AULIA [On Going]

By liaaulia191

16.8K 2.6K 819

[HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, BIAR BERKAH] Cover by : @fany.graphic "Lo," Ucap keduanya kompak sembari... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

33

169 39 22
By liaaulia191

Hai aku up lagi nih!

Nungguin gak? Hahaha.

Kalo ada typo bilang ya!

Happy reading ^_^

***

"ASTAGFIRULLAH KEEP HALAL BRADER!"

"MATA POLOS Q."

"TANTE AKSA CIUMAN!"

Teriakan menggelegar itu membuat Aulia dan Aksa langsung menjauhkan diri. Aulia menunduk malu. Dirinya seperti seorang maling yang tengah tertangkap basah. Lain halnya dengan Aksa. Cowok itu menatap tajam ketiga cowok dan dua perempuan yang tengah berdiri di depan pintu.

"Ngapain kalian kesini?!"

Ucup terkekeh geli. "Jenguk kawan sakit lah. Yakali mau liat orang ciuman."

"Apasih?! Kita ga ciuman ya," sebal Aulia melotot kesal.

"Emang gue ada bilang kalian ciuman?" Ledek Ucup memeletkan lidahnya.

Aulia mendelik. Matanya melirik Nisa yang bersandar di pintu sibuk dengan ponselnya. Sedangkan ketiga cowok lain kini dengan kurang ajarnya langsung merebahkan diri di kasur milik Aksa.

Tapi tunggu! Zika?!

"Loh? Zika ngapain disini?" Gumam Aulia pelan Gadis itu menghampiri Zika dan Nisa yang tengah berdiri kaku.

"Gue mau ngomong sama lo berdua," ucap Aulia menarik Zika dan Nisa keluar dari kamar. Menghiraukan ke-empat cowok lain yang tengah beradu argumen.

"Lo pada tau rumah gue dari mana nyet?" Tanya Aksa kesal. Tanganya memungut guling dan selimutnya yang kini berjatuhan di lantai akibat ulah ketiga cowok lain yang tidak bisa diam.

Dimas memperhatikan sekitar. "Lo lupa Sa? Si Ucup 'kan titisan dukun. Tanpa lo kasih tau juga kita bisa tau."

Ucup melotot, Manarik kerah baju Dimas membuat cowok lesung pipi itu kesulitan bernafas. "Sekate Kate lo!"

"Anjing, lepasin sesek." Dimas mendorong bahu Ucup keras membuat cowok berjambul itu tersungkur ke bawah. Dimas dan Aksa tertawa ngakak melihat Ucup terjatuh dengan tidak estetiknya.

"Sialan, gue bales lo," Ucup berdiri. Mengejar Dimas yang kini malah berlari memutari ranjang. Disusul Ucup yang mengejarnya.

Rasa pusing Aksa mendadak bertambah. Dijenguk manusia setan seperti ini membuatnya tambah pening. Cowok itu memilih duduk di samping ranjang. Aksa melirik Indra yang tengah tertidur pulas. Entahlah Aksa juga tidak paham. Padahal cowok bergigi gingsul itu baru saja merebahkan dirinya di kasur. Tapi cepat sekali dia tertidur.

"Jangan lari lo," teriak Ucup kesal.

Dimas memeletkan lidahnya mengejek. Cowok itu kini mimilih berlindung di belakang tubuh Aksa. Menduduki punggung Indra yang tengah tidur tengkurap.

"Anjir cepet banget ini anak tidurnya," heran Dimas melirik kebawah. "Mana kayak kebo lagi," lanjutnya heran.

"Dia 'kan emang kalo tidur kaya kebo," ujar Ucup memilih menghempaskan tubuhnya ke sofa. Sedikit ngos-ngosan karena lari-larian.

Aksa memijat pelipisnya pusing. "Gue nanya daritadi. Kalian tau rumah gue dari mana? Perasaan gue belum pernah kasih tau."

