Loveable Ties (TAMAT)

By Daiiiiii__

777K 61.6K 1.7K

(REPOST-JUDUL SEBELUMNYA ISTRI SETTINGAN) Dijodohkan dalam keadaan terikat hubungan dengan seseorang membuat... More

Prolog
01 | Kontrak
02 | Sepakat
03 | Tunangan
04 | Otw Akad
05 | Luka Batin
06 | Sah!
07 | Bulan Madu
08 | Unmood
09 | Karma is Real
10 | Selamat
11 | Admin Manager
12 | Keasinan
13 | Panas
14 | Makan Siang
15 | Sekali Saja
16 | Minta Maaf
17 | Terkejut
18 | Tiba-tiba Buntu
20 | Terkunci
21 | Sang Penggoda
22 | Bimbang
23 | Pop it Amara
24 | Skandal
25 | Amarah
26 | Saran Theana
27 | Merajuk
28 | Takut
29 | Selembar Foto
30 | Tak Menyerah
31 | Ambil Hati
32 | Terungkap
33 | Kesempatan
34 | Make a Wish
35 | Pelukan
36 | Cantik
37 | Putar Waktu
38 | Mengaku
39 | Hukuman Nikmat
40 | His Jealous
41 | Tidak Peka
42 | Kekesalan
43 | Kencan
44 | Bersalah
45 | Kembali Patah
46 | Duo Jail
47 | Penganggu Kecil
48 | Tamu tak Diundang
49 | Serius
50 | Ganteng Doang
51 | Siapa Sebenarnya?
52 | Baik-Baik Saja
53 | Mengalah
54 | Perbuatan Keji
55 | Merona
56 | Butuh Usaha
57 | Pandangan Iri
58 | Sebuah Pesan
59 | Terburu-buru
60 | Tak Biasanya
61 | Licik
62 | Menunggu
63 | Pregnant
64 | True Love
65 | Tenang
66 | Berkorban
67 | Sulit
68 | Memohon
69 | Kenangan
70 | Sempurna

19 | Budak Cinta

10.3K 792 24
By Daiiiiii__

Keifani membuka matanya, mencoba bangkit tetapi kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum. "Auchhh." Dia memegang kepalanya, sebuah sapu tangan jatuh dari keningnya.

"Kamu sudah bangun." Darius masuk membawa nampan berisi bubur dan segelas air hangat, lelaki itu mendekat lalu menyimpannya di atas nakas.

"Aku kenapa, Mas? Dan ini," tunjuknya pada sapu tangan berwarna biru.

Darius duduk di tepi ranjang. "Kamu demam, badan kamu menggigil tapi mengeluarkan keringat. Saya bingung, kamu nggak kunjung bangun tadi, makanya saya telepon Kiki untuk memeriksa kamu, sayangnya Kiki ada di luar kota mengikuti seminar. Jadi dia cuman menyarankan supaya saya kompres dengan air es untuk menurunkan demam kamu," jelas Darius. Kiki yang dimaksud Darius adalah teman SMA yang berprofesi dokter.

Keifani meraba keningnya, masih hangat. "Makasih, Mas. Maaf merepotkan," lirihnya pelan.

"Nggak kok, sudah kewajiban saya sebagai suami."

Keifani mengangkat kepalanya menatap Darius lekat hingga lelaki menjadi salah tingkah.

"Maksud saya, walaupun pernikahan kita kontrak tapi kamu tetep menjadi tanggung jawab saya sampai pernikahan kita berakhir," ralat Darius cepat. "Oh iya, kepala kamu masih pusing?" Keifani mengangguk pelan. "Ya udah, ini saya belikan bubur ayam di bawah. Makan dulu terus minum obat, abis itu baru istirahat lagi."

Keifani mengangguk.

Jika kalian pikir Darius akan membantu Keifani makan dengan menyuapinya itu hanya ada dipikiran kalian saja sebab Darius memilih keluar membiarkan Keifani makan sendiri di dalam kamar. Bukan apa-apa, Darius hanya menjaga privasi istri kontraknya.

