada bagian pinggang. Dengan lembut Naruto menggerakan lidahnya. Ia menyapu dan memainkan lidah Sasuke. Tangannya perlahan naik ke arah leher sang Uchiha. Ia mengelus lembut leher itu dengan jari-jarinya. Lidah Sasuke yang berada di dalam mulutnya Naruto hisap pelan—menikmati secara detail setiap rasa air liur sang Uchiha.

Belaian jari-jari dan lidah Naruto membuat sang Uchiha mabuk kepayang—melupakan segalanya. Ia menekan bibirnya untuk memperdalam ciuman. Kedua tangannya berada di belakang kepala Naruto. Salah satu kakinya terletak di tengah-tengah selangkangan Naruto—menekan-nekan kejantanan Naruto yang masih terbalut oleh celana.

"Mhnnnmm…nnhnnn..nmnn..," Naruto mendesah di dalam mulut Sasuke. Sensasi pada tengah selangkangannya membuat jantungnya berdebar kencang, dan celananya mengetat. Ia membiarkan dirinya dimanjakan oleh Uchiha.

Jari-jari Naruto berpindah pada kancing Sasuke. Ia membuka satu persatu kancing kemeja itu, mencicipi kulit putih mulus yang berada di dalamnya. Dengan belaian lembut, secara hati-hati jari Naruto menelusuri dada Sasuke—mendekat pada tonjolan kecil di dada itu. Ia mengelus ujung nipple Sasuke secara mengambang, dan membuat tubuh Sasuke seperti tersengat oleh aliran listrik.

Sasuke dapat merasakan kelembutan angin kalah oleh panas tubuhnya. Ia dapat merasakan jika jantungnya berdetak sangat kencang, dan darah terpacu menuju kejantanannya. Semua masalahnya seperti memudar. Seluruh inderanya hanya terfokus pada jari-jari yang mengecap kulit di tubuhnya. Sasuke semakin terbuai oleh belaian Naruto ketika bunyi bibir saling beradu—diiringi turunnya cairan saliva menuju dagu terdengar di telinganya.

Lidah mereka saling menari, dan melilit. Kepala mereka bergerak mencari posisi nyaman, dan jari-jari mereka menggerayang antara satu dengan lainnya, memberikan kenikmatan tersendiri. Bunyi desahan terdengar di tengah-tengah teriknya sinar matahari, mengalahkan indahnya bunyi gesekkan dedaunan di sekitar pepohonan dekat mereka. Tubuh mereka menempel—tidak cukup jika hanya bisa saling menyentuh antara satu lainnya. Kancing kemeja mereka sudah tidak terkancingkan, memperlihatkan kulit mereka yang memerah karena panasnya sinar matahari di hari ini. Aroma keringat membuat libido mereka semakin meningkat.

Tidak mau kalah dengan Naruto, Sasuke membuka kancing kemeja sang Uzumaki dan memainkan nipple Naruto. Ia memilin, dan mengelus secara mengambang nipple itu. Sasuke membuat Naruto menggila di tengah-tengah ciuman panas ini. Dengan ibu jarinya Sasuke menekan nipple itu. Ia merasakan jika tonjolan pada dada Naruto itu mengeras—meminta lebih dari sentuhan sang Uchiha. Dengan lembut Sasuke mencubit nipple Naruto. Ia menarik-nari bagian sensitif pada tubuh Naruto itu, hingga sang Uzumaki mendesah keras di dalam mulutnya.

Beberapa saat kemudian…

Kedua pemuda itu membutuhkan oksigen. Mereka terlalu terbuai dengan ciuman ini hingga melupakan caranya untuk bernapas.

"Hah… hah… hah…"

Deru napas memburu terdengar dari bibir kedua pemuda itu, walaupun mereka hanya saling menyentuh dan berciuman. Mereka berdua saling pandang dengan jarak sangat dekat. Benang-benang saliva menyatukan bibir mereka. Kedua bibir mereka memerah—membengkak.

Naruto mengecup leher Sasuke. Tubuhnya berteriak meminta lebih dari pemuda di dekapannya. Ia menjilat leher itu ketika tangannya memegang kancing celana sang Uchiha. Ia membuka kancing celana itu. Sedangkan Sasuke hanya mendongakan kepalanya, membiarkan Naruto menjilati dan menghisap lehernya. Ia menikmati hisapan itu. Hisapan yang membuatnya memejamkan mata dan mendesah pelan, tidak menyadari jika Naruto tidaklah kunjung membenci dirinya, dan malah membalik—menggerayangi tubuhnya.

"Apakah kita harus ke dalam tenda atau melakukannya disini?" tanya Naruto di tengah-tengah kecupannya pada leher Sasuke, "aku sangat merindukanmu Sasuke. Berhentilah bermain kucing-kucingan denganku karena aku tidak bisa lepas darimu. Kebaradaanmu haruslah seperti bayangan bagiku. Kau tahu aku sangat ingin menyentuhmu seperti ini—menikmati suara, aroma, dan tubuhmu dengan cara seperti ini," Naruto menghisap keras leher Sasuke. "Rasa tubuhmu sangat sempurna 'suke," suara Naruto berubah parau.

"Ahhhhnnnnn," desah Sasuke. Ia menjambak rambut pirang Naruto. Sasuke merasakan jari tangan Naruto yang selesai melepas kancing celananya mulai bermain di bagian bawah perutnya. Mengelus bagian itu dengan menggoda—seakan meminta Sasuke untuk tunduk pada kenikmatan duniawi ini. Sekarang, jari-jari itu perlahan mulai mengelus bagian atas boxer-nya, akan masuk ke dalam bagian terprivasi di dalam tubuh Sasuke, dan membuat Sasuke sadar dengan apa yang dilakukannya sekarang.

Apa yang aku lakukan?!

Sasuke membuka matanya.

Dorong.

Sasuke mendorong Naruto, dan membuat Uzumaki terkejut.

Onyx dan biru saling bertatapan.

Dengan penuh emosi Sasuke menatap Naruto. Apakah Naruto menggoda Itachi dengan cara seperti ini? Apakah Naruto bisa dengan mudah untuk mencium siapapun di sekitarnya? Sasuke mengepalkan kedua tangannya. Rasa cemburu, marah, dan kecewa semakin besar dibenaknya—sama besarnya dengan kenikmatan yang diberikan Naruto. Seharusnya dia tidaklah marah. Dia harusnya merasa lega jika kakaknya yang jauh lebih layak dari Naruto adalah orang yang bisa menjaga Naruto, dan menjauhkan Naruto dari orang-orang menyebalkan di Chukyo Gakuen. Ya, tempat kakaknya adalah tempat teraman bagi Naruto. Namun ciuman ini membuat dia goyah. Ia menginginkan bibir, tubuh, dan segala hal di dalam tubuh Naruto. Ia ingin seluruh hal di dalam diri Naruto untuk dirinya sendiri! Ia tidak bisa menerima Naruto pernah dicium oleh kakaknya!

Cemburu dan kebingungan bercampur aduk di dalam tubuh Sasuke.

Sasuke membalikkan badannya. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat untuk meninggalkan Naruto.

"Sa—SASUKE?!" teriak Naruto. Ia akan mengejar Sasuke tetapi pemuda itu sudah menghilang lebih dahulu dari hadapannya.

End Flashback

Naruto mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia merasa malu. Apa yang dia lakukan? Kenapa dia membalas ciuman Sasuke? Kenapa ketika Sasuke menyentuhnya, Naruto tidak dapat menolaknya dan malah meminta lebih dari pemuda itu? A—astaga! Jangan bilang dia berubah menjadi gay? Dia mencintai sahabatnya sendiri. DIA MENCINTAI SEORANG PRIA?! Naruto mengelus bibirnya. Masa, sih dia menyukai pria? Tetapi, itu sangat mungkin. Hampir setiap malam dirinya memimpikan Sasuke menyentuh dirinya, dan membuatnya mabuk hingga langit ke tujuh. Issssshhhh, bagaimana jika Sasuke jijik pada dirinya? Bagaimana jika Nagato mengetahui jika Naruto sudah menjadi seseorang yang benar-benar gay, dan bagaimana jika… Sasuke tidak kunjung membalas perasaannya? Naruto pasti gila karena malu. Oh, iya! Tetapi kenapa Sasuke menciumnya? Apakah pemuda itu juga memiliki perasaan yang sama dengan Naruto, dan Naruto boleh berharap banyak pada Sasuke?

"Isssshhhhh!" Naruto mendesis kesal.

Dengan senyuman miris, Iruka menghampiri Naruto, "boleh aku melihat soal dan lembar jawabnya?" pinta Iruka pada Naruto.

Tanpa banyak komentar Naruto menyerahkan kertas-kertas di tangannya pada Iruka. Ekspresinya sangat kesal, hingga bibirnya mengerut—maju ke depan beberapa mili.

Dengan teliti Iruka melihat kertas-kertas kepunyaan Naruto. Benar juga kata Naruto, rupanya Sasuke belum mengisi satu soal pun. Kemana anak itu? Apakah dia tidak ingin naik kelas? Iruka membolak-balikan kertas, berharap ada satu soal saja yang dijawab oleh Sasuke, dan ternyata hasilnya hanya omong kosong, dan harapan bagi Iruka! Rupanya Sasuke tidak berniat untuk mengerjakan soal-soal itu. Iruka pun mengembalikan kertas-kertas itu pada tangan Naruto.

"Tampaknya kau harus lebih banyak bekerja keras," komentar Iruka. Ia menatap Naruto dengan ekspresi kasihan.

Naruto tertawa renyah sembari memutar kedua bola matanya, "terima kasih atas sarannya."

Ayolah siapa yang tidak tahu jika dia memang harus bekerja keras?

"Permisi, Iruka-sensei!" pamit Naruto. Ia harus mencari Sasuke kembali jika ingin pemuda itu lulus dari kelas satu.

Iruka menganggukkan kepalanya. Tampaknya masalah Naruto dan Sasuke sangat rumit karena ulah Kakashi.

.

.

Iruka memandang punggung Naruto hingga sosok pemuda itu menghilang dari pandangannya. Setelah itu, Iruka akan kembali ke dalam tenda pengawas sampai dia melihat sebuah pena yang tergeletak di pinggir batu yang diduduki oleh Naruto tadi. Iruka pun mengambil pena itu, dan melihatnya secara teliti. Naruto Uzumaki. Ternyata pena itu adalah kepunyaan Naruto.

"Dasar ceroboh," Iruka menghela napas berat. Ia harus mengembalikan pena itu ketika bertemu Naruto nanti.