"Sebenernya," Ucup menjeda ucapanya. Cowok itu mengetuk dagu seakan berfikir.

"Banyak tingkah," cibir Aksa tak tahan melempar guling yang masih ia genggam ke muka menyebalkan Ucup.

"Anjir," umpat Ucup.

Ucup cengengesan mendapat delikan tajam dari Aksa. Cowok itu tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya. "Jadi, sebenernya...."

"Sebenernya apa sih? Gausah bertele-tele." Aksa semakin melotot kesal. Sebenarnya Aksa tidak masalah mereka bermain ke rumah nya. Hanya saja Aksa kepo dari mana mereka mengetahui alamat rumahnya. Setahunya Aksa sama sekali belum pernah memberi tahu mereka.

"Sebenernya,"

"Stop." Dimas yang sedari tadi hanya diam kini angkat suara. Cowok itu kini sudah duduk di samping kepala Indra yang tengah mendengkur. "Sebelum Ucup kasih tau gue mau ngomong," lanjutnya.

"Ngomong apaan?"

Dimas menghela nafas panjang. "Bismillahirrahmanirrahim."

Dutttttt

Keluarlah bunyi dutt panjang dari pantat seorang Dimas. Aksa langsung menjauh. Sedangkan Ucup juga langsung mengapit hidung dengan tanganya.

"Anjing,"

"Bau bangke bangsat!"

Dimas nyengir. Sebelum cowok itu kentut, Dimas sempat sedikit mengangkat pantatnya ke arah wajah Indra. Lihat saja sekarang Indra sudah mulai terganggu.

"Astagfirullah bau apaan ini woi." Mata ngantuk Indra seketika terbuka lebar. Menutup hidung karena merasakan aroma busuk yang tiba-tiba masuk ke Indera penciumannya.

"Sialan lo Dim, makan apaan sih anjir. Kentut lo bau bangke sial," umpat Ucup tak tahan. Rasanya ingin muntah.

"Jijik." Aksa menutup hidung seraya memegang perut hendak muntah. Padahal Aksa sudah menjauh tapi bau itu masih sangat menyengat.

Indra menggeplak kepala Dimas kesal. "Bajingan, gue lagi tidur malah di kentutin. Mana bau banget lagi," semprot Indra.

Dimas tertawa. "Maaf sahabat, sebenarnya tadi gue abis sarapan sama jengkol." Dimas berucap tanpa dosa. Sungguh membagongkan.

Jawaban tanpa dosa dari Dimas langsung dihadiahi pukulan dengan guling oleh Ucup serta Aksa dan Indra yang tak tinggal diam menindih tubuh Dimas. Jadi posisi mereka sekarang Dimas berada di posisi bawah disusul Indra, Aksa kemudian Ucup. Sungguh random sekali keempat manusia itu.

***

Zika menunduk gugup. Dihadapan Aulia, Zika hanya berani memainkan jarinya. Aulia membawa Zika dan Nisa ke depan kamar Aksa. Nisa menyimpan ponselnya ke dalam saku. Memperhatikan Aulia yang terus menatap Zika aneh.

Siapa yang tidak merasa aneh coba? Kemarin-kemarin Zika berniat mengusik Aulia. Dan teman-temanya juga tidak menyukai Zika. Lalu bagaimana bisa Zika sampai ke rumah Aksa?

Tadinya Nisa kira Aulia akan memarahi Zika. Zika juga sempat berpikir seperti itu. Tapi ternyata dugaan keduanya salah. Aulia langsung mendekap tubuh Zika membuat cewek berambut pirang itu sedikit terhuyung ke belakang.

Zika melebarkan matanya. Meneguk salivanya susah payah ketika merasakan bahunya kini basah dengan air mata.

"Maaf," pinta Aulia pelan. Gadis itu sesegukan membuat Zika semakin bingung.

Nisa hanya mengernyit heran. Kenapa dengan Aulia.