Keifani pun tidak mempermasalahkannya, walau kepalanya sakit luar biasa dia masih bisa makan sendiri. Tekstur bubur ayam yang lembut membuatnya dapat lebih mudah menelannya, memaksanya menghabiskan bubur ini meski lidahnya terasa pahit. Keifani terus menyuapkan bubur hingga benar-benar tandas tak bersisa, dia lalu minum obat seperti yang diperintahkan Darius karena tidak ingin merepotkan lelaki itu lebih lama lagi.

Sudah cukup, dia harus kembali sehat. Mungkin kejadian kemarin benar-benar memukulnya telak, masalah rumah tangga ayahnya yang rumit sungguh membuatnya sangat malu terhadap Darius, andai lelaki itu tak perlu mendengar penjelasan ayahnya kemarin, dia tak akan terlihat selemah ini di hadapan suami kontraknya.

"Huuhhh." Keifani menghembuskan napasnya, matanya mulau mengerjab menahan kantuk setelah meminum obat penurun demam. Sesekali menguap sebelum Keifani tak tahan lagi dia pun menutup matanya menuju alam mimpi.

Darius sedang menonton berita saat ponselnya berdering, dia melirik meja di mana ponselnya berada yang menampilkan nama Taufik di sana.

"Ya, halo." Darius mengangkat setelah dengan sengaja mengabaikan panggilan Taufik.

"Lama banget diangkatnya, lo ngapaian aja sih?" Darius memutar bola matanya bosan.

"Ada apa?" tanyanya malas berbasa-basi.

"Lo di mana sih? Katanya hari ini mau ke kantor, kok sampai sekarang belum nyampe. Jangan bilang kalau jalanan lagi macet, monyet peliharaan ipar gue juga tahu Jakarta macet. Tapi masa lo dari apartemen ke kantor bisa kebablasan telatnya gara-gara mecet sih." Ocehan Taufik diabaikan Darius, lelaki bahkan sempat menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Woii, Us! Lo dengar gue nggak sih?!"

"Iya gue dengar, lo berisik amat sih! Ngomong pake rem kali, congor lo nyamber aja kayak bajaj!"

"Abisnya gue kesel sama lo! Katanya hari ini mau ke kantor tapi Udah jam segini muka lo nggak muncul-muncul sampai sekarang, terpaksa gue harus meninggalkan istri dan anak gue di rumah!"

"Lebay!" komentar Darius. "Kei sakit jadi nggak ke kantor dulu."

"Cielehh bini lo sakit ternyata, ya udah, lo emang sebaiknya di apartemen aja jagain istri lo. Biar gue yang handle kerjaan di sini, lo emang harus menjadi suami siaga jangan mau enaknya aja giliran bini lo jatuh sakit karena kecapean, lo malah nggak peduli. Asikkk Bang Us-Us akhirnya rasain mantap-mantap juga!"

Klik.

Darius menutup teleponnya sepihak, karena dia yakin jika tidak dihentikan omongan melantur Taufik akan mengalahkan kereta api saking panjangnya.

***

"Pi, Mami kangen Kei." Shalu mendekatkan dirinya pada Irvin yang sedang menonton siaran berita di TV. "Pi, kok malah asyik nonton sih? Papi udah nggak sayang sama Mami lagi?" rajuknya duduk dengan tegak seraya melipat tangannya.

"Mi, hari ini kan hari kerja. Kei pasti lagi di kantornya." Irvin memberi pengertian.

Mata Shalu melirik jam besar yang tertempel di dinding atas TV. "Bentar lagi kan jam pulang kantor, Pi."

"Tapi nggak enaklah, Mi. Kei pasti capek pulang kerja, Mami malah ganggu waktu istirahatnya."

"Ya bentar doang, Pi. Asal ketemu Kei terus makan malam bareng, Mami udah senang kok." Shalu masih merengek.

"Ya udah, Papi telepon Darius biar bawa mantu Mami ke rumah."

Shalu melompat senang di tempatnya. "Duh, makin cinta deh sama Papi." Perempuan paruh baya itu memeluk Irvin dari samping.

Irvin membalas pelukan istrinya dengan satu tangan dan tangan lainnya mengusap layar ponselnya mencari kontak Darius, begitu menekan tombol panggil, Irvin menempelkan ponselnya pada telinga. Sedangkan posisi Shalu bersandar nyaman di bahunya sambil menekan tombol remote untuk mengganti saluran kesukaannya.