Tazmaniadevil

Tokyo, Ritz-carlton hotel…

07.00 Malam hari…

Wajah Kyuubi sangat masam. Ia melangkahkan kakinya di lorong kamar. Setelah memastikan seluruh anak-anak kelas tiga mendapatkan kamar, dan tidak ada complain, Kyuubi akhirnya bisa beristirahat. Tetapi, itu tidak membuatnya senang. Ia masih merasa kesal karena selama dia menginjakan kaki di tempat ini, dia sama sekali belum beristirahat. Tubuhnya terasa pegal, kantung matanya semakin besar ketika dia kurang tidur. Tetapi, bukan masalah kurang tidur, maupun rasa lelah pada tubuhnya yang membuat amarah Kyuubi memuncak, melainkan masalahnya pada saat dirinya pertama kali tiba di dermaga.

flashback

Kepala Kyuubi hampir pecah. Wajahnya tidak kalah kusut dengan wajah anak kelas tiga Chukyo Gakuen di sekitarnya. Mereka semua mengalami hari yang berat pada hari ini. Baru saja tiba mereka harus diserang oleh fans gila Itachi Uchiha. Selain itu, fans itu semakin bertambah, dan semakin keras teriakannya—mengelu-elukan idola mereka. Sedangkan, Itachi yang awalnya berhasil mengkondisikan keadaan mulai tidak bisa menjaga tabiat fans-nya ketika para fans-nya itu semakin gila.

Itachi-sama!

Itachi I love you!

Teriakan fans itu membuat Kyuubi hampir gila. Fans itu semakin dekat ke arah mereka. Astaga! Itachi itu bukanlah seorang model sekarang ini. Ia adalah Itachi seorang murid Chukyo Gakuen. Pelayan Kyuubi Uzumaki! Jadi tidak ada satupun orang yang bisa mengucapkan kata cinta, bahkan berharap Itachi menjadi miliknya karena Itachi hanya milik seorang Kyuubi. Tetapi semua itu hanyalah teori di otak Kyuubi. Pada akhirnya, Kyuubi cukup ngeri melihat para wanita-wanita liar itu. Dirinya bisa diamuk hingga mati jika salah berbicara.

Apa yang harus kita lakukan?

Bagaimana ini kaicho?

Aku takut.

Kepanikan terjadi pada anak kelas tiga Chukyo Gakuen. Akibat dari mantan model papan atas, pemeran film, sekaligus bintang iklan yang sekarang ini berprofesi layaknya pelayan bagi anak-anak Chukyo Gakuen, mereka tidak bisa bergerak ke daratan barang sedikit pun. Mereka sudah pasrah akan diserang para fans itu ketika wanita-wanita mengerikan itu menaiki tangga kapal, semakin mendekat ke arah mereka. Namun, ketika semua anak kelas tiga akan berteriak karena ketakutan hendak masuk ke dalam kapal kembali munculah banyak pria memakai baju hitam dan kaca mata yang tiba-tiba menghentikan kegilaan fans itu. Mereka semua memberi jalan pada anak-anak kelas tiga Chukyo Gakuen, dan tanpa mengetahui siapa orang-orang itu anak kelas tiga Chukyo Gakuen pun mengikuti panduan pria berbaju hitam itu yang jumlahnya sangat banyak. Mereka berpikir lebih baik terlibat dengan orang asing dibandingkan wanita histeris itu.

.

.

Selamat dari kepungan para fans Itachi, Kyuubi dan yang lainnya dikumpulkan di suatu tempat kosong yang sangat besar, dan masih di dalam dermaga. Di dalam tempat itu terdapat peti kemas yang biasanya menjadi bahan muatan kapal besar. Mereka semua melihat ke kiri dan ke kanan berantisipasi jika ada yang menyerang mereka. Oh iya, seharusnya setelah mereka tiba di dermaga, mereka akan dijemput oleh pemandu mereka selama di luar Chukyo Gakuen. Namun, pemandu itu belumlah terlihat. Mhm…oh apakah orang-orang berpakaian hitam itu adalah utusan dari pemandu mereka?

Obito yang berdiri di samping Kyuubi menatap Kyuubi, "Kyuubi, apakah kita semua diculik?" katanya, "Bagaimana jika ini ulah salah satu fans Itachi yang merupakan tante-tante orang kaya dan biasanya orang-orang menyebutnya 'mama'," Obito melanjutkan, "kita akan dijual, dan ke virginan kita akan diambil," kata Obito, tidak masuk akal. Ia histeris oleh imajinasi liarnya sendiri.

Kyuubi memutar kedua bola matanya, "Hentikan hayalan tidak masuk akalmu i—

BRAK!

Pintu ruangan besar itu terbuka.

Seluruh anak kelas tiga Chukyo Gakuen membalikan badan mereka. Sinar matahari menembus mata mereka, membuat mereka harus memincingkan mata. Dari balik cahaya matahari di luar sana berdiri orang-orang yang memakai jas atau berpakaian sangat rapih. Kyuubi mengangkat sebelah alisnya. Dia tidak terlalu jelas menglihat karena sinar cahaya matahari. Siapa mereka, dan mau apa mereka? Apakah mereka orang jahat atau orang baik? Mata Kyuubi tetap awas—menatap ke depan.

Tap… Tap… Tap…

Derap kaki orang-orang itu terdengar, melangkah mendekat ke arah anak-anak Chukyo Gakuen.

"Mereka bukan Yakuza, kan?" Shisui menelan ludah, sedangkan yang lain tidak yakin jika Shisui itu salah berbicara.

"Ini sih keluar mulut harimau masuk mulut buaya," lanjut Obito dengan wajah cemas. Suasana mulai ricuh ketika para pemimpin mereka panik.

Kyuubi memutar kedua bola matanya untuk kesekian kalinya, "sudah aku bilang jangan berpikir macam-ma—

"Yoooooo, Gaki (anak-anak)!" sapa orang-orang yang kini berdiri di depan Kyuubi dan anak-anak Chukyo Gakuen.

Mata Kyuubi terbelalak, "UWAAAAAAAAAAAAAA, KAU KAKEK MESUM KENAPA ADA DISINI?!" teriak Kyuubi dengan horror. Ia menunjuk hidung Jiraiya tepat di depan wajahnya.

Obito dan Shisui memandang Kyuubi, "Ka—kakek mesum?" tanyanya. Tidak mengerti dengan perkataan Kyuubi.

Mata Kyuubi menatap sosok kakek tua berambut putih yang berdiri di hadapannya. Kakek itu adalah Jiraiya—orang yang merawat Naruto, Kyuubi, dan Nagato. Tetapi kakek yang hobby-nya membuat novel mesum itu tidaklah menyapa dirinya. Jiraiya hanya melihat sekeliling—seolah-olah tidak kenal pada Kyuubi. Padahal pemuda Uzumaki itu sudah berteriak-teriak karena terkejut melihat kakeknya yang tidak pernah memakai pakaian bagus kini menggunakan jas bermerek dengan gaya yang cool. Bukan itu saja! Jiraiya bahkan membawa bodyguard untuk mengawal dirinya.

"Jangan berpura-pura tidak kenal kau! KENAPA KAU ADA DISINI?" teriak Kyuubi, ketika Jiraiya tidak kunjung peduli pada kata-katanya. Bahkan Jiraiya seolah-olah tidak mendengar teriakan Kyuubi. Jiraiya hanya mengorek telingnya.

Shisui memandang Kyuubi dengan heran, "Kyuubi siapa dia?" tanyanya.

"Dia adalah waliku. Dia adalah orang mesum yang selalu aku ceritakan," Kyuubi menjawab pertanyaan Shisui. "DIA PENULIS NOVEL HENTAI!" Kyuubi mengacak-acak rambutnya—frustasi sendiri ketika mengingat hobby walinya.

Perkataan Kyuubi membuat suasana di dalam gudang peti kemas dekat dermaga itu menjadi ricuh. Mereka tidak menyangka jika Kyuubi mengenal pria ini. Bahkan bukan mengenal saja. Rupanya kakek-kakek yang merawat Kyuubi ini adalah orang yang merawat Kyuubi sejak kecil. Tetapi untuk apa kakek-kakek ini ada disini? Siapa dia sebenarnya?

Obito menelan ludahnya. "Oh kakek-kakek mesum yang itu?" gumamnya—lebih pada dirinya sendiri.

Jiraiya men-deathglare Obito. Pemuda Uchiha itu langsung memalingkan muka, berpura-pura tidak mengatakan hal yang menyinggung Jiraiya. "Kau jangan asal berbicara. Perkenalkan aku adalah Jiraiya-sama, Kepala Sekolah terdahulu Chukyo Gakuen," katanya dengan bangga. Ia tersenyum lebar, ketika yang kericuhan semakin terdengar di sekitar Kyuubi.

Ke—kepala sekolah terdahulu?!

"A—apa?!" teriak Kyuubi, Obito, dan Shisui secara bersama-sama.

"—dan aku wakil Chukyo Gakuen terdahulu…," terdengar suara dari arah belakang anak-anak kelas tiga Chukyo Gakuen. "Panggil aku Orochimaru-sama," lanjutnya.

Seluruh orang memandang pria yang baru saja memasuki tempat mereka berkumpul. Pria itu memiliki rambut panjang hitam pekat. Kulitnya sangat pucat, dan matanya persis seperti ular. Pria itu tersenyum licik ke arah mereka dan membuat anak-anak Chukyo Gakuen merinding ngeri. Mereka semua yakin jika pria itu benar-benar adalah wakil kepala sekolah Chukyo Gakuen pasti dia adalah wakil tergalak di antara semua wakil—berbeda dengan Iruka-sama (wakil kepala sekolah Chukyo Gakuen sekarang)!

Mulut Kyuubi membuka-tutup, "Ba—BANCI SALON ITU?!" teriaknya. Lebih shock dari sewaktu kedatangan Jiraiya, "KALIAN JANGAN BERCANDA!" teriaknya. Ia melihat secara bolak-balik Jiraiya dan orang yang dibilangnya banci itu.

Lagi-lagi seluruh mata tertuju pada Kyuubi.

Kyuubi tidak mungkin salah ingat walaupun dia sudah tiga tahun di Chukyo Gakuen. Orang di depannya adalah orang-orang yang dia kenal. Jiraiya adalah walinya, sedangkan pria yang baru saja datang itu adalah Orochimaru. Pria itu adalah tetangganya. Ia berprofesi sebagai tukang salon atau make up artis terkenal. Setiap memotong rambut Naruto pasti mendatangi Orochimaru. Sedangkan Kyuubi haruslah berpikir tujuh kali untuk mendatangi orang yang dianggapnya banci itu. Ia sebal dengan orang itu karena Orochimaru tidak pernah berhenti menggodanya, dan mengelus dagunya sembari mengatakan jika Kyuubi akan meneruskan profesi mulianya itu!

Orochimaru memutar kedua bola matanya, "Aissssh, tidakkah ada yang mengajari cara dia berbicara yang sopan? Pendidikan apa yang diterapkan Chukyo Gakuen hingga menciptakan bibit preman seperti ini?" katanya, dengan nada angkuh. Berbeda pada saat menjadi tetangga Kyuubi, Orochimaru di depannya sangatlah sombong dan lebih menyebalkan.

Kesabaran Kyuubi hampir habis, "Hei, kau jangan berkata sembarangan kalau berbicara!" teriaknya, "jangan main-main dengaku, tidak mungkin orang seperti kalian adalah mantan petinggi Chukyo Gakuen. Satu penulis novel bokep, satu lagi banci salon," Kyuubi melangkahkan kakinya. Ia akan memberi pelajaran Orochimaru dan Jiraiya.

