AULIA [On Going]

By liaaulia191

16.8K 2.6K 819

[HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, BIAR BERKAH] Cover by : @fany.graphic "Lo," Ucap keduanya kompak sembari... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40
41
42
43
44
45

36

157 39 22
By liaaulia191


Ku lagi ultah nih kak. Gada yang mau kasi selamat gitu? wkwkwk.

Kalo ada typo bilang ya!

***

"Gak ada hubungan yang mulus di dunia ini. Namanya juga hubungan, ya pasti banyak masalah. Kalo banyak biji wijen ya onde-onde."

_MuhammadAksaDirgantara_

***

Aksa menatap malas pada guru yang tengah mengajar di depan. Rasanya ingin segera pulang. Cowok itu sudah rindu pada Aulia. Tangan kanannya masih setia memegang ponsel di dalam laci meja. Aksa menghela nafas gusar saat gadisnya itu hanya melihat pesan yang Aksa kirimkan tanpa membalas. Hari ini Aksa duduk bersama Ucup. Cowok berjambul itu sibuk ngupil di sampingnya. Sesekali upilnya ia elapkan pada bagian bawah meja.

Aksa menginjak kaki Ucup membuat cowok itu memekik kaget.

"Kenapa Ucup?" Tanya guru di depan.

Ucup nyengir. "Gakpapa Bu, mau upil?" Tawarnya menunjukkan jari telunjuknya yang tertempel upil di sana.

Kelas mendadak riuh oleh tawa sedangkan guru di depan hanya memasang senyum masam. Ia harus meningkatkan kesabaranya saat menghadapi Aulia dan gengnya. Pasti tidak ada yang bener. Isinya anak stres semua. Kecuali Nisa, mungkin. Guru-guru disini juga banyak yang dibuat heran kenapa seorang es berjalan seperti Nisa mendapatkan teman seperti Aulia dkk yang jelas-jelas anak dengan otak kurang satu ons semua. Wallahu alam.

"Tidak, terimakasih," jawab guru itu kemudian meminta para siswa agar tenang kembali melanjutkan pelajaran.

Ucup melirik Aksa malas. "Apaan sih? Ganggu aja orang lagi nyari berlian."

Aksa tercengir. "Gue mau bolos hari ini, bosen. Lo mau ikut gak?"

Ucup tampak menimang. Melirik kedua kampret lainnya yang duduk di belakang mereka. Indra dengan posisi kepala masuk ke dalam tas asik tertidur sedangkan Dimas duduk tegak mengangkat satu buku menutupi seluruh wajahnya padahal dirinya juga sedang memejamkan mata.

"Ngikut aja gue mah," ucap Ucup santai. "Tapi kalo si Aul marah jangan salahin gue," lanjutnya membuat Aksa bergidik ngeri.

Aksa menggeleng pelan. Menumpukan dagu dengan kedua tangan bosan. "Gajadi lah, ngeri gue kalo si Aul udah ngamuk."

Ucup mengangguk, lanjut mengupil pada lubang hidung bagian kiri setelah bagian kanan terasa bersih. "Ngikut aja gue. Lo jadi, gue ikut. Lo gajadi Yauda gue lanjut ngupil," sahutnya.

"Ngikut mulu lo kek gak ada prinsip. Kalo gue lompat ke sumur lo mau ikut?"

"Ikut tahlilan, lumayan makan gratis," jawab Ucup menyebalkan.

"Sembarangan, gue kentutin juga nih," ancaam Aksa sedikit memiringkan tubuhnya. Mengangkat pantat mengancam.

Ucup merotasikan bola matanya malas. "Bodo amat, nih ngomong sama upil gue," jawabnya kembali menyodorkan upil di tanganya.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sektiar sepuluh menit yang lalu. Namun SMA Taruna masih penuh oleh siswa-siswi yang masih ada keperluan lain.

Aksa melangkah keluar kelas terlebih dahulu. Tidak sabar ingin segera ke rumah sakit. Namun panggilan dari pak Anton guru olahraga yang tak lain adalah pelatih basket di sekolah itu memberhentikan langkahnya.

"Mau kemana?"

"Pulang lah pak, yakali ngepet hehe," jawab Aksa.

Pak Anton menggelengkan kepalanya pelan. "Teman-teman kamu sudah menunggu di lapangan. Kamu lupa kalo hari ini ada jadwal latihan basket?"