Tut... Tut...

Panggilannya akhirnya diangkat Darius, suara berat Irvin sontak mengucapkan salam.

"Assalamualaikum, Dar. Kamu di mana? Oh kamu nggak kerja, apa?! Kei sakit?"

Shalu mengangkat kepalanya lalu merebut ponsel suaminya. "Halo, Dariusss! Mantu Mami sakit apa? Demam? Kenapa bisa demam? Kamu pasti yang bikin mantu Mami kecapean, kan? Mami kan udah bilang kalau ajak Kei main itu jangan setiap hari, Mami memang ingin cepat momong cucu tapi bukan dengan membuat Kei kecapean juga! Pokoknya Mami nggak mau tahu, Mami dan Papi otw ke apartemen!"

Klik...

Tanpa menunggu jawaban Darius, Shalu menutup panggilannya.

"Papi, antar Mami ke apartemen Darius sekarang. Aduh! Belum juga nikahnya genap lima bulan, Kei udah dibuat tepar kayak gitu. Gimana setahun ya?!"

Irvin menenangkan Shalu. "Mami tenang dulu dong, nanti darah tinggi Mami nanti kambuh."

Shalu mendelik tajam. "Papi mau antar Mami atau nggak?"

"Diantar dong, diantar. Buat Mami apa sih yang nggak," gombal Irvin disertai cengiran polos.

"Ya udah, panasin mobil. Mami ambil tas dulu di kamar." Shalu beranjak dan melangkah ke kamar, tetapi baru dua langkah dia menoleh sekilas. "Tunggu apa lagi, Pi? Cepat panasin mobil!"

Irvin terlonjak. "Iya, Mi. Iya." Irvin menuju garasi seraya menggerutu pelan. "Untung Papi cinta pakai banget sama Mami, kalau nggak Papi... Eh, nggak deh, Papi kan nggak bisa hidup kalau nggak ada Mami."

Karekter Shalu yang dulunya tenang kini berubah agak rusuh, entah sejak kapan Irvin menyadarinya? Apa karena faktor usia? Irvin tak tahu tetapi sejak Deana lahir ke dunia, Shalu merasa mempunyai saingan. Bukan, bukan Shalu tak menyayangi putri semata wayangnya itu. Irvin bisa menjamin jika Shalu sangat-sangat mencintai Deana. Bahkan mereka berdua kompak dalam hal penampilan walau kadang suka bersaing satu sama lain, contoh kecil adalah warna rambut Deana yang membuat Shalu setiap hari merengek berubah menjadi ancaman yang membuat Irvin mati kutu.

"Kalau Papi nggak iziin Mami cat rambut, Papi lebih baik tidur di kamar Darius selama sebulan!"

Oh, itu sungguh ancaman mengerikan bagi Irvin. Sshari saja pisah ranjang dengan sang istri membuatnya terkena imsomnia apalagi sebulan. Sudah Irvin katakan jika dirinya tak akan bisa tidur bila Shalu tak di sisinya.

Irvin memang se-bucin itu, dia tak akan menyangkalnya.

***

BERSAMBUNG...

Mami dan Papi muncul lagi nih, yang kangen mana suaranya? 😁

Votenya baru aku lihat udah capai target, jadi baru up hehe

Cara mainnya kayak kemarin ya, votenya 80+

Vote dan komen banyak2 ya, gak bayar kok. Gratis tis tis, jangan sampai tunggu membayar ya 😂

Kasih aku vote dan aku kasih update, gimana? 😜

See you next part.

Continue Reading

You'll Also Like

237K 21.8K 36
Semua berubah sejak malam itu, Renata harus menanggung semua konsekuensinya. Kenapa? Karena dia sudah mengecewakan semua orang dengan melarikan diri...
21.3K 1.9K 45
Jadwal : Selasa, Kamis, Sabtu Adena tidak tahu kalau menikah akan memberinya banyak warna dalam hidup; kesibukan, tekanan dan juga beban mental. Memi...
72K 7.6K 59
"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ke...
453K 19.2K 29
Noted: [Kalau ada yang mau pesan novel Sujud terakhirku, kalian boleh hubungi aku, ya! Boleh DM di wattpad atau Instagram. Terima kasih❤❤] Apa yang a...