Melihat Presiden sekolah mereka siap menyerang, seluruh anak-anak Chukyo Gakuen yang berdiri di belakang Itachi, Shisui, Obito, dan Kyuubi pun maju untuk menyerang. Tetapi, langkah mereka tertahankan ketika orang-orang berbaju hitam di sekitar mereka mengelilingi mereka. Bersiap untuk mengambil tindakan jika anak-anak Chukyo Gakuen bertingkah anarkis. Sehingga hanya Itachi, Shisui, Obito, dan Kyuubi yang masih ada di luar kepungan.

Kyuubi berhenti bergerak. Ia tidak ingin teman-temannya tersakiti.

"Jangan anggap remeh diriku," kata Orochimaru. Senyuman ularnya semakin lebar, "aku adalah mantan wakil sekolah kalian, sehingga sedikit gerakan dari kalian pasti akan bisa aku cegah."

Jiraiya menatap Orochimaru.

Tidakkah ini cukup keterlaluan?

Batinnya. Ia menjadi ingat kembali betapa killer-nya Orochimaru pada saat menjabat menjadi wakil kepala sekolah.

Provokasi Orochimaru berhasil pada Kyuubi. Pemuda yang merasa dibohongi dan tidak mengerti apa-apa itu menjadi kesal, "KAU! JANGAN BERMAIN-MAIN DENGANKU! SEBENARNYA APA MAKSUD KALIAN?!" teriak Kyuubi. Ia kembali bergerak untuk menyerang Orochimaru dan Jiraiya.

GRAP!

Seseorang memegang kerah baju Kyuubi pada bagian belakang.

BUK!

Kyuubi dihempaskan ke ata lantai dengan keadaan cukup keras. Akhirnya, pemuda keren itu berakhir seperti Cinderella yang sedang dijajah oleh ibu tirinya.

"ITACHI?!" teriak Obito dan Shisui ketika melihat kekekasaran Itachi pada Kyuubi.

Kyuubi menatap Itachi, "I—Itachi?" gumamnya. Matanya berbinar-binar karena Itachi sudah lama tidak menyentuhnya, "Kau tega sekali pa—HEI APA YANG KAU LAKUKAN?!" suara Kyuubi tiba-tiba mengeras ketika semua orang memandang dirinya seolah-olah berkata tumben sekali seorang Kyuubi tidak berteriak ketika ada yang menyakitinya.

Pemuda Uchiha itu mendekati Jiraiya dan Orochimaru, "kami tahu jika akan ada yang menjemput kami ketika tiba di sini," kata Itachi, "tetapi kami tidak tahu pastinya siapa yang akan menjemput kami," lanjutnya. Ia menatap Jiraiya dan Orochimaru secara satu persatu, "Melihat presiden sekolah kami tidak percaya pada kalian dan tampak panik, kami pun menjadi ragu pada kalian. Oleh karena itu, bisakah kami melihat SK (Surat Keterangan) mengajar di Chukyo Gakuen anda beserta Surat Keterangan dari Chukyo Gakuen?"

Jiraiya mengerti dengan pertanyaan Itachi, "Bawakan tasku!" perintahnya pada asistennya. Ia memerintah sembari memandang Itachi.

kakek tua berambut putih ini tahu jika hal ini akan terjadi. Kyuubi tidak mungkin dengan mudah percaya dengan perkataannya. Tetapi Jiraiya tidak menyangka Kyuubi bisa sebodoh dan sepanik ini. Pemuda berambut merah itu lebih memilih untuk berteriak-teriak dibandingkan mencari kebenaran. Padahal Kyuubi adalah Presiden Chukyo Gakuen, dan menurut kabar yang didengar Jiraiya, pemuda itu sangat hebat dan berwibawa seperti bapaknya. Tetapi tampaknya Jiraiya dan Orochimaru terlalu membuatnya terkejut.

Berbeda dengan pemuda di depan Jiraiya ini, Itachi tampak sangat tenang. Dalam seketika dia mengambil alih kepemimpinan ketika anak-anak Chukyo Gakuen yang lain sedang panik.

Jiraiya memberikan surat-surat yang diminta pada Itachi.

Itachi membaca kertas-kertas di tangannya. Kyuubi mengatakan jika kedua orang ini adalah orang yang sangat dikenalnya. Itachi pun mengingat dengan baik jika Kyuubi sering menyebut nama Jiraiya sebagai nama walinya, dan Itachi pun mengingat jika Kyuubi lebih memilih memotong rambutnya memakai bola sepak yang dibagi dua ketimbang dipotong oleh salon di depan rumahnya. Selain itu, pemuda Uchiha pun pernah secara selintas melihat Jiraiya ketika dipanggil ke sekolah Kyuubi pada waktu SMP.

Dahi Itachi berkerut heran. Ternyata Kyuubi tidaklah bohong. Laki-laki di depan Itachi ini bernama Jiraiya. Hal itu dapat dilihat pada surat-surat di tangannya. Tetapi bagaimana bisa Kyuubi tidak mengetahui jika walinya adalah kepala sekolah Chukyo Gakuen? Apa yang disembunyikan oleh orang di depannya ini, dan kenapa jika menyembunyikan itu semua—sekarang Jiraiya harus muncul di depan Kyuubi?

"Bagaimana Itachi?" tanya Obito. Ia mencuri lihat kertas-kertas yang dibaca Itachi.

"Sejauh yang aku lihat, surat ini asli…," jawabnya, "orang di depan kita adalah mantan wakil dan kepala sekolah Chukyo Gakuen."

Seluruh anak-anak Chukyo Gakuen saling pandang. Mereka sibuk berbisik-bisik.

"Kalian sekarang sudah mengerti, bukan?" tanya Orochimaru, "apakah masih ada yang keberatan?" tanyanya.

Seluruh anak-anak Chukyo Gakuen terdiam. Mereka semua memandang Obito, Shisui, dan Kyuubi yang sudah kembali berdiri tegak.

"Tidak," jawab Shisui. Ia dan Obito percaya pada sepupunya—Itachi—begitu juga dengan Kyuubi.

"Terima kasih," Itachi mengembalikan kertas-kertas itu.

Orochimaru mengambil kertas-kertas yang terdapat pada tangan Itachi, "jadi kalian sudah puas dan mengerti?" lanjutnya. Ia menatap satu persatu anak-anak Chukyo Gakuen yang masih memakai jas almamater asrama mereka, "sekarang cepat buka jas almamater kalian dan berikan pada pria berbaju hitam di dekat kalian!" perintah Orochimaru—sangat tegas.

Anak-anak Chukyo Gakuen tidak ada yang menuruti keinginan Orochimaru. Semua malah sibuk saling pandang dengan ekspresi wajah terheran-heran.

Kyuubi mendelik sebal ke arah Orochimaru dan Jiraiya. Setelah Itachi mengatakan jika kedua pria tua itu tidaklah berbohong, tidak ada lagi keraguan pada diri Kyuubi. Pemuda itu membuka jasnya dan melempar jas itu ke tangan Orochimaru. Matanya masih berkilat tajam—memperlihatkan ketidasukaannya pada Orochimaru dan Jiraiya yang telah mempermainkan dirinya.

Shisui dan Obito saling pandang, dan menganggukan kepala. Mereka berdua secara bersama-sama melepaskan jas mereka dan memberikan jas itu pada Jiraiya.

Melihat para pemimpin mereka memberikan jas almamaternya, anak-anak Chukyo Gakuen pun secara berangsur-angsur mulai melepaskan jas mereka dan memberikan jas itu pada pria berjas hitam di dekat mereka.

Beberapa saat kemudian…

Setelah seluruh jas almamater anak-anak Chukyo Gakuen terkumpul di anak buah Jiraiya dan Orochimaru.

"Ini adalah dunia nyata—bukan Chukyo Gakuen," kata Orochimaru. Ia meremas jas almamater di tangannya, "di luar Chukyo Gakuen bisa saja kalian bukan siapa-siapa," katanya sembari menatap Itachi—Kyuubi secara bergiliran, "aku harap jaga tingkah laku kalian, dan lupakan sejenak apapun konflik dari asrama kalian karena di tempat ini kalian bukanlah anak-anak Chukyo Gakuen melainkan… bagian dari penduduk suatu negara yang dilandasi hukum sangat ketat, dan tidak menerima kekerasan—apapun bentuknya," Orochimaru tersenyum setan. Ia menjilat bibirnya yang kering, "sedikit saja tindakan kekerasan di tempat ini akan menjadi 'suatu' hal yang lebih kejam daripada di Chukyo Gakuen."

"—sedikit saja terdengar pertengkaran di antara kalian, kami tidak akan segan-segan melaporkan kalian pada pihak berwajib," Jiraiya tersenyum lebar. Ia menatap wajah anak-anak Chukyo Gakuen yang memucat, dan mulai menjaga jarak dengan rekannya yang berbeda asrama, "—hahahahaha ya ampun, kenapa kalian begitu pucat dan langsung berantisipasi seperti itu? Santai—santai, aku hanya bercanda! Mana mungkin aku tega melaporkan anak-anak manis seperti kalian pada pihak berwajib? Apakah tempat itu begitu mengerikan, hingga kalian tidak bisa mempercayai rekan dari asrama lain?" senyuman keji Jiraiya muncul, "—atau di antara kalian sering melakukan sabotase, dan membuat rekan asrama lain terkena sial?"

Oh. My. God!

Keringat dingin mulai mengalir pada tubuh anak-anak Chukyo Gakuen. Kedua pria di depan mereka benar-benar setan. Kedua orang itu sepertinya sangat mengetahui pola pikir anak-anak Chukyo Gakuen. Mereka seperti tahu ketakutan, keinginan, bahkan gerak-gerik ter-detail anak-anak Chukyo Gakuen. Bahkan mereka tahu jika anak-anak Chukyo sering melakukan sabotase agar rekan asrama lain terlibat masalah dan dihukum. Ini lebih bermasalah daripada Kakashi. Mereka berdua terlalu berbahaya dan menyebalkan dibandingkan kepala sekolah sekarang!

"Baiklah, karena urusan di hari ini sudah selesai," Jiraiya tersenyum manis kembali, "—aku ucapkan selamat datang kembali di dunia 'nyata'….," Jiraiya bertepuk tangan, tetapi anak-anak Chukyo Gakuen terlalu shock untuk bertepuk tangan, atau merasa disambut, "tidakkah ada yang ingin bertepuk tangan karena acara menyenangkan ini?"

Dengan terpaksa anak-anak Chukyo Gakuen bertepuk tangan.

"Terima kasih, dan selamat beristirahat," Jiraiya mempersilahkan anak-anak Chukyo Gakuen untuk mengikuti para pria berbaju hitam, "—tetapi setelah satu-satunya orang yang masih memakai almamater di sini membuka almamaternya," katanya, dan membuat anak-anak Chukyo Gakuen yang sibuk bersiap-siap untuk pergi berisitrahat menghentikan langkah kakinya.

Semua kebingungan. Siapa lagi orang yang belum membuka jas almamater mereka? Anak-anak Chukyo Gakuen melihat ke sepenjuru arah—memastikan jika semua orang sudah melepas jas mereka. Tetapi, tidak ada! Seluruh anak Chukyo Gakuen sudah melepaskan almamater asrama mereka sampai pada saatnya… seluruh mata tertuju pada Itachi? Ya Tuhan, masa Itachi pun harus membuka pakaian a la tukang sampahnya itu?

