The Half-Blood Malfoy(s) [SE...

By Hermione15malfoy

27.1K 1.9K 488

Cerita ini adalah lanjutan cerita "The Half-Blood Malfoy" sebelumnya. Jadi, yang mau baca cerita ini, baca du... More

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19

Chapter 1

3.6K 144 20
By Hermione15malfoy

The Half-Blood Malfoy(s) [SEKUEL]

Chapter 1
...

Hello semua, apa kabar? Aku baik di sini. Begitu juga dengan Draco, Scorpie, Rose, Hugo, dan Lyra. Ugh... anakku banyak sekali. Aku berharap kabar kalian sebaik mereka juga.

Tak terasa usia pernikahan ku dengan Draco sudah berjalan hampir 4 tahun. Selama itu juga, banyak perubahan yang aku alami dari hidupku. Memang aku lebih bahagia hidup bersama Draco, tetapi tak bisa dipungkiri aku dengannya terkadang masih suka cekcok.

Seperti sekarang ini. Draco beberapa hari yang lalu telah membuat mood ku turun dengan tak sengaja menumpahkan cokelat panas di karpet kesayangan ku. Well, beberapa hari ini aku mengusirnya dari kamar kami dan selama beberapa hari ini juga ia tidur dengan Lyra– putri kami.

Well, sebenarnya Lyra selalu merengek pada ku untuk menerima kembali Draco di kamar kami. Lyra bilang,

"Kasul ku tap muat Mummy jika ada Daddy. Tempit tekali lasanya."

"Aku tebal denan Daddy, talau tidul telalu mengelualkan tuala aneh yan membuat ku tap bita tidul."

"Ditenah malam biatanya Daddy memelukku tanat elat tekali, lalu mentium ku lalu bilan 'Atu mentintaimu, Monee'. Padahal aku bilan kalo aku ini Lyla butan Mummy."

Aku terkadang tertawa geli mendengar ocehan dari Lyra. Lyra tumbuh menjadi anak - anak yang manis namun cerewet. Bisa dibilang, sifatnya adalah campuran antara Granger dengan Malfoy.

Lalu sebalnya aku dengan Draco, bukannya meminta maaf Draco malah bertingkah seperti tak terjadi sesuatu. Jadi, aku sulit sekali untuk menerimanya masuk ke dalam kamar kami.

Draco tetaplah Draco Malfoy yang menyebalkan. Ia tetap tidak pernah mau meminta maaf padahal ia salah. Termasuk dengan ku yang menyandang status sebagai istrinya.

Meskipun begitu, biasanya malam - malam, Draco akan menyelinap diam - diam masuk ke kamar ku. Lalu, ia memelukku dan mengucapkan kata - kata yang sangat manis dan membuatku luluh juga. Pada akhirnya, kami akan menyelesaikan masalah kami di ranjang. Well, tak heran jika kali ini aku hamil lagi.

Kehamilan ku kali ini benar - benar tidak direncanakan. Aku dan Draco sudah sepakat untuk mempunyai satu anak saja. Tetapi, Tuhan berkehendak lain. Ya, hal itu juga dipengaruhi dengan aktivitas kami saat di ranjang juga sih.

Kandungan ku mulai berjalan bulan ke - 8. Draco memaksa ku untuk mengambil cuti dari usia kandungan ku masih 7 bulan. Agak membosankan memang. Tetapi belakangan ini, aku mengajari Scorpie beberapa mantra pertahanan untuk bekalnya menjadi auror nanti. Sedangkan Rose? Ia melanjutkan salah satu mimpi ku dahulu yaitu membuka sebuah toko buku.

Awalnya, aku menawari Rose posisi di kementrian, tetapi Rose bilang, saat berkerja di toko buku lebih santai dan menyenangkan dibanding harus bekerja di kementrian. Aku sangat mendukung mimpinya ini.

Aku pun mendengar tangisan Lyra dari ruang keluarga. Dengan cepat, aku keluar dari kamar ku dan turun menuju ruang keluarga.

Sesampainya di sana, aku melihat Lyra yang sedang menangis sambil memeluk Scorpie.

"Ada apa, nak?", tanya ku panik.

Setelah itu, Lyra melepaskan pelukannya pada Scorpie lalu menghampiri ku. Kemudian, ia memelukku dengan sangat erat dan masih dengan tangisannya.

"Ada apa?", tanya ku bingung sambil mengusap punggung Lyra.

"Lyra menangis karena ini Mum...", sahut Scorpie lalu menceritakan alasan mengapa Lyra menangis tersedu seperti ini.

flashback...

"Scowpie...", panggil Lyra dengan nada imutnya.

Scorpie yang sedang mengetik di laptopnya segera mengalihkan pandangannya dan menemukan adiknya yang sedang tersenyum manis menatapnya.