Aulia merenggangkan pelukannya. "Maafin ucapan Indra tadi ya? Jangan masukin ke hati. Mulutnya emang gabisa dijaga. Jangan dendam sama dia ya," ucap Aulia sambil sesekali menarik ingus.

Nisa tersenyum tipis melihat apa yang Aulia lakukan.

Bibir Zika seakan kelu. Matanya berkaca-kaca. Kenapa Aulia bahkan tak bertanya kenapa Zika berada di rumah Aksa? Kenapa gadis itu malah meminta maaf atas kesalahan yang bukan Aulia lakukan.

"Maafin," pinta Aulia lagi.

Zika mengangguk kaku. "Maafin gue juga ya Aul, plisss. Gue jahat banget sama lo. Gue bahkan sempet punya niatan buat celakain lo. Tapi l-"

"Udah gue gapapa kok. Semua orang itu tempatnya salah dan dosa. Saling memaafkan aja. Gue sekolah bukan buat cari musuh," ucap Aulia tersenyum manis.

Air mata Zika meluruh begitu saja. Gadis itu langsung menubruk tubuh mungil Aulia.

"Makasih lo udah mau maafin gue."

Aulia mengusap bahu Zika menenangkan. "Sekarang kita teman."

Zika mengangguk pelan tanpa melepaskan pelukannya. Keduanya larut dalam suasana haru.

Nisa berdehem pelan.

Aulia melirik. Gadis itu mengedipkan matanya. "Sini ikutan."

Nisa menggeleng tanda tak mau. Bukan Aulia namanya kalo tidak memaksa. Aulia menarik lengan Nisa kemudian ketiganya berpelukan bersama.

"Lepasin, badan kalian bau," tajam Nisa menjauhkan diri.

Aulia terkekeh. "Wangi woi. Enak aja, gue udah mandi ya."

Zika tersenyum tipis melihat interaksi Nisa dan Aulia. Zika pasrah ketika Aulia menarik pelan tanganya memasuki kamar Aksa. Zika sudah siap jika Aksa nanti akan memakinya. Atau bahkan akan mengusirnya. Mungkin Aksa belum menyadari kehadirannya tadi.

Nisa menarik ujung bibirnya ke atas membentuk senyum tipis. Sangat tipis. Bisa dibilang Nisa beruntung bisa mendapatkan Aulia sebagai teman perempuan pertamanya. Bagi Nisa Aulia itu gadis yang menyebalkan, cerewet, alay, lebay, tukang maksa dan masih banyak lagi. Tapi dibalik itu semua. Aulia adalah gadis yang baik. Suka memaafkan dan selalu bisa bersikap dewasa.

Nisa segera melunturkan senyum tipisnya saat bahunya ditabok keras oleh Aulia. Gadis itu menghampiri Nisa yang hanya mematung di tempat. Baru beberapa detik yang lalu Aulia tampak begitu manis. Tapi sekarang gadis itu sudah mulai lagi. Nisa jadi menyesal sudah memujinya.

"HEH KALIAN NGAPAIN TINDIH-TIBDIHAN. ISTIGHFAR! AKSA KAMU BELOK?!"

teriakan Aulia membuat keempat cowok yang tengah tertawa-tawa itu terdiam. Menyadari ada kehadiran ketiga manusia lain keempat cowok itu langsung duduk tegak.

Aulia menatap tajam satu persatu cowok yang hanya diam sambil cengar-cengir. "Kalian belok?"

Ucup menyahut tidak terima. "Mana ada Anjir, gue masih suka lubang."

Dimas mengangguk. "Bener tuh. Masa iya kita main pedang-pedangan."

"Terus kenapa kalian tindih-tindihan?!"

Aksa menggeleng pelan. Otak Gadisnya itu sepertinya tertinggal di rahim ibunya. Bagaimana bisa Aulia langsung mengira kalau dirinya belok hanya karena tindih-tindihan?