Sepasang mata merah terbalalak. Ia melihat lekat-lekat Itachi yang tampaknya dengan tenang mulai membuka kancing bajunya. Sedangkan Orochimaru tersenyum setan—menatap gerak-gerik Itachi.

Dengan telaten Itachi membuka satu persatu kancing bajunya hingga pada bagian bawah. Ia pun hendak membuka kemejanya, ketika terdengar teriakkan, dan membuat seluruh orang di dalam ruangan itu terkejut.

"JANGAN!" teriak Kyuubi dengan sangat keras. Secara reflek ia berlari ke arah Itachi, dan mendekap Uchiha sulung dengan erat. Mencegah Itachi untuk membuka bajunya. Kyuubi menatap Orochimaru dan Jiraiya secara bergiliran, "Aku bersumpah akan membunuhmu!" Kyuubi sangat serius, "—jika kau terus memerintah dia untuk membuka baju," lanjutnya, "aku tidak main-main."

"Ky—Kyuubi," Obito menatap horror tingkah Kyuubi.

"Ka—Kaicho," anak-anak Chukyo Gakuen lain merasa aneh dengan tingkah Kyuubi. Tetapi tidak sadar dengan tatapan aneh orang-orang di sekitarnya.

Jiraiya menatap mata menyalang Kyuubi. Ia mendekatkan bibirnya pada telinga Orochimaru, "aku bersumpah anak ini akan menggila dan benar-benar akan melakukan segala cara untuk membunuh kita jika kita terus menggodanya," bisik Jiraiya. Ia tahu dengan pasti jika Kyuubi benar-benar serius kali ini.

Itachi mematung terkejut ketika pemuda yang mendekapnya adalah Kyuubi. Pelukkan Kyuubi sangat erat, seakan-akan tidak akan melepas Itachi. Pemuda Uchiha dapat merasakan bagian depan tubuhnya menempel pada tubuh Kyuubi. Ia dapat merasakan jari-jari Kyuubi megenggam belakang kemejanya dengan kuat. Selain itu, napas Uzumaki pun menggelitik leher Itachi. Dari pelukkan ini Itachi dapat merasakan keprotektifan Uzumaki pada dirinya.

Orochimaru setuju dengan perkataan Jiraiya. Ia melempar jas Kyuubi yang ada di tangannya tanpa banyak bicara lagi, "Pakailah ini! Tidak pantas kau mengenakan pakaian seperti itu," katanya sembari melempar jas itu, dan jas itu tepat mengenai kepala Kyuubi, "Apa kata orang-orang awam jika ada anak Chukyo Gakuen memakai pakaian berwarna orange seperti itu?"

Kyuubi mengambil jas itu, melepas pelukkannya pada Itachi, "cepat buka pakaianmu!" perintah Kyuubi pada Itachi.

Waktu yang bergulir semakin cepat membuat Itachi segera menuruti perintah Kyuubi. Ia membuka kemejanya dengan tenang. Berbeda dengan Kyuubi. Ia memandang Orochimaru dengan sengit, seperti berharap akan membunuh 'tukang salon' itu hanya dengan tatapan matanya. Sehingga Orochimaru tidak berani menatap Itachi dan Kyuubi. Ia yakin Kyuubi akan membunuhnya jika dirinya sedikit saja menatap bagian atas tubuh Itachi yang kini terlihat jelas.

Itachi selesai membuka kemejanya.

Kyuubi menutupi bagian atas tubuh Itachi dengan memakai jas almamaternya, "gunakan ini!" Kyuubi merapihkan jas yang dilingkarkannya pada tubuh Itachi, dan pemuda Uchiha itu hanya menurut saja pada perintah Kyuubi.

Kyuubi membalikkan tubuhnya. Ia memandang anak buahnya yang memandang dirinya dengan mulut menganga, "apa yang kalian lihat?" tanyanya dengan sangat dingin. "Bukankah urusan kita disini sudah selesai?" tanya Kyuubi. Pemuda itu mengambil tasnya yang sejak tadi disimpan di atas lantai, dan tanpa banyak bicara lagi ia segera melangkahkan kakinya untuk keluar ruangan itu.

Di saat Kyuubi melangkahkan kakinya seluruh anak-anak Chukyo memberikan jalan padanya. Baru kali ini mereka melihat tatapan mengerikan dari Kyuubi. Kemarahan dan rasa cemburu dapat terlihat jelas dari mata itu—tidak dapat disembunyikan lagi. Tidak ada yang berani berbicara atau berkomentar. Mereka tahu jika berurusan dengan Kyuubi di saat ini mereka tidaklah akan selamat di Chukyo Gakuen atau… di tempat ini?

Obito menyadari suasana yang tidak nyaman ini. "Apa yang kalian lihat?! Kalian pun harus bersiap-siap!" kata Obito, dan membuat seluruh anak-anak Chukyo Gakuen tersadar dari lamunan mereka mengenai Kyuubi. Sedangkan Itachi hanya memandang punggung Kyuubi yang sebentar lagi akan menghilang dari pandangannya.

Jiraiya dan Orochimaru saling pandang. Mereka tersenyum iblis sembari menggeleng-gelengkan kepala.

End Flashback

Blusssshhhhhh….

Wajah Kyuubi memerah dalam seketika. A—apa yang dia lakukan?! Dia telah menurunkan harga dirinya? Ini sangat memalukan. Ia telah melakukan tindakan bodoh di depan banyak orang. Jantung Kyuubi berdetak kencang. Sa—sakit…. rasa malu ini membuat dirinya sakit. Kakinya tiba-tiba terasa lemas. Ia menyandarkan tubuhnya pada tembok di lorong hotel. Apa yang akan dia katakan pada anak-anak Chukyo Gakuen jika mereka bertanya? Sekarang saja mereka tidak bertanya, tetapi suatu ketika pasti orang-orang itu akan mengungkit-ungkit masalah itu.

Ini. Sangat. Memalukan!

"AGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!" teriak Kyuubi—frustasi. Setelah ini, diapun pasti akan canggung untuk menemui Itachi.

Yeah, di hari ini karena Kyuubi tidak ada kegiatan malam, ia harus diam di dalam kamar, dan itu berarti…. ia harus menemui Itachi? Setelah kejadian itu, ini adalah pertama kalinya Kyuubi akan berduaan dengan ITACHI?! Why me? Why me? Kyuubi lebih baik bergadang seperti malam-malam kemarin. Bergadang di luar sana untuk mengurus anak-anak. Tetapi tidak ada kegiatan lagi, dan dia bisa dihukum jika berkeliaran tanpa sebab.

"TIDAAAAAAAAAAAAAAKKKKK!" Kyuubi menggila sendiri di tengah-tengah lorong hotel. "HUWEEEEEEE!" Kyuubi tiba-tiba nangis. Ia memukul-mukul tembok.

"Kyuubi, kenapa kau berteriak-teriak?" terdengar suara dari arah belakang Kyuubi.

Kyuubi memandang Shisui dan Obito. Ekspresinya langsung berubah menjadi cool.

"Kalian mau apa?" tanya Kyuubi dengan nada kesal. Ia tidak suka jika sedang menggila diganggu oleh urusan tidak penting.

"Sudah lama aku ingin mempunyai waktu senggang seperti ini," kata Obito. Ia memandang Kyuubi dengan serius, "aku ingin membicarakan masalah Sai," lanjutnya. Sehingga membuat kening Kyuubi berkerut.

"Masalah Sai?" beo Kyuubi—tidak mengerti.

Obito menganggukkan kepalanya, "Ya. Masalah Sai, dan sepupuku—" ia menghela napas berat, melepaskan beban di pundaknya sejenak, "Sasuke."

Mata Kyuubi pun memincing sangat tajam, ketika nama Sasuke disebut oleh Obito.

"Di masa lalu, sepupuku, dan Sai secara tidak langsung pernah berinteraksi," Shisui melanjutkan perkataan Obito, "—dan itulah awal mulanya Sai menjadi seperti ini," lanjutnya, hingga Kyuubi tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerutkan keningnya.

Tazmaniadevil

"Bwakakakakakaka…."

"Aku bersumpah akan membunuhmu~" Orochimaru menirukan gaya Kyuubi pada saat melindungi Itachi.

Pertemuan Orochimaru—Jiraiya, dan Kyuubi sudah berlangsung dua hari lalu, tetapi mereka tidak kunjung berhenti tertawa. Tidak disangka Kyuubi masih lucu untuk digoda. Anak itu sangat ekspresif dan suka kehilangan kontrol jika emosi. Tetapi Orochimaru dan Jiraiya tidak menyangka jika Kyuubi akan bertindak ekstrim seperti itu. Pemuda Uzumaki itu melindungi Uchiha sampai seperti itu.

Di depan Orochimaru dan Jiraiya terdapat dua pria paruh baya yang hanya memandang mereka berdua dengan tatapan bingung. Kedua pria itu terus mendengar pembicaraan Orochimaru dan Jiraiya mengenai Kyuubi.

Jiraiya menghapus air mata tawanya, "sudah-sudah Orochi! Kasihan mereka berdua sudah menunggu kita berhenti tertawa sejak tadi," kata Jiraiya. Akhirnya ia berhasil menghentikan tawanya.

Orochimaru berhenti tertawa. Ia memutuskan untuk serius berbicara.

Sejenak Orochimaru memandang suasana restoran bintang lima yang menjadi tempatnya makan malam bersama orang-orang di dekatnya. Setelah sekian lama akhirnya dia kembali memakai jas dan makan di tempat seperti ini. Ia mendengar musik klasik melantun merdu—menemani orang-orang di dalam restoran ini menikmati makan malam mereka. Sedangkan semilir angin AC turut membuat suasana di dalam restoran ini sejuk. Para pelayan secara telaten menyiapkan kebutuhan para pengunjung restoran bernuansa klasik ini agar pelanggan merasa puas, dan kembali ke tempat ini.

"Aku tidak setuju jika Jiraiya harus muncul di depan Kyuubi," pria dengan rambut panjang berwarna hitam kecokelatan memandang Jiraiya dan Orochimaru secara bergiliran, "Ini benar-benar terlihat mengganjil dan mengagetkan pastinya bagi Kyuubi," lanjutnya, ketika Jiraiya dan Orochimaru saling bertatapan.

"Aku hanya sedikit memperlihatkan kekuasaanku pada Kakashi," jawab pria satu lagi. Pria berpotongan rambut pendek acak-acakan, dengan warna rambut putih.

Tidak ada yang berani berbicara ketika kedua pria itu mulai berdebat. Orochimaru dan Jiraiya hanya bisa mendengar pembicaraan mereka.

Pria berambut cokelat dan panjang di depan Jiraiya itu adalah Hashirama Senju. Dia adalah pewaris kekayaan Keluarga Senju. Biarpun tingkahnya yang kekanak-kanakan dan sering melakukan tindakan konyol, orang-orang menyebut Hashirama sebagai pria bertangan dingin. Segala usaha yang dipegangnya akan membuahkan hasil yang sangat baik. Di Jepang, bahkan hingga ke mancanegara nama pria ini sudah sangat dikenal. Ia sering melakukan kerja sama dalam bidang property atau pertambangan dengan berbagai macam perusahaan. Dengan didampingi istrinya yang sama baiknya dalam berusaha, nama keluarga Senju semakin terkenal.