"Ada apa, sayang?", ucap Scorpie lembut. Scorpie pun langsung menggendong Lyra dan mendudukannya di pangkuan Scorpie.

"Kau tedan apa?", tanya Lyra.

"Aku sedang mengisi data pribadiku untuk mendaftar auror.", jawab Scorpie lalu meanjutkan ketikannya lagi.

"Lalu, apa yan tedan Scowpie isi?", tanya Lyra penasaran.

"Aku sedang mengisi nama ibu kandung ku", jawab Scorpie lalu mengetik nama 'Astoria Greengrass' di formulir itu.

Lyra pun bingung. Meskipun dirinya belum bisa membaca, tetapi Lyra sudah mengenal macam - macam huruf.

"Kau bilan tedan isi nama Mummy, lalu tenapa huluf depanna 'A'? Mummy tan nama na 'Hewmonee' tehalusnya huluf depanna 'H'.", ucap Lyra bingung.

Memang, Lyra belum dikenalkan dengan Astoria. Mereka sepakat untuk mengenalkan Astoria pada Lyra saat ia sudah agak besar nanti. Well, mungkin sekitar umur 6 atau 7 tahun.

Apalagi, figura besar Astoria di kamar Draco sudah dipindahkan. Awalnya, Hermione menolak figura besar tersebut dipindahkan dari kamar Draco. Tetapi Draco bersikeras dengan alasan menghargai Hermione sebagai istri barunya. Jadi, Lyra benar - benar belum mengenal siapa itu Astoria. Meskipun begitu, lukisan Tori sering melihat Lyra berlarian di sekitar manor tetapi Lyra tidak sadar.

"Mummy Hermione memang namanya dari huruf 'H'. Emm... tetapi Mummy kandung ku bukan Mummy Hermione", ucap Scorpie yang ragu menjelaskannya.

"Maksut mu? Dadi, mummy Scowpie butan Mummy Monee? Telus mummy Scowpie temana?", tanya Lyra yang bingung bercampur sedih.

"Bukan, Lyra. Tetapi mummy Mione tetap menjadi mummy ku. Mummy yang melahirkan ku itu mummy Tori, tetapi ia sudah meninggal sejak aku akan naik ke tingkat 3. Lalu, Dad Draco menikah lagi dengan mum Mione dan melahirkan anak secantik dirimu.", jawab Scorpie lalu memeluk Lyra erat.

"Dadi... hiks... Scowpie butan anak mummy Mione? Mummy Scowpie sudah menindal? Hiks... hiks... katian Scowpie... hiks...", ucap Lyra kemudian menangis.

Scorpie yang melihat Lyra tiba - tiba menangis pun terkejut.

"Lyra... tidak apa shhh... aku sekarang mempunyai mummy Mione. Jangan menangis, Mignonette.", ucap Scorpie menenangkan Lyra.

"Hik... hiks... Scowpie...", ucap Lyra meraung - raung.

flashback off...

"Jadi seperti itu, Mum.", jelas Scorpie.

"Ohh... sayang.", ucapku tak percaya lalu mengelus punggungnya.

Scorpie pun mendekati kami lalu ikut mengusap lembut punggung Lyra.

"Tak apa, Lyra. Meskipun ibu kandung ku sudah meninggal, aku tetap bahagia di sini. Karena, di sini ada mummy Mione yang menyayangi ku seperti mummy Tori. Kau tenang saja, ya? Aku tidak sedih. Aku akan sedih kalau kau sedih.", ucap Scorpie lembut.

Tangisan Lyra mulai mereda. Kemudian, ia melepaskan pelukan kami lalu menatap Scorpie dengan mata bulatnya yang masih mengeluarkan air mata. Aku pun segera mengusap air mata yang berjatuhan di pipi gembil putriku.

"Mummy tap pelnah jaat 'tan tama Scowpie?", tanya Lyra menatapku. Aku pun tersenyum dan menggeleng.

"Apa kau pernah melihat aku dimarahi oleh Mum, Lyra?", tanya Scorpie.

Lyra menggeleng gemas sebagai jawaban. Selanjutnya, ia melompat dengan cepat ke pelukan Scorpie. Ia memeluk Scorpie begitu erat dan seperti tidak mau melepaskannya.

"Aku tap akan menindalkan Scowpie tepelti mum Toli. Aku atan tetap ada di tamping Scowpie.", ucap Lyra yang membuat hati ku menghangat.

"Ohh... Mignonette... aku juga akan selalu ada untuk mu.", ucap Scorpie sambil mendekap Lyra lebih erat.

Aku tersenyum haru melihat mereka. Hati ku menghangat dan gembira melihat mereka. Tanpa basa - basi lagi, aku pun bergabung pada pelukan hangat mereka.
...

Sore ini aku melihat Lyra sedang berlarian dengan Hugo dan Willow di halaman manor. Aku juga melihat Rose yang sedang duduk memperhatikan adik - adiknya.