"Apasih yang, engga!" Aksa berjalan menghampiri Aulia. Menyentil dahi gadis itu pelan membuat Aulia mengaduh sambil mengumpat.

"Uwuuu-uwuan aja teros!"

"Uhuk keselek tipi!

"Kok gak mati." Indra menyahuti celetukan Ucup yang katanya keselek tv.

Aksa hiraukan. Matanya menangkap sosok Zika yang berdiri menunduk di belakang Aulia. Tatapan lembut nan teduh yang Aksa berikan pada Aulia berubah menjadi tatapan tajam.

"Ngapain lo kesini?"

Pertanyaan Aksa membuat semuanya diam. Suasana yang tadinya ramai langsung hening. Atmosfer mendadak terasa panas.

"Dia ikut sama gue," sahut Indra memecah keheningan. Zika hanya diam meremas ujung rok yang ia kenakan.

Kepala Aksa menoleh menatap Indra heran. "Ngapain lo bawa dia kesini?"

Indra diam. Ia jadi merasa bersalah karena membawa Zika kemari. Tadinya Indra juga tidak mau kalau Zika tidak memaksa.

Setelah pulang sekolah tadi, Indra dan kawan-kawan berencana untuk menjenguk Aksa. Karena diantara mereka tidak ada yang mengetahui alamat rumah Aksa. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengikuti Aulia. Sialnya, ternyata Zika mendengar rencana mereka.

Tepat. Gadis itu memaksa untuk ikut. Indra sudah menolaknya mentah-mentah. Namun Zika terus merengek. Gadis berambut pirang itu berkata, kalau diijinkan ikut maka Zika akan memaafkan kesalahan Indra. Tapi Indra tetap menolak. Indra sudah bilang kalau ia bodo amat. Yang penting sudah minta maaf. Mau dimaafkan atau tidak itu bukan lagi urusannya.

Pada akhirnya Indra menyerah. Akhirnya cowok itu mengijinkan Zika ikut setelah Zika menangis dan bergelayut di kakinya. Mana di hadapan anak-anak kelas lain.

Indra mengijinkan tentu saja atas persetujuan yang lain. Zika juga berjanji tidak akan membuat keributan.

Aulia mengelus lengan Aksa pelan. "Biarin aja. Dia kan temen kita. Dia kesini juga mau jengukin kamu."

Aksa menghela nafas gusar. "Ta-"

Drttt drtt

Dering ponsel Aulia membuat Aksa terdiam. Aulia segera meraih ponselnya di dalam saku. Tertera nama 'abangkulakilaki' disana.

Aulia segera mengangkat panggilan tersebut. "Halo bang, ada apa? Tumben neplon."

"Nelpon kali," cibir Indra kesal.

"Ibu dek," sahut Arga di seberang. Nadanya bergetar. "Ibuuu."

Mimik wajah Aulia berubah panik. "Ibu kenapa bang?!"

"Ibu kecelakaan, sekarang dia di rumah sakit. Kamu Cepet kesini ya, Abang tunggu!"

"Ba-"

Tut

Arga mematikan sambungan sepihak kemudian mengirimkan sebuah lokasi yang Aulia yakini merupakan lokasi rumah sakit dimana Saras di rawat.

Lutut Aulia melemas. Air mukanya mendadak panik membuat Aksa cemas. "Ada apa?"

Bahu Aulia bergetar. "Ibu Sa."

"Ibu kenapa?"

"Ibu kecelakaan," ucap Aulia lirih. Gadis itu langsung menubruk tubuh Aksa. Menumpahkan air matanya di dada bidang Aksa. "Anterin aku ke rumah sakit."

Aksa terkejut. Cowok itu mengusap punggung Aulia menenangkan. "Ayo kita ke rumah sakit. Jangan khawatir, ibu pasti baik-baik aja."

"Kenapa Sa?" Tanya Ucup pada akhirnya setelah banyak diam.