Di samping Hashirama adalah adik Hashirama—Tobirama. Berbeda dengan kakaknya yang friendly, dan easy going, Tobirama lebih suka dirinya disebut si tangan besi. Pria yang menjadi orang kedua di Keluarga Senju ini selalu berhasil menata hidupnya dengan tingkahnya yang sangat serius, dan memiliki ambisi tersendiri untuk menjadi yang terbaik. Bukan hanya satu atau dua kali Tobirama bertengkar dengan kakaknya karena perbedaan sikap. Hanya karena Hashirama sangat menyayangi Tobirama dan selalu mengalah saja hubungan kedua kakak ini selalu baik. Tetapi, dibalik sikap dingin dan seriusnya, Tobirama sangat menyayangi Hashirama dan rela melakukan apapun untuk menunjukkan rasa kasih sayangnya pada kakaknya. Brother complex… itulah yang orang-orang bilang mengenai Tobirama.

Tobirama memandang kakaknya sengit. Ia memandang pria yang baginya tidak pernah serius, "Kau tahu, untuk memastikan cucumu baik-baik saja, akupun telah mengorbankan cucuku. Aku melakukan ini agar cucumu tidaklah merasa terbuang dan terkucilkan—tidak punya teman karena tingkahmu yang membiarkan mereka tumbuh jauh dari lingkungan Uchiha Fugaku. Tetapi nasib tetap nasib. Dijauhkan bagaimanapun jika sudah takdir maka mereka akan bertemu," Tobirama menghela napas, "Aku memberi mereka teman sepenanggungan. Aku membiarkan Nagato mengetahui jika dirinya hanyalah seorang anak dari panti asuhan yang tidak memiliki siapapun."

Tobirama memang orang ambisius, tetapi Hashirama bisa menjadi lebih ambisius dari adiknya. Ia bisa membiarkan cucunya di tangan orang lain karena alasan tertentu. Berbeda dengan Hashirama, Tobirama selalu menemui Nagato di waktu senggangnya, walaupun dia hanya mengaku sebagai kakek-kakek yang kesepian dan membutuhkan teman berbicara. Ia selalu memantau semuanya melalui Nagato, hingga sampai pada saatnya Nagato harus pergi ke Chukyo Gakuen. Ia tidak dapat lagi berbicara dengan cucu satu-satunya, dan ia tidak memantau semuanya dengan mata-kepalanya sendiri.

"—Kau tahu kenapa? Karena bukan hanya kau saja yang sayang pada Naruto dan Kyuubi. Tetapi aku juga. Aku sangat sayang pada anak-anak yang memiliki masa depan cerah seperti mereka, aku tidak ingin masa depan mereka hancur karena kekurangan kasih sayang. Oleh karena itu, aku mengirim cucuku bersama mereka agar aku mudah untuk memantau perkembangan mereka, dan memastikan kebutuhan mereka terpenuhi," kata Tobirama. Sebelum masuk ke dalam Chukyo Gakuen ia masih mempercayai jika jalannya untuk memasuki Nagato ke dalam kehidupan Naruto—Kyuubi benar, "Tetapi nyatanya, aku semakin lama semakin merasa jika jalanku untuk mempercayakan cucuku bisa berkembang bebas bersama cucumu ternyata salah. Aku yakin lambat laun cucuku dan cucumu akan terjerumus karena tingkah kita yang seperti ini, dan kemunculan Uchiha-Uchiha itu!"

"Terima kasih, aku sangat menghargai kebaikanmu itu…," lirih Hashirama. Ia tersenyum kecut ketika ditegur oleh adiknya.

"KENAPA hanya diam saja? Kau membuat Naruto dan Kyuubi diliputi rasa takut, dan aku yakin Nagato pun memiliki perasaan yang sama seperti mereka berdua. Kau menutup telingamu mengenai kabar mereka di Chukyo Gakuen. Kau seolah-olah tidak tahu jika mereka berdua menderita karena ulah KAKASHI HATAKE! Orang itu tidak akan melepaskan FUGAKU UCHIHA!" seru Tobirama. Emosinya meningkat, dan membuat orang-orang di sekeliling mereka terkejut karena teriakan Tobirama, "Orang macam apa kau ini? Kau seperti tidak mengakui cucumu sendiri. Apa kau berharap mereka mati seperti kedua orang tua mereka?"

Perkataan Tobirama membuat Hashirama terkejut. Ia tidak terima dengan perkataan Tobirama, "Tobirama aku sangat menyayangi Minato dan Kushina, dan pastinya aku sangat menyayangi cucuku. Mereka selalu aku simpan di dalam hatiku terdalam hingga aku tidak bisa menyakiti orang yang mereka sayang. Asal kau tahu menantuku—Minato—sangat menyayangi Chukyo Gakuen. Iapun sangat menyayangi Fugaku, dan kau tahu sendiri seberapa berat sakit hati Fugaku atas kehilangan Minato. Kau sendiri yang tahu seperti apa keadaan Fugaku ketika dikala itu. Ketika dia pulang dari tempat itu, ia tak lebih dia seperti seorang zombie, bahkan hingga sekarang! Ia tidak pernah tersenyum. Berbeda dari Fugaku Uchiha yang kita kenal di masa-masa sekolah dulu. Fugaku yang ceria dan penuh semangat," kata Hashirama. Ia menatap Tobirama dengan tajam, "Selain itu, kau tidak lupa bukan ikatan di antara Kakashi, dan Fugaku? Masa lalu mereka tidak bisa dipisahkan. Mereka memiliki rasa sakit yang sama karena kehilangan, dan rasa sakit pada diri mereka berimbas hingga ke Chukyo Gakuen—sekolah penuh kenangan bagi Fugaku dan Minato," lanjutnya. Tiba-tiba mata Hashirama berkaca-kaca ketika mengingat menantunya.

"Aku tidak peduli dengan masa lalu," Tobirama berkata ketus, "Jika terjadi sesuatu pada cucuku satu-satunya, dan Naruto—Kyuubi, tanpa ijin darimu akulah yang akan bertindak…," sumpah Tobirama, "Tidak peduli kenangan apa yang terjadi di sekolah itu. Tidak peduli dengan Minato. Tidak peduli apapun akulah yang akan menghentikan Hatake, dan jika perlu…," Tobirama menghela napas sejenak. "—aku akan menghancurkan Hatake beserta Chukyo Gakuen… atau sumber masalah itu sendiri (Fugaku)," Tobirama melempar serbetnya ke atas meja. Ia beranjak dari atas kursi.

"Tobirama…," lirih Hashirama. Ia memandang adiknya dengan tatapan cemas.

Tobirama memandang sengit kakaknya, "Kyuubi, Naruto, dan Nagato adalah masa depan. Sedangkan bagiku, ikatan merah di antara Kakashi, Fugaku, dan Minato hanyalah masa lalu. Apabila merusak masa depan maka harus diputus…," Tobirama melangkahkan kakinya—meninggalkan restoran.

"To—TOBIRAMA!" teriak Hashirama, tetapi adiknya tidak mendengarkan teriakkannya, "—ini tidak semudah itu karena ini menyangkut perasaan Fugaku. Aku masih mempercayai Fugaku, dan aku menjauhkan Kyuubi—Naruto dari Fugaku agar mereka tidak mendengar kabar buruk itu, tetapi… seperti yang kau katakan takdir adalah takdir. Kedua cucuku malah sangat dekat dengan anak-anak dari Fugaku ketika aku telat menyadarinya," bisik Hashirama pada dirinya sendiri. Sedangkan Orochimaru dan Jiraiya hanya bisa menatap makanan di depan mereka yang sudah mendingin dengan cemas. Selera makan mereka hilang seketika. "Benar katamu. Aku kurang perhatian pada cucuku, hingga masalah ini semakin rumit. Kakek macam apa aku ini?"

Tubuh Hashirama terasa lemas. Sampai kapan dia bisa menyimpan rahasia ini dari semua orang—terlebih Naruto dan Kyuubi. Ia tidak ingin keadaan semakin kacau. Ia tidak ingin Fugaku semakin tersudutkan. Ia percaya jika Fugaku tidak mungkin salah. Ia percaya jika gosip yang beredar di dekatnya adalah salah. Ia sangat percaya jika Fugaku bukanlah orang yang membunuh menantu kesayangannya. Tetapi… apakah hanya dia yang percaya pada Fugaku?

Tazmaniadevil

Sembari tidur-tiduran Nagato membuka lembaran demi lembaran buku yang telah ditemukannya. Hari sudah gelap sehingga Nagato harus melihat buku itu dengan menggunakan lampu cempor di depannya. Sesekali Nagato mendesah pelan. Ini benar-benar hot dan sangat asyik—sayang sekali Naruto dan Sasuke tidak bisa melihatnya. Padahal, sewaktu dulu Nagato dan kedua sahabatnya itu selalu berbagi segalanya bersama-sama. Bahkan mereka menonton film porn bersama-sama, dan secara bersama-sama juga berebutan kamar mandi.

Sret…

Bagian pintu tenda terbuka membuat yang sedang tiduran dengan perut menempel pada tikar terkejut.

Nagato memandang orang yang telah membuka tendanya, "Me—MENMA?!" katanya—panik. Ia secara spontan menutup buku di tangannya.

Melihat gerakan Nagato yang mencurigakan, Menma mengangkat sebelah alisnya, "Kau sedang a—apa?" tanyanya. Menma duduk di pintu tenda, dan membuka sepatunya sebelum masuk ke dalam tenda itu.

"Ha… ha… ha..," Nagato ketawa miris. Merasa malu karena kepergok oleh Menma ketika dirinya sedang membaca buku tidak senonoh. Ia memutuskan untuk membagi buku itu dengan Menma. Siapa tahu dengan membaca ini, dirinya dan Menma bisa lebih bersahabat, "A—ah, aku menemukan majalah ini pada saat mencarimu, Ayo du—

"Jangan sentuh-sentuh!" seru Menma sembari menepis tangan Nagato. Sahabat Sasuke itu mengangkat kedua tangannya—menyerah. Pemuda berambut hitam ini memang sulit untuk ditangani.

Menma memasuki tenda. Ia duduk di samping Nagato yang kembali sibuk membaca buku. Menma membuka tasnya. Ia mengambil tempat makan, dan melihat isi tempat makanan itu. Buah-buahan. Menma mengambil anggur dari dalam tempat makanan itu, dan menikmati anggur itu. Dari sudut matanya Menma mengamati Nagato. Ia melihat dari ujung rambut, pundak, dan… pinggang? Menma menelan ludahnya ketika bagian bawah baju Nagato sedikit naik ke atas dan menampilkan kulit pinggang putihnya yang mulus.

Shit!

Batin Menma. Secara tidak sengaja ia menghisap anggur di mulutnya kuat-kuat. Berharap itu adalah bagian terbaik dari tubuh Nagato.

"Lihat-lihat di dalam balutan bikini wanita ini sungguh sexy…," gumam Nagato dengan semangat. Perhatian Menma secara spontan langsung teralihkan pada gambar wanita yang bagi Menma seperti mengenakan pakaian dalam saja, "sungguh besar, dan apabila dibuka sepertinya indah sekali tonjolan pada dadanya…," gumam Nagato, dan Menma hanya mengedipkan mata.