Aksa menepuk jidat. Ia lupa kalo harus terus mengasah kemampuannya dan timnya. Aksa juga lupa kalo hari ini ia harus berlatih. Cowok itu mendengus pelan. Ada saja!

"Laiya forget pak." Aksa nyengir tak berdosa.

"Yaudah ayo ke lapangan, udah di tunggu yang lain."

Aksa mengangguk pelan. Cowok itu menyeret kakinya malas menuju lapangan. Mau tak mau Aksa harus menunda untuk cepat-cepat bertemu pada kekasih mungilnya itu.

Aksa berpapasan dengan Nisa saat hendak menuju lapangan. Nisa berjalan dengan Zika. Tidak berdampingan. Zika tampak kesusahan mengimbangi langkah kaki Nisa. Memang hubungan mereka dengan Zika sudah membaik. Itu semua tentu saja berkat Aulia. Gadis itu berceramah panjang lebar agar semua mau memaafkan Zika. Aulia berkata jika menyimpan dendam adalah suatu perbuatan dosa. Mau tak mau mereka semua mengiyakan daripada siraman rohani seperti ini akan terus berulang nanti. Cari aman.

Aksa meminta Nisa berhenti. Cowok itu meminta Nisa menyampaikan pesannya pada Aulia kalau dirinya akan datang terlambat mengingat Aksa harus berlatih basket. Tadinya mereka memang berencana akan menjenguk Saras bersama.

Nisa hanya menanggapi dengan anggukan kaku satu kali kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Zika yang masih terpana akan ketampanan Aksa yang sepertinya bertambah setiap detik.

Aksa yang semula memperhatikan punggung Nisa berbalik mendapati Zika yang menatapnya cengo. Sebenernya Aksa malas menyapa, tapi apa boleh buat. Aksa saja bisa mendapatkan kesempatan kedua. Kenapa Zika tidak?

"Ngapain lo liatin gue kaya gitu?"

Zika gelagapan. "Em astagfirullah akhy, gak sengaja. Gue duluan ya."

"Nisa, tunggu woi!"

Aksa mengangkat bahunya acuh. Melangkah buru-buru ke lapangan. Sebelum ke lapangan Aksa mampir ke toilet untuk sekedar berganti baju. Aksa sudah tidak sabar berlatih agar cepat selesai.

Zika menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Zika sudah berjanji tidak akan menganggu hubungan Aulia dan Aksa lagi. Namun melupakan perasaannya pada Aksa tidak semudah itu. Rasa suka itu masih ada sampai sekarang. Tapi Zika selalu berusaha untuk melupakannya.

"Makanya kalo di panggil itu nyaut, ngapel Mulu sih yang lo pikirin," cibir Indra mengakak di pinggir lapangan saat Aksa datang dengan raut wajah datarnya.

"Yang bucin mah beda," sahut Dimas gencar menggoda.

"Dua tiga bunga kenanga. Dunia Aksa  isinya cuma Aulia," Ucup berpantun ria. Menyisir merapikan jambul dengan sela-sela jarinya tebar pesona. Banyak anak-anak cewek yang rela tidak pulang hanya ingin melihat latihan basket kali ini. Tentu saja karena kebanyakan anggota tim basket tampan makanya mereka rela berpanas-panasan hanya untuk sekedar menonton dan zina mata saat diantara cowok-cowok itu membuka baju karena kegerahan.

Aksa mendengus. "Hobi kok nyindir. Tuker kelamin aja sana. Malu sama burung," balas Aksa kejam.

Tak berlama-lama akhirnya latihan pun di mulai. Aksa bergerak lincah. Cowok itu berhasil memasukan bola basket ke dalam jaring membuat anak-anak perempuan berteriak histeris kesetanan.

Aksa tidak berkerja sendiri. Cowok itu selalu memerintahkan agar selalu mengutamakan kerjasama tim. Sesekali mengoper pada Ucup dan yang lain. Begitu seterusnya sampai dua babak permainan selesai. Tim yang di pimpin Aksa memenangkan pertandingan.

Indra tersenyum lebar. Melayangkan kiss jauh pada anak-anak cewek. Disusul Ucup menepuk dada bangga. Padahal yang banyak mendapatkan angka Aksa tapi Ucup dan Indra lah yang sombong.