"Ibunya Aul kecelakaan. Gue mau ke rumah sakit. Kalian mau ikut atau pulang?"

"Kita ikut," ujar Indra mewakili semuanya.

"Lo pulang aja," perintah Aksa menatap Zika.

"Kalo Zika mau ikut gapapa kok," papar Aulia tersenyum tipis. Gadis itu mengusap sudut matanya. Perasaan takut khawatir akan keadaan ibunya membuat Aulia tidak bisa berhenti menangis.

"ayo kita berangkat!"

Aksa segera meraih jaketnya. Melupakan rasa pusing yang menyerang kepalanya. Setelahnya mereka semua langsung menuju ke rumah sakit tempat Saras dirawat. Dengan posisi motor Aksa paling depan sebagai penunjuk arah dan yang lain mengikuti dari belakang.

Tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di rumah sakit tempat Saras di rawat. Aulia segera berlari menyusuri lorong rumah sakit tanpa menghiraukan Aksa yang mengejarnya. Aulia takut. Aulia sangat takut terjadi sesuatu pada ibunya. Aulia tidak mau kehilangan lagi. Aulia...

"Abang," panggil Aulia setelah menemukan Arga yang duduk sembari menunduk di sebuah kursi. Cowok itu meremas kuat jaket di tanganya.

Arga mendongak. Matanya berkaca namun tak urung Arga tersenyum. Menyambut Aulia masuk ke dalam dekapanya.

"Gimana keadaan ibu bang?"

"Ibu pasti gapapa dek, dia lagi di periksa sama dokter," ucap Arga menenangkan. Tanganya mengelus lembut bahu sang adik mencoba meyakinkan kalau Saras tidak akan kenapa-napa. Walau faktanya, Arga tidak yakin mengingat bagaimana kondisi terakhir Saras sebelum dibawa masuk ke UGD tadi. Tapi Arga harus tetap kuat. Menguatkan adiknya.

"Aul takut bang," lirih Aulia. Arga semakin mengeratkan pelukannya.

"Ibu pasti ga akan kenapa-napa. Dia kan wanita kuat."

Aksa dan teman-teman Aulia yang lain hanya diam menyaksikan interaksi antara kakak beradik itu. Tidak ada yang berani angkat suara.

Aksa ingin menenangkan Aulia tapi ia urungkan. Cowok itu meraih ponselnya di dalam saku celananya saat sebuah notifikasi muncul.

'Bagaimana hadiahnya Aksa?'

'masih berani main-main sama saya?'

Aksa memejamkan matanya. Menahan emosi yang siap meledak kapan saja. Rahangnya mengeras. Tanganya menggenggam ponsel kuat-kuat.

"Sialan!"

TBC

Aksa

Gue tau gue cakep. Gausah diliatin terus nanti cewek gue cemburu!

Aulia

Hallo!

***

Gimana part kali ini? Seru kah? Garing kah? Atau ga nyambung ya? Hahaha dedek juga ngerasa gitu T_T

Tapi hendaklah kalian tinggalkan jejak buat menghargai author yang rela ngetik panjang-panjang. Gak susah kok. Cukup kalian pencet bintang dan komen sedikit semangat buat aku. Aku udah seneng banget.

Kalo ada yang mau menyampaikan kritik dan saran. Aku terima dengan senang hati. Tapi alangkah lebih baiknya sampaikan kritik dan saran kalian dengan bahasa yang baik.

Burung irian burung cindrawasih
Cukup sekian terimakasih

-authorkalem

Salam kalem : author edan

Continue Reading

You'll Also Like

133K 14.4K 19
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...
4.4M 98.7K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1M 33.5K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
1.7M 238K 38
Tidak ada yang bisa menebak sifat Drystan sebenarnya. Cowok itu ... terlalu hebat berkamuflase. Drystan bisa bijaksana, galak, manja dalam satu waktu...