Perkataan Nagato membuat mata Menma secara bolak-balik memandang tubuh Nagato dan gambar pada majalah itu. Ia menelan ludahnya, ketika imajinasinya mulai bergerak liar hendak membuat dirinya gila.

Di dalam otak Menma tiba-tiba setting berubah menjadi di pinggir pantai. Bunyi deburan ombak, dan hembusan angin panas pantai menggelitik tubuh Menma. Pemuda itu serasa ada di surga. Ini adalah tempat yang paling terindah dan paling Menma sukai. Pemuda itu melangkahkan kakinya. Membiarkan kakinya tercium oleh hempasan ombak yang dibawakan oleh angin. Matanya menatap ke depan. Ia melihat jika seseorang telah berbaring di kursi pantai dengan dilindungi oleh payung pantai berwarna biru putih.

Menma menghampiri orang itu, dan matanya terbelalak. Ia melihat jika Nagato sedang terbaring di atas kursi pantai. Pemuda itu hanya mengenakan celana renang ketat. Bagian atasnya terbuka—tanpa sehelai benangpun, dan kulitnya memerah karena terkena sinar matahari. Bibir Nagato terbuka sedikit, matanya sayu, ketika wajahnya memerah. Jari-jarinya sibuk memilin tonjolan kecil pada dadanya sendiri.

"Menma~ Menma~ Uhhhh…lihatlah nipple pink ku! Indah bukan? Oh Menma..sentuh aku…Menma…," Nagato mendesah. Nipple-nya mengeras, dan gundukan besar terlihat di balik celana renang Nagato.

Menma menelan ludahnya. Ia mendekatkan tangannya pada nipple Nagato, hendak menyentuh bagian sensitive itu, "Ugh.. ini pasti lembut, sebentar lagi akan aku buat keras…," gumam Menma. Wajahnya memerah, tidak sabar untuk menyentuh bagian itu.

"Lembut? Apa yang lembut?" terdengar suara Nagato.

"Nagato, tidak usah bertanya lagi, tentu saja yang lembut i—itu…," suara Menma tertahankan. Cengiran mesumnya menghilang ketika yang dihadapinya adalah Nagato asli—bukan imajinasinya.

Menma memandang sekeliling. Ternyata ia tidak berada di pantai. Ia berada di dalam tenda. Sedangkan pemuda sexy itu ternyata tidaklah sedang mendesah untuknya. Nagato sedang sibuk memandang Menma dengan cemas, ketika jari-jari Menma sibuk memilin angin.

"Kau sedang apa Menma?" tanya Nagato di saat jari-jari Menma bergerak tidak karuan. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Menma yang memerah, dan sedikit guratan mesum pada ekspresinya. "Kau sedang menghayal yang tidak-tidak mengenai wanita ini, ya?" goda Nagato—tidak tahu jika dia adalah wet dream berjalan Menma. Nagato menunjuk-nunjuk majalah dewasa itu dengan semangat.

Digoda oleh bintang mimpi basahnya Menma menjadi salah tingkah, "BUKAN URUSANMU!" teriak Menma. Ia mendorong Nagato sehingga pemuda itu harus terjungkal ke atas tikar dengan bagian belakang terlebih dahulu.

"Sakit Menma!" seru Nagato sembari bangkit dari posisinya sekarang, "Chk…," Nagato berdecak kesal. Ia memutuskan untuk kembali membuka halaman selanjutnya majalah itu, "Dasar kau ini selalu kasar saja pada—

"APRON NAKED?!" teriak Menma dan Nagato bersamaan ketika melihat gambar selanjutnya dari majalah 'surga' itu. Mata kedua pemuda itu membulat bersamaan ketika hal yang diimajinasikan mereka jauh berbeda.

Mata Nagato berbinar-binar, "kau tahu, apron naked adalah imajinasi terliar bagi seorang pria," katanya. Ia tidak berkedip sama sekali ketika gambar itu begitu memukau bagi dirinya, "Tidakkah kau bisa membayangkan jika kelak nanti kau pulang kerja istrimu akan menyambutmu di dapur hanya dengan memakai apron dan mengatakan; Selamat datang sayangku—Menma, bagaimana kerjamu di kantor tadi? Kau ingin mandi, makan atau—istrimu di saat itu menatapmu dengan malu-malu. Ia menggigit bibirnya seperti ini," Nagato memperlihatkan gerakan bibir sexy nan sensualnya pada Menma, "—dan mengatakan eat me, Menma~" Nagato sukses mengeluarkan suara rayuannya.

Suara rayuan Nagato nyaris membuat jantung menma copot. Keringat panas dingin keluar dari tubuh Menma ketika jantungnya berdetak kencang. Matanya tidak bisa berbohong. Ia tidak bisa berhenti menatap Nagato, dikala imajinasinya semakin liar. Ia membayangkan beberapa tahun kemudian Nagato akan menggunakan apron dan menyambutnya, persis seperti yang dikatakan pemuda di depannya. Nagato akan tersenyum malu-malu sembari memasak, ketika tubuhnya hanya dibalut oleh apron.

"Na—Nagato…," suara Menma menjadi parau. Ia menelan ludahnya, ketika kaki Nagato yang hanya memakai celana pendek berdampak cukup banyak pada libido Menma.

Nagato mengalihkan perhatiannya pada Menma. "Ada apa Men—Me—Menma ada apa denganmu? Me—Menma tu—Tu—UWAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriak Nagato ketika tubuhnya diterjang oleh Menma. Tubuh Menma kini berada di atas tubuh Nagato. "Me—Menma menyingkir—

"ROAAAARRRRRRRR!" Menma menggigit leher Nagato. Ia menahan kedua tangan Nagato di samping kepala Nagato sendiri. Pemuda yang tidak dapat menahan diri lagi mulai menjamah leher Nagato dengan giginya.

Nagato melawan. Ia meronta, dan berusaha menghentikan kegilaan Menma, "MENMA, NYEBUT MENMA! NYEBUT! AKU BUKAN WANITA DI DALAM IMAJINASIMU!" Nagato salah paham. Ia menyangka Menma terbawa suasana, dan menjadikan Nagato sebagai obyek pelampiasan wanita impiannya. "MENMAAAAAA! TOLOOOOONGGGGG! HELLLLPPP MEEEEEEE!"

"ROARRRRR! ROAAARRR!" Menma menggeram di leher Nagato yang sudah terdapat banyak bercak gigitan yang mengerikan.

BRUK!

Tenda runtuh karena terlalu kecil untuk menghadapi dua orang pemuda tinggi-besar yang saling berkutat.

"UWAAAAAAAAAAAAAAA… MENMA TENDANYA RUNTUHHH!" terdengar jeritan mengerikan, bunyi manusia yang saling berkutat, hingga tenda itupun runtuh, dan membuat orang yang melihat—mendengarnya merinding ketakutan.

Menma dan Nagato tertimpa tenda.

.

Apa yang mereka lakukan di dalam sana?

Orang-orang yang melihat tenda Menma dan Nagato runtuh meringis takut.

.

.

Makanya jangan ngebokep aja Nagato!

Tazmaniadevil

Berbeda dengan anak-anak lain yang sudah melakukan aktivitas mereka dengan sang partner. Naruto masih mencari Sasuke. Dimana orang itu? Kenapa dia senang sekali bermain kucing-kucingan? Naruto hampir gila karena tidak pernah berhenti mencari Sasuke. Ia nyaris frustasi ketika melihat danau di depannya. Mata Naruto membelalak di saat memandang danau itu. Danau ini dikelilingi kunang-kunang dan tampak sangat indah. Sejenak, rasa lelah menghilang dari tubuh Naruto.

"Indah sekali..," gumam Naruto. Ia melangkahkan kakinya untuk mendekati danau itu ketika melihat Sasuke sedang duduk di pinggir danau. Sasuke duduk di bawah bintang, dengan rambut terbelai lembut oleh angin, dan dikelilingi kunang-kunang membuat Naruto merasa jika ini adalah pemandangan terbaik yang pernah dilihatnya. Bahkan melebihi indahnya pantulan cahaya pada permukaan danau itu.

"—tidak bosankah kau bermain kucing-kucingan?" tanya Naruto dengan nada sangat menyindir. "Apa kau sebegitu sukanya dikejar olehku?" goda Naruto.

Sasuke terlonjak kaget. Tidak perlu tahu siapa yang menghampirinya, pemuda Uchiha itu segera berdiri, dan bersiap-siap untuk pergi.

"Aku mencintaimu," kata Naruto dan membuat Sasuke mematung di tempat. "Jika kedekatanku dengan kakakmu membuatmu terganggu, maka aku akan meninggalkannya tanpa berpikir dua kali," katanya. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, "Terima kasih kau telah melakukan permainan kucing-kucingan ini, sehingga aku menyadari seberapa penting dirimu bagi diriku," Naruto mengambil napas sejenak, "Aku ulangi sekali lagi agar kau jelas, aku mencintamu, dan aku akan melakukan segala cara untuk mendapatkanmu, hingga kau menjadi milikku," Naruto memincingkan matanya, "aku berjanji."

Sasuke membalikkan badannya untuk memandang Naruto. Ia memandang Naruto dengan ekspresi terkejut.

"—Jika kau bukan seorang gay seperti diriku, maka aku akan membuatmu menjadi gay..," senyuman miring terlukis di bibir Naruto, "—hingga kita berdua akan masuk ke dalam jurang percintaan yang sama."

Deg… Deg… Deg…

Jantung Sasuke berdetak sangat kencang. Matanya tidak bisa berkedip ketika melihat ekspresi wajah Naruto yang tampak sangat tenang. Tubuhnya tiba-tiba menjadi panas, mengalahkan sejuknya angin pinggir danau. Di tengah-tengah cahaya kunang-kunang Sasuke hanya bisa saling bertatapan dengan Naruto dari jarak yang cukup jauh untuk saling mendekap. Kali ini dia tidak dapat berlari lagi. Tubuhnya langsung bereaksi pada perkataan Naruto. Ia hanya ingin seorang Naruto—sama halnya dengan Naruto yang hanya menginginkan dirinya.

Tazmaniadevil

Bayang-bayang api perapian terlukis di wajah pria ber-masker itu. Di tengah-tengah hangatnya ruangan pria it terus menatap perapian di depannya dengan kertas-kertas foto di tangannya. Tidak seperti biasanya, wajah pria itu tampak sedih—kehilangan semangat. Sesekali ia mendesah lelah, ketika ingatan yang menyakitkan terbesit kembali di pikirannya.

Kakashi menatap foto berisi dua pemuda yang saling berangkulan. Salah satu pemuda itu berambut hitam. Ia tertawa lepas ketika pemudanya satu lagi tersenyum tipis tetapi masih tersirat kebahagiaan dari senyuman pemuda itu. Pemuda berambut hitam memakai jas asrama hitam, sedangkan pemuda yang satu lagi memakai jas berwarna hitam dengan strip merah pada bagian lengannya. Terdapat lambang naga merah pada bagian saku jas itu.