Dimas ikut mendudukkan bokongnya di samping Aksa. Cowok itu mengibas-ngibaskan bajunya kegerahan. Aksa sendiri mengatur nafas.

"Jadi nengokin Tante Saras?"

Aksa mengangguk. "Jadi."

Tak lama pak Anton datang kemudian mengucapkan selamat pada Aksa karena permainanya yang semakin bagus saja. Pada yang lain juga tentunya. Setelahnya pak Anton berlalu.

"Aksa, nih buat kamu." Sebotol air mineral disodorkan membuat Aksa yang duduk harus mendongak untuk melihat siapa yang memberikannya.

Aksa tersenyum tipis mendapati Rani si ketua cheerleaders yang konon katanya cantik itu. Cowok itu menggeleng pelan. "Gak usah, gue gak haus," sahutnya menolak.

Rani mengerucutkan bibirnya. Selalu saja seperti ini. "Tapi kamu keringetan. Sini aku lap." Tangan putih itu hendak menyentuh dahi Aksa yang di penuhi keringat namun Aksa segera menjauh. Bangkit dari duduknya menepuk celananya yang sedikit kotor.

"Gue bisa sendiri," balasnya acuh. Mengambil tasnya kemudian mengaitkanya di pundak. "Gue tunggu di parkiran. Jangan lama-lama, nanti gue tinggal," lanjutnya memperingati ketiga cowok yang masih sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Menghiraukan Rani yang menghentakkan kakinya kesal.

Aksa berlalu. "Makanya gak usah caper terus. Mampus 'kan di cuekin," sindir Dimas tersenyum puas.

"Bilang aja lo cemburu," ucap Rani sebal.

Dimas bergedik. Ikut menghiraukan Rani kemudian menarik kerah Ucup dan Indra yang masih sibuk tebar pesona. Kalo dibiarkan nanti makin menjadi.

***

Aulia menyambut dengan senyum lebar kedatangan Nisa dan Zika. Cewek itu mengajak keduanya ngobrol walau hanya dibalas seadanya oleh Nisa dan dijawab canggung oleh Zika.

Saras tersenyum tipis melihat interaksi anak gadisnya yang menurutnya selalu ceria. Kini dirinya tengah di suapi oleh Arga.

"Ga. Liat temen adek kamu. Cantik-cantik ya, kayak ibu dulu," bisik Saras pada Arga.

Arga hampir kelepasan tertawa. "Pede banget."

"Kamu gak ada niatan cari pacar gitu? Gebet aja yang mukanya kayak tembok itu, cantik loh. Yang rambutnya pirang juga gak kalah cantik," lanjut Saras kembali berbisik.

Arga menggeleng. Memang kedua teman adiknya itu lumayan cantik lah tapi tidak bisa menandingi kecantikan seorang Adrea. Eh anjir kok jadi kepikiran cewek childish itu. Arga menggeleng amit-amit.

"Gak minat," ucap Arga dingin. Wajahnya berubah datar saat tak sengaja melirik Zika yang tengah curi-curi pandang ke arahnya. Arga sudah siap dengan gaya cool nya.

"Gimana sekolah kalian hari ini?" tanya Aulia kepo. Ia sangat perhatian kepada kedua gadis di depannya.

"B aj," jawab Nisa singkat.

"Lumayan lah," sahut Zika.

Aulia mengangguk pelan. "Tumben b aja, biasanya lo selalu dapet A," heran Aulia.

Nisa menggeplak kepala Aulia pelan. "Gak gitu konsepnya bego."

Aulia nyengir. Atensi semua yang ada di dalam ruangan teralih ke arah pintu yang terbuka kasar.

GEDUBRAKK

"Aushh," ringis Indra yang terjatuh secara tidak estetik mengundang ringisan ngilu dari yang lain. Indra jatuh dengan posisi mencium lantai.

"Anjing, sakit bego," kesal Indra. Cowok itu bangkit menatap tajam ketiga cowok yang tertawa-tawa di ambang pintu.

Saras menyahut geram. "Mulut dijaga," cibirnya.

Indra menoleh menampilkan cengiran kudanya pada Saras. "Maap Tante kepelasan."

"Kelepasan goblog!"

Indra kembali memutar kepala menatap tajam Ucup. Ucup lah pelaku pendorongan tadi.

"Lo kenapa dorong gue sih anjir?"

Ucup menghela kemudian tersenyum manis. "Lo gak Inget Ndra apa kata pak Sandi?"

Indra menggeleng kesal. "Ngapain juga Inget kata-kata pak botak."

Arga menggeleng pelan. Kenapa teman-teman kampret adiknya itu selalu saja membuat keributan di manapun berada.

"Kata pak Sandi, teman yang baik adalah teman yang selalu mendorong temannya dari belakang. Mak-dar-it alias maka dari itu gue dorong lo. Gimana baik banget 'kan gue?"

Indra maju menggeplak kepala Ucup keras. Berharap Ucup segera sembuh dari kegoblokanya. "Gak gitu woi. Maksudnya kita harus ngedorong dalam hal positif. Bukan ngedorong gue kayak tadi. Kalo gue amnesia lo mau tanggung jawab?!"

Aksa dan Dimas bagian ketawa saja. Ketiga cewek lain juga hanya menatap malas drama di depannya. Saras memegang kepalanya pusing.

"Gak mau. Belum juga gue coblos masa gue harus tanggung jawab."

Arga tidak tahan. Cowok itu menaruh makanan Saras yang tersisa setengah ke atas nakas. Menghampiri Indra dan Ucup si biang masalah. Menjewer telinga keduanya membuat keduanya mengaduh.

"Ini rumah sakit! Kalo mau ribut sana pulang!"

Indra dan Ucup kompak menggeleng. Meringis karena jeweran Arga yang tak main-main. Setelah di rasa tenang Arga melepaskan jeweranya membiarkan keempat cowok itu menyalimi Saras sopan.

"Gue tinggal sebentar ya, titip," pamit Arga pada Aksa dibalas anggukan kepala mantap.

Setelah ketiga cowok Salim pada Saras ketiganya langsung bergabung pada Aulia. Aksa sendiri hanya melirik Aulia kemudian tersenyum. Menghampiri Saras lalu memeluknya. Aksa sangat bersyukur karena Saras masih bertahan sampai sekarang. Tidak bisa Aksa bayangkan kalau Saras harus pergi meninggalkan gadisnya. Bisa-bisa Aksa merasa bersalah seumur hidup.

"Cepat sembuh Tante," ucap Aksa tulus.

Saras tersenyum. "Panggil ibu aja gimana?"

Aksa mengembangkan senyumnya. "Iya Bu siap."

"Ibu udah gakpapa kok Sa. Makasih ya udah mau bayarin semuanya. Ibu janji bakal ganti kok."

Aksa menggeleng cepat. "Gak usah. Ibu udah kaya ibu kedua buat Aksa. Cukup ibu sembuh aja Aksa udah bersyukur banget."

Saras menggeleng pelan. Mengusap kepala Aksa lembut. "Ibu bakal ganti. Jangan nolak nanti ibu gak enak."

"Ta--"

"Gak ada tapi-tapian atau kamu gak ibu restuin sama Aul," sela Saras cepat membuat Aksa bungkam.

Aksa menatap Saras lama. Bibir pucat wanita itu membentuk senyum jahil. Aksa merasa sangat bersalah. Kalau saja Aksa menurut pasti Saras tidak akan celaka. Tapi mau bagaimana lagi? Aksa akan terus berjuang demi cintanya. Setelah ini Aksa janji akan lebih menjaga orang-orang yang Aksa sayangi.

"Bu," panggil Aksa membuat Saras menatapnya.

"Maafin Aksa ya." Gara gara Aksa ibu jadi kaya gini," lanjut Aksa dalam hati.

Diam-diam Aulia tersenyum melihat Aksa dan Saras yang sangat akrab.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi pembaca gelap:/

Beberapa hari terakhir aku seneng banget karena banyak dari kalian ninggalin jejak buat cerita ini. Itu nambah semangat tersendiri buat aku.

Jangan pelit vote dan komenya ya. Semakin banyak vote semakin semangat juga aku up nya. Walau cerita ini gaje, semoga kalian suka ya!

Sayang kalian banyak-banyak (emot peluk)

Salam kalem : author edan


Continue Reading

You'll Also Like

185K 143 28
warning! Cerita khusus 21+ bocil dilarang mendekat!! Akun kedua dari vpussyy Sekumpulan tentang one shoot yang langsung tamat! Gak suka skip! Jangan...
238K 28.8K 25
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...
858K 24.2K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
1M 19.8K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...