Aku sedikit bingung dengan Rose akhir - akhir ini. Ia terlihat murung dan seperti banyak pikiran. Saat aku tanya, ia selalu menjawab baik - baik saja dan hanya lelah. Tetapi aku yakin itu bukanlah jawaban jujurnya.

"Mione... ini pesanan mu.", ucap Mother Cissy tiba - tiba sambil memberikan paperbag yang berisi botol - botol susu kambing segar pesanan ku.

Ya, saat siang tadi Mother pergi ke Diagon Alley bersama bibi Andy. Mother menawari ku untuk ikut, tetapi sepertinya aku terlalu lelah untuk berjalan. Jadi, aku menitip saja padanya.

"Terima kasih, Mother.", ucap ku sambil tersenyum. Mother hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.

"Apa kau memeperhatikan sikap Rose yang berbeda akhir - akhir ini?", tanya Mother sambil menatap mereka juga. Ternyata bukan aku saja yang merasakan perubahan sikap Rose, tetapi Mother Cissy juga.

"Tentu saja. Aku sudah bicara dengannya. Tetapi, entahlah Mother. Aku rasa ia tak ingin memberikan jawaban pastinya. Aku juga khawatir sekali dengannya.", jawab ku.

"Sepertinya masalah kali ini bukan karena dengan si pengendali ayahnya.", ucap Mother.

"Aku juga merasa seperti itu. Tetapi, aku tidak bisa menebak apa masalahnya.", jawab ku.

Tak lama kemudian, Draco tiba - tiba datang dan menginterupsi pembicaraan kami.

"Drake...", sapa Mother sambil tersenyum melihat anaknya baru saja pulang bekerja.

Draco pun tersenyum lalu memberikan Mother ciuman ringan di pipinya. Setelah itu, ia memberikan ku french kiss yang manis lalu merangkul pinggang ku.

"Mother, sepertinya pembicaraan kita terhenti. Aku harus mengurus bayi besar ini.", ucap ku sambil terkekeh.

"Hahaha... baiklah Mione.", jawab Mother.

Kemudian, kami pun berlalu dari hadapan Mother menuju kamar kami. Selama perjalanan ke kamar, Draco tak melepaskan tangannya dari perut buncit ku sedetik pun.

Setelah sampai di kamar, aku langsung menutup pintu lalu menghampiri Draco yang sudah melepaskan jas kerjanya.

Aku mengusap lembut dadanya yang masih tertutup oleh kemeja putihnya. Tanpa basa - basi lagi, aku segera melepaskan kancing itu lalu membuka kemeja Draco.

Selama aku melepaskan kancing kemeja Draco, aku sengaja menundukan kepala ku. Itu karena Draco yang menatap ku dengan tatapan genitnya yang membuat ku tersipu. Entahlah, padahal sudah cukup lama kami bersama. Tetapi tetap saja aku selalu malu jika ditatap seperti itu.

"Draco... hentikan.", rengek ku karena tidak tahan lagi.

Aku mendengar dirinya tertawa kencang lalu berkata, "Kau lucu sekali jika sedang tersipu seperti itu. Pipi mu merah.", hal itu membuatku semakin tersipu.

Kemudian, ia menarikku ke dalam pelukannya. Aku suka sekali bau keringatnya. Lalu, aku menyandarkan kepala ku di dada bidangnya.

"Apa ada kejadian menarik hari ini?", tanya Draco.

"Ada. Tadi Lyra menangis karena mengetahui ibu kandung Scorpie.", kata ku sambil melepaskan pelukan kami.

"Saat itu, Scorpie sedang mengisi data dirinya dan Lyra pun datang. Lalu, Lyra bingung mengapa saat di bagian nama ibu kandung itu berawalan huruf 'A' bukan huruf 'H'. Scorpie pun menjelaskannya dan ya, Lyra menangis karena merasa kasihan pada Scorpie. Bahkan ia berjanji untuk selalu ada di samping Scorpie.", jawab ku.

"My sweet Lyra. Sepertinya kita harus mengenalkan Tori padanya.", ujar Draco.

"Ya, kau benar.", jawab ku.

Lalu, Draco memeluk pinggang ku dan dengan reflek, tanganku mengalungi lehernya. Ia menatapku dalam sekali sehingga aku dapat merasakan cinta - cinta yang ia keluarkan saat menatapku.

Tak menunggu waktu lama, ia menarik tubuhku pelan lalu melumat bibir ku. Perut ku yang sudah sangat buncit tak menghalanginya untuk membuai diriku. Aku pun menutup mataku menikmati bibirku digigiti olehnya.

Beberapa menit kemudian, kami melepaskan ciuman kami. Kemudian, kamipun menghirup napas dalam - dalam. Ribuan kali aku berciuman dengan Draco rasanya tetap sama tak ada yang berubah. Kami pun saling menatap dan tersenyum satu sama lain.