"Sebentar lagi aku akan menepati janjiku," Kakashi berkata getir, "aku akan menjaga mereka berdua bagaimanapun caranya. Tidak akan aku biarkan mereka berdua bersama dengan anak dari seorang pembunuh karena buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya… anak pembunuh adalah pembunuh," bisiknya, "aku tidak akan membiarkan hati mereka yang murni itu diliputi rasa kebencian. Sedikitpun aku tidak akan membiarkan mereka tahu, dan hati mereka menjadi kotor," Kakashi tersenyum ketika cairan bening menetes pada pipinya, "biarkan aku saja yang dibenci…. biarkan aku saja menerima semua dosa ini.. biarkan aku yang membalaskan dendam ini tanpa sepengetahuan siapapun," Kakashi memegang tengah foto itu, "—walapun di awal menyakitkan, tetapi aku yakin akhirnya mereka bisa tersenyum di akhir—tidak berakhir sepertimu," Kakashi merobek foto itu menjadi dua bagian. Ia melempar bagian pemuda berambut hitam itu pada perapian di depannya.

Mata Kakashi berkilat tajam. Ia memandang jika foto laki-laki di dalam perapian itu terbakar secara perlahan, mengikuti dua foto lainnya. Foto pemuda dengan rambut dikuncir satu, dan pemuda raven.

.

.

Di balik pintu Iruka memandang sahabat kecilnya. Sahabatnya yang memilih untuk menjadi seorang iblis agar bisa melindungi orang di sayangnya. Iruka menyandarkan tubuhnya pada tembok. Bibirnya bergetar. Cairan bening yang tidak diinginkan untuk datang pun mengalir. Ia tidak sanggup melihat sahabatnya seperti ini. Seperti orang bodoh, ia hanya berdiam diri saja ketika sahabatnya menjual diri pada iblis, dan lebih memilih untuk mengikis perasaannya agar bisa memenuhi janjinya. Ia ingin menghentikan semua ini. Tetapi apa yang bisa dia lakukan untuk sahabatnya, dan untuk… anak-anak dari Minato-sensei—gurunya?

Bersambung….

Hai, semua! Sudah lama Taz tidak meng-update fic ini. Hahahaha #digampar. Sial~ chapter ini belum beres masalahnya tetapi words nya sudah berjibun. Oh, ya! Makasih bagi orang-orang yang sudah me-review fic kemarin. Maaf kalau Taz nggak bisa balas di chapter sekarang soalnya Taz berburu sama waktu. Hohoho. Taz harus membuat fic oneshot buat event bulan depan, dan Taz juga harus buat fic words for us! Ditunggu ya fic-fic-nya Taz. Teruuuusssss lagi fic ini juga harus segera diselesaikan sebelum Taz cuti dari ffn karena melahirkan ^^ (banyak alasan). Mudah-mudahan di chapter depan bisa dibalas review-nya. Oke, jaaa~ Makasih sudah mau mampir baca fic ini. Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Secepatnya akan di-update.

*Chapter 17*: Chapter 15B

Kyuubi menatap Obito dan Shisui bergiliran, "Kalian mau apa?" tanya Kyuubi dengan nada kesal. Ia tidak suka jika sedang menggila diganggu oleh urusan tidak penting.

"Sudah lama aku ingin mempunyai waktu senggang seperti ini," kata Obito. Ia memandang Kyuubi dengan serius, "aku ingin membicarakan masalah Sai," lanjutnya. Sehingga membuat kening Kyuubi berkerut.

"Masalah Sai?" beo Kyuubi—tidak mengerti.

Obito menganggukkan kepalanya, "Ya. Masalah Sai, dan sepupuku—" ia menghela napas berat, melepaskan beban di pundaknya sejenak, "Sasuke."

Mata Kyuubi pun memincing sangat tajam, ketika nama Sasuke disebut oleh Obito.

"Di masa lalu, sepupuku, dan Sai secara tidak langsung pernah berinteraksi," Shisui melanjutkan perkataan Obito, "—dan itulah awal mulanya Sai menjadi seperti ini," lanjutnya.

"Aku tidak suka mendengarkan informasi secara setengah-setengah," Kyuubi memberi kode jika gaya bercerita Obito membuat dirinya penasaran sekaligus kesal.

"Apa kau masih mengingat seorang guru olah raga dari sekolah lain yang menjadi pelatih team basket—yang pernah melawanmu dan Itachi di final pada saat kejuaraan SMP?" tanya Obito, memastikan jika Kyuubi masih mengingat salah satu tokoh yang menjadi masa lalu bagi Kyuubi sendiri.

Sejenak Kyuubi berpikir. Ia mengingat-ingat sosok yang ditanyakan Obito sebelum menganggukan kepalanya, "ya, ada apa dengan dia?" tanya Kyuubi. Matanya menatap Obito dan Shisui yang kini saling beradu pandang.

Shisui menganggukan kepalanya, memerintah Obito untuk terus melanjutkan ceritanya.

"Di saat tahun pertama kita masuk ke dalam Chukyo Gakuen, pelatih itu telah meninggal dunia, dan hal itupun terjadi bertepatan setelah pertandingan final basket antar SMP yang diikuti oleh Naruto dan Sasuke," informasi Obito, "—dan menurut kabar yang beredar, secara tidak langsung Sasuke adalah orang yang secara tidak langsung patut disalahkan atas kematian pelatih itu," lanjutnya, "—dan ironisnya pelatih itu adalah kakak dari Sai—Wakil Ketua Asrama Hitam," Obito menghela napas sejenak, "untuk informasi lainnya masihlah belum terlalu jelas," Obito memandang Shisui dan Kyuubi secara bergiliran, "—jadi kita masih harus menyelidiki masalah ini."

End Flashback

Tidak dapat dielakan jika pembicaraan dengan Obito dan Shisui membuat pikiran Kyuubi terusik. Bahkan Pemuda Uzumaki itu sampai tidak sadar jika dirinya terus menapakan kaki menuju kamar tanpa melihat ke depan. Ya, Kyuubi hanya menundukan kepalanya—berpikir keras mengenai perkataan Obito. Bagaimana bisa Sasuke memiliki urusan dengan Sai? Lalu, bagaimana bisa Sasuke dicap sebagai orang yang patut disalahkan atas perubahan sikap Sai? Kyuubi semakin tidak mengerti, terlebih ketika Obito mengatakan jika menurut kabar yang pernah di dengar Obito dan Shisui; Sasuke adalah pembunuh kakak Sai.

Tap…

Kyuubi berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

Pemuda Uzumaki itu menatap pintu di depannya. Di balik pintu ini terdapat Itachi, orang yang pantas diberitahu mengenai informasi ini. Tetapi, apakah Kyuubi bisa memberitahu tentang masalah Sasuke pada Itachi? Apakah hal tersebut tidak akan menjadi masalah? Pemuda Uzumaki itu mengambil key card dari bagian belakang celananya. Setelah itu, dia membuka pintu kamar dan masuk ke dalam kamar yang rupanya lampu kamar tersebut sudah dinyalakan.

Bunyi aliran air terdengar deras dari dalam kamar mandi, dan Kyuubi dapat menduga jika teman sekamarnya sedang membersihkan diri. "Ha-ah, dia sedang man—tunggu!" senyuman menjijikan tersirat di bibir Kyuubi. Ia menatap kamar mandi dengan wajah mesum, "dia sedang mandi berarti…," air liur keluar dari sudut bibir Kyuubi, "dia sedang naked?" bisiknya. Otak Kyuubi tiba-tiba meliar. Ia menghayalkan hal yang tidak-tidak mengenai teman sekamarnya, "Ya… dia se—APA YANG AKU PIKIRKAN?!" teriak Kyuubi sembari meremas rambutnya—sibuk dengan pikirannya sendiri. Setelah itu, Kyuubi menatap pintu kamar mandi dengan penuh amarah, "BRENGSEK KAU! JANGAN MENTANG-MENTANG KAU ISTRIKU YANG SEXY KAU BISA MENGKONTAMINASI OTAKKU!" teriak Kyuubi. Ia menghapus air liurnya dengan punggung tangan dan segera berjalan ke arah pinggir kasur untuk menyimpan tasnya. "Dasar kau berdebah," Kyuubi mendumel sendiri.

Di atas kasur berukuran king size dengan sprei berwarna putih, Kyuubi duduk. Ia membuka sleting tasnya dan mengambil sebuah benda yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi. Kyuubi mengeluarkan benda itu, dan menatap benda itu dengan mata berbinar-binar, "Teddy," bisik Kyuubi dengan nada penuh kasih sayang, "—pasti di dalam sana kau kepanasan, ya?" lanjutnya, "Maafkan papa, ya?" Kyuubi memeluk boneka itu, dan ia mencium Teddy dengan penuh kemesraan—layaknya Teddy itu adalah seseorang yang paling dicintainya.

"…," Teddy terdiam, atau jika Teddy hidup, dia pasti sweatdrop.

Kyuubi menidurkan tubuhnya di atas kasur. Ia masih memainkan bonekanya. Dari sudut matanya, Kyuubi menatap ke arah pintu kamar mandi sebelum kembali menatap Teddy, "Teddy," Kyuubi tersenyum grogi, "mhm… bukan maksud papa jahat atau apa ya?" katanya, tampak sangat sungkan pada boneka kesayangannya, "—malam ini, kau mau kan papa titipkan pada Paman Obito dan Paman Shisui?"

"…," Teddy masih terdiam, walaupun sesungguhnya orang yang mengaku dirinya adalah bapak Teddy sangat kurang ajar.

Kyuubi menyentil kening Teddy, "Kau jangan melihat papa seperti itu," kata Kyuubi, malu-malu sendiri, "jika seperti ini terus, kapan kau mempunyai adik, Teddy?" wajah Kyuubi memerah, terbawa oleh imajinasinya sendiri, "jadi kamu maklum ya, Teddy? Soalnya suasana disini sudah kondusif untuk—

Cklek!

Pintu kamar mendi terbuka.

SRET!

Sambil memeluk Teddy, Kyuubi menatap pintu kamar mandi.

Berbalut kimono mandi berwarna putih, Itachi keluar dari kamar mandi. Rambut panjang yang biasanya terikat satu kini terurai—basah. Tetetesan air yang berasal dari rambut basahnya, dan wajahnya turun ke bawah mengenai dada bidang sang Uchiha yang terbuka—tidak tertutupi oleh kimono tersebut. Tidak dapat dielakan lagi, dalam seketika Kyuubi menelan ludahnya. Terlebih ketika membayangkan jika Uchiha sulung tidak memakai barang sedikitpun kain di balik kimono mandi itu.

Sejenak Kyuubi melihat Teddy, "Papa sudah terlambat untuk mengantamu ke tempat paman-pamanmu," bisik Kyuubi pada 'anak' semata wayangnya, "—mamamu terlalu tidak sabar untuk papa tinggalkan barang sedetik pun," lanjutnya—aneh, "—apa boleh buat, malam ini kau terpaksa harus melihat aksi papa," lanjutnya—ayah yang bejad. Kyuubi menaruh Teddy di atas kasur dalam posisi duduk.

Sesudah mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada Teddy, Kyuubi beranjak dari atas kasur. Pemuda itu memegang kancing kemejanya, dan membuka kancing kemejanya satu-persatu sembari melangkahkan kakinya ke arah Itachi yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya. Ia terus melangkahkan kakinya, hingga dirinya berdiri di depan Itachi.

Seluruh kemeja Kyuubi sudah terbuka—memperlihatkan dalamnya.

Itachi berhenti mengeringkan rambutnya ketika Kyuubi berdiri di hadapannya, "Ada apa?" tanya Itachi—dingin. Ia menatap Kyuubi.

"Kau jangan melupakan tugasmu!" jawab Kyuubi—tenang—kontras dengan Itachi.

Onyx dan merah bertemu.

Itachi dan Kyuubi saling bertatapan.

Awalnya, Itachi tidak mengerti dengan perkataan Kyuubi. Namun, setelah diingat dengan baik, rupanya Itachi telah melupakan janjinya dengan Kyuubi (salah satu anggota asrama putih). Ya, setelah mengalami kekalahan pada lomba estafet beberapa waktu silam, Itachi berarti harus mengabdi pada anggota asrama putih. Ia harus mengikuti segala keinginan anak-anak anggota asrama putih. Tetapi, diakibatkan Kyuubi petinggi asrama putih dan salah satu orang paling berkuasa di asrama putih, Itachi selalu dimonopoli oleh pemuda itu. Bahkan, Itachi menduga jika dia sekamar dengan Kyuubi karena Pemuda Uzumaki itu ingin dilayani oleh 'pelayan' dua puluh empat jamnya.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Itachi. Ekspresinya dingin.

"Lepas kemejaku!" Kyuubi menjawab—frontal.

Jari Itachi bergerak menuju kemeja Kyuubi. Ia menurunkan kemeja itu dari bagian pundak terlebih dahulu, dan turun hingga mencapai bagian lengan. Namun, di saat Itachi akan melepaskan kemeja itu dari lengan Kyuubi, Pemuda Uzumaki menggerakan tangannya ke belakang, hingga Itachi terpaksa harus memajukan tubuhnya agar mempermudah kerjaannya, dan jarak mereka pun semakin dekat.

Aroma shampoo, sabun, dapat tercium oleh Kyuubi ketika wajah Itachi tepat berada di tengkuk Kyuubi. Sedangkan napas Itachi yang lembut dan teratur menyapu kulit tengkuk Kyuubi, hingga seluruh tubuh Kyuubi merinding, dan tanpa sadar Pemuda Uzumaki itu memejamkan matanya—merasakan debaran jantungnya ketika jarak Itachi begitu dekat dengannya.

Lepas.

Kemeja Kyuubi terlepas, dan Itachi memegang kemeja itu dengan erat.

Itachi menjauhkan dirinya dari tubuh Kyuubi, dan Pemuda Uzumaki membuka matanya perlahan.

Onyx bertemu merah.

Sekali lagi kedua mata mereka saling bertatapan.

Selintas terbesit ingatan-ingatan yang Itachi rasa belum pernah dia alami. Namun, ingatan itu terasa nyata, dan pernah dia alami, walaupun Pemuda Uchiha itu tidak mengingat waktu dan tempat terjadinya ingatan tersebut. Itachi seperti pernah melihat Kyuubi di dalam kondisi ini, Itachi pun seperti pernah merasakan jantungnya yang berdetak kencang seperti ini. Berbeda pada saat dia mencium Naruto, debaran jantungnya di saat adalah debaran yang membuat Itachi bingung dan tidak nyaman dengan perasaannya sendiri.

Tidak disadari, jari-jari Itachi bergerak menyentuh kening Kyuubi. Ia mengelus kening Kyuubi dengan lembut, dan turun ke bawah untuk menyentuh pipi, hidung, dan bibir sang Uzumaki. Sama sekali tidak berkedip, mata Itachi menelusuri lekuk wajah Kyuubi—mengikuti arah jari-jarinya bergerak. Itachi pun mengelus bibir Kyuubi dan merasakan gekstur bibir tersebut dengan menggunakan ibu jarinya.

Di dalam keheningan malam, Kyuubi hanya bisa terpaku di tempat ketika Itachi menyentuh dirinya. Ia tidak dapat menghindar atau merespon perlakuan Itachi yang begitu lembut. Kyuubi hanya bisa menatap wajah Itachi, ketika napasnya sulit untuk diatur.

Selesai dengan wajah Kyuubi, jari-jari Itachi mulai bergerak untuk menyentuh pundak Kyuubi yang telanjang. Ia mengeluskan punggung jari-jarinya pada pundak itu, dan turun hingga mencapai dada, perut, dan pinggang sang Uzumaki. Itachi memeluk pinggang Kyuubi, lalu menarik Kyuubi agar mendekat ke arahnya, dan secara spontan jarak kedua wajah mereka pun sangat dekat, hingga Itachi dapat melihat pantulan dirinya di mata Kyuubi.

Itachi tidak dapat lagi memungkiri jika tubuhnya tidak dapat dikontrol. Seluruh tubuhnya seolah-olah mengendalikan dirinya sendiri untuk menyentuh pemuda di pelukannya. Sedangkan gambaran-gambaran yang sama sekali dia tidak ingat terus terbesit di dalam pikirannya. Menahan rasa sakit di kepalanya, Itachi berusaha untuk mengingat gambaran-gambaran tersebut.

Jari-jari Itachi kembali mengelus pipi Kyuubi, ketika tangannya yang satu lagi semakin erat memeluk pinggang Kyuubi. Kali ini dia dapat merasakan hembusan napas Kyuubi yang terengah-engah—meniup wajahnya. Untuk memperkecil jarak wajah mereka, Itachi mendekatkan wajahnya pada wajah Kyuubi secara perlahan, sedangkan Kyuubi hanya bisa menelan ludahnya, dan secara reflek Kyuubi memejamkan matanya dengan erat—bersiap-siap menerima kehadiran bibir sang Uchiha.

Kiss.

Itachi mengecup bibir Kyuubi dengan lembut.

Kiss.

Kedua kalinya Itachi mengecup bibir Kyuubi.

Kiss.

Sekali lagi Itachi mengecup bibir Kyuubi.

Pada kecupan keempat, Itachi tidak melepaskan kecupannya. Ia menjilat dan menghisap bibir sang Uzumaki. Dengan perlahan, Itachi merasakan dengan detail gekstur bibir Kyuubi. Secara meraba Itachi mencoba mengingat gambar yang terbesit di dalam pikirannya ketika dia menyentuh Kyuubi. Pemuda Uchiha memejamkan matanya. Ia melumat, dan menarik bibir itu dengan memakai gigi dan bibirnya.

Kyuubi memegang kimono Itachi erat. Ia menarik tubuh Itachi agar semakin menempel pada tubuhnya. Desahan dari mulutnya dan mulut Itachi mulai terdengar di sepenjuru sudut kamar. Lidah Itachi yang mengelus bibirnya, Kyuubi balas dengan belaian lembut. Ia menjilat lidah Itachi dan ikut bermain dalam tarian lidah tersebut. Kaki Kyuubi melangkah mundur sembari menarik Itachi. Ia terus menarik Itachi untuk mengikuti langkah kakinya tanpa melepaskan pagutan bibir mereka, hingga tubuh Kyuubi terhapit di antara tembok dan Itachi. Pemuda Uzumaki mengalungkan tangannya pada leher Itachi—meminta pemuda Uchiha agar lebih agresif.

Posisi Teddy yang terduduk berubah menjadi tertidur dengan wajah mencium kasur, ketika 'papa' dan 'mamanya' membuat suasana di dalam kamar menjadi panas.

.

.

Tidak hanya lidahnya saja, tangan Itachi pun sibuk menjelajah tubuh Kyuubi. Ia mengelus dada Kyuubi, ketika pemuda Uzumaki meremas rambut Itachi dengan sangat kuat. Walaupun waktu sudah berjalan cukup lama dari pertama kali mereka berciuman, namun tidak terbesit di dalam pikiran mereka untuk melepas ciuman ini. Kedua pemuda ini terjatuh ke dalam perangkap nafsu, hingga tidak dapat mundur lagi. Di dalam pikiran mereka hanya terbesit untuk terus seperti ini sampai napas mereka habis dan tersenggal-senggal.

Salah satu kaki Itachi diletakan di tengah selangkangan Kyuubi. Sama halnya dengan Itachi, daerah tengah selangkangan Kyuubi pun mulai mengeras seiring dengan ciuman mereka di dalam ruangan ini.

Itachi melepas ciumannya—sejenak, "Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ada yang kau ingin katakan padaku? Katakan, apa ada yang salah dengan hubungan kita selama ini? Kenapa aku selalu merasa ada yang kurang ketika bersamamu? Kenapa aku selalu merasa ada yang salah ketika bersamamu?" Pemuda Uchiha itu mengecup bibir Kyuubi kembali, tidak merasa bosan sedikit pun untuk berbagi keintiman dengan pemuda di dekapannya, "Apakah kau bisa menjelaskan apa yang kita lakukan sekarang ini, Kyuu…," bisik Itachi, "Katakan padaku, Kyuu-chan…," desah Itachi sebelum kembali melumat bibir Kyuubi.

Ky—Kyuu-chan?

Mata Kyuubi terbelalak. Sudah lama rasanya Itachi tidak menyebut nama kecil Kyuubi.

Perkataan Itachi membuat kesadaran Kyuubi kembali. Secara reflek Kyuubi melepaskan pagutannya pada bibir Itachi, dan mendorong Pemuda Uchiha itu agar menjauh dari dirinya.

"Kyuu—

"Sudah malam, aku harus mandi," kata Kyuubi. Sejenak ia menatap mata Itachi sebelum memalingkan wajahnya, dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

CKLIK!

Pintu kamar mandi tertutup.

Kyuubi meninggalkan Itachi yang kebingungan di tengah sepinya kamar.

Sepasang mata onyx terus menatap kamar mandi. Seperti menanti jawaban yang tidak kunjung ada, Itachi terus berharap Kyuubi keluar dari kamar mandi itu dan menjelaskan semuanya kepadanya.

Tatapan terakhir Kyuubi pada Itachi membuat pikiran Itachi terusik. Ia dapat melihat rasa sedih yang sangat mendalam dari sorot mata pemuda Uzumaki itu ketika Kyuubi menatapnya. Itachi pun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Ia akan mengetuk pintu kamar mandi itu, ketika ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya dan tidak memaksa Kyuubi. Ia lebih memilih untuk berpikir sejenak dan membiarkan semuanya kembali seperti semula; dimana dirinya dan Kyuubi tidak pernah melakukan ciuman tadi.

Jauh-jauh hari,

Dia sudah meninggalkanku…

Semua hal itu terjadi tepat di depan mataku…

Lalu, untuk apa aku masih berharap kepadanya?

Untuk apa aku berharap jika masih ada suatu hal yang aku lewati dari hubungan yang sudah terputus ini?

Untuk apa aku melakukan hal tadi…

Ketika perasaan untuknya saja sudah tidak ada?

Batin Itachi. Ia melempar pandangan sejenak ke arah pintu kamar mandi sebelum melangkahkan kakinya menuju tempat tidur.

Bersambung...

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

1M 84.2K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
34.8K 7.7K 38
Selama ini Taehyun tidak pernah menyadari jika cowok populer di kelasnya itu berhasil membuat dirinya menjadi seperti orang bodoh karena jatuh cinta...
76K 6.7K 41
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
232K 34.8K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...