"I love you.", ucapnya.

"I love you too, honey.", balasku dengan manis.

"Ya sudah, kau mandi dulu sana. Tubuh mu bau sekali.", ucap ku.

Lalu, ia mencium pipi ku dan langsung masuk ke dalam kamar mandi kami. Aku pun menggelengkan kepalaku dan bergegas menyiapkan pakaian santainya.

Selama aku menunggu Draco mandi, aku membuka buku ku dan membacanya. Aku pun tenggelam dalam lautan huruf hingga aku tak sadar Draco sudah menyelesaikan mandinya.

Aku terkejut saat ia tiba - tiba sudah berada di atas kasur dengan sudah berpakaian lengkap dan menyingkap gaun yang aku pakai hingga dada. Setelah itu, Draco mengusap perut ku lembut dan menciuminya dengan penuh kasih sayang.

"Anak Daddy, sebentar lagi kita akan bertemu. Aku sudah tidak sabar lagi untuk melihat mu di dunia ini. Sehat - sehat ya, sayang. Daddy dan Mummy menyayangi mu.", ucapnya lembut dan mengusap perut ku lagi.

Aku merasakan perut ku bergerak - gerak karena reaksi dari anakku. Draco yang melihat itu tersenyum bahagia lalu menyentuh bagian perutku yang begerak.

"Aku juga menyayangi mu, Daddy.", ujar ku.

Draco tersenyum haru dan mencium perutku lagi. Aku merasa, aku sangat beruntung memilikinya. Karena kami saling mencintai satu sama lain.

"Yuk, kita keluar. Aku sudah rindu sekali dengan Lyra.", ajak Draco.

"Yuk.", jawab ku. Aku pun kemudian beranjak dari kasur dan menurunkan lagi gaun ku. Setelah itu, kami pun keluar dari kamar dan menghampiri anak - anak yang sedang bermain di halaman manor.

"Daddy!!!", seru Lyra kencang sekali dan langsung berlari ke arah Draco.

Ia menubrukan tubuhnya ke tubuh Draco yang sudah merentangkan tangannya. Tanpa berpikir panjang lagi, Draco memeluknya sangat erat lalu mengangkat Lyra ke dalam gendongannya.

Setelah itu, Draco menciumi seluruh bagian wajah Lyra, mulai dari pipi kanannya, kemudian pipi kiri, lalu keningnya, pelipis kanan, pelipis kiri, hidung, dagu, lalu yang terakhir bibir merah Lyra. Lyra pun melakukan hal yang sama seperti ayahnya.

Mereka memang seperti itu. Seperti lama tidak berjumpa, padahal Lyra dan Draco hanya berpisah saat tidur dan Draco bekerja saja. Tetapi selagi mereka bahagia, aku juga ikut bahagia.

Setelah itu, gantian Hugo yang menghampiri Draco. "Hello Dad!", serunya.

Draco pun tersenyum lalu mengacak rambut Hugo. Setelah itu, ia menurunkan Lyra untuk bermain lagi bersama Hugo dan Willow.

Aku melihat Draco memandang Rose cukup lama lalu ia pun menghampirinya. Draco duduk tepat di sebelah Rose. Sepertinya, Draco menanyakan mengapa ia terlihat murung hari ini.

Rose hanya menggeleng dan tersenyum lemah sebagai jawaban. Draco pun dengan cepat menarik Rose ke dalam pelukannya dan mencium kepala Rose dengan sayang.

Aku pun tersenyum bahagia melihat mereka. Aku senang Draco menjadi salah satu sumber kekuatan untuk Rose. Rose juga terlihat nyaman di pelukan ayah tirinya.

Keluarga yang aku idam - idamkan akhirnya terwujud. Aku merasa sangat bahagia sekarang. Semuanya terasa lengkap.

Mempunyai suami yang mencintai ku, anak - anak yang periang, manor, jabatan, keluarga yang harmonis, sahabat yang setia, dan masih banyak lagi.

Well, ini adalah kelanjutan kisah ku bersama Malfoys. Aku yakin kedepannya akan banyak tantangan dan rintangan yang lebih berat. Aku harap, aku dan Draco bisa terus saling mencintai hingga akhir hayat kami.

To be continued...

Jangan lupa vote, komen, review, kritik, dan sarannya. Sorry for typo ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

165K 12K 87
AREA DILUAR ASTEROIDπŸ”žπŸ”žπŸ”ž Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
1M 76.3K 57
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
848K 44.2K 37
Calynn Olenna Leandra terpaksa harus menikah dengan seorang pria duda beranak 3 untuk melunasi hutang sang ayah, tentu saja sang ayah menolaknya. Dia...
YES, DADDY! By

Fanfiction

317K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar