ELARA (TERBIT)

By kanareiz

6.7M 496K 49.9K

Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52 - END
EXTRA PART
SEQUEL ELARA
ELARA COMEBACK?
Spesial Part - Aku, Kamu, Dan Keluarga Kecil Kita
PDF NOVEL ELARA

Part 34

91.3K 7.2K 485
By kanareiz

Jangan lupa tinggalkan jejak!🕊
Happy reading

***

"Arah jam 9, Queen monitor."

Pria itu melangkah tanpa suara agar tidak ada yang tau keberadaannya disini. Gadis yang berada diseberangnya mengangkat pistolnya pertanda penyergapan akan dimulai.

Saat hitungan ketiga kelompoknya langsung mengepung tempat itu. Berjalan perlahan agar tidak menimbulkan suara. Beberapa orang yang berjaga sudah mereka lumpuhkan saat menyadari kehadiran mereka.

Gadis yang menjadi pemimpin itu berjalan berbeda arah, masuk lebih dalam menuju ruangan bawah tanah. Samar—samar ia mendengar suara beberapa orang yang tengah berbicara serius. Ia menekan sesuatu dibalik jaket tebalnya, memberikan sinyal kepada anak buahnya yang berada di atas untuk datang ke tempatnya bediri sekarang.

Gadis itu adalah Ara, jika kalian bingung siapa dia mari mengulik tentang hidupnya. Ara adalah keturunan keluarga Narvadez. Dimana keluarganya adalah seorang yang memiliki pengaruh di dunia perbisnisan, itu yang menyebabkan semua anggota keluarga Narvadez tidak boleh sembarangan bergaul dan dijaga sangat ketat melihat kondisi di luaran sana yang banyak mengincar keluarga mereka. Satu lagi yang kalian belum ketahui, kakek Ara adalah seorang agent rahasia negara dan itu menurun kepada cucu-cucunya, termasuk Ara.

Jangan bertanya kenapa Ara menutupi ini dari Erlan. Semua ini telah diatur, tidak sembarangan orang boleh mengetahui siapa dirinya. Tapi karena status Erlan adalah suami Ara. Laki-laki itu akan mengetahuinya nanti di waktu yang tepat.

Ara berjalan sangat pelan mendekati mereka, ia berlindung di balik tembok. Telinganya menempel pada tembok dan satu tangannya memegang pistol untuk berjaga-jaga. Namun semua itu gagal karena ulah kenneth yang menepuk kencang bahunya membuat dirinya tak sadar memekik.

"Siapa disana." Suara tegas terdengar, Ara menarik tangan Kenneth untuk bersembunyi di bawah meja. Tangannya menutup mulut agar nafasnya tidak terdengar.

Suara derap langkah kaki mendekat membuat Ara dan Kenneth menatap sekeliling untuk berjaga-jaga.

"Tidak ada siapa-siapa bos." ucap salah satu anggotanya.

Terdengar suara langkah kaki menjauh, Ara menghela nafas. Dengan cepat ia dan Kenneth merangkak keluar, namun saat mereka telah berdiri tegap. Dari belakang Ara merasakan sesuatu yang menempel dan terdengar tarikan pelatuk.

Shit!

Mereka berdua ditodong pistol dari belakang.

"Mau kemana gadis manis?" Pria itu terkekeh. "Siapa kau, mengapa bisa masuk ke dalam sini." lanjutnya.

Pandangan pria itu beralih menatap tatto di belakang telinga Kenneth. "Shit! Bos ada penyusup!" teriak pria itu membuat 5 pria menghampiri mereka dari balik tembok tempat Ara menguping.

Tidak ada kecemasan atau ketakutan dari wajah Ara dan Kenneth, justru mereka berdecih karena hanya ada 5 orang saja. Itu sangat sedikit bagi mereka.

"Cih, hanya 5 orang saja?" Kenneth berucap meremehkan membuat kelima pria yang baru saja datang itu tersulut emosi.

"Siapa kalian?" tanya pria yang Ara yakini sebagai pemimpin mereka, dilihat dari tampilannya dan posisinya berdiri.

"Anda tidak perlu tau siapa kami Tuan, siapkan lah diri kalian untuk bertemu dengan kematian atau mau merasakan membusuk di penjara?"

Pria itu terkekeh. "Becanda mu sangat lucu gadis manis. Sebelum itu apakah kau ingin bersenang-senang? Kau tau aku adalah pria yang paling digilai para wanita. Kau akan merasa puas, sayang."

Ara meludah tepat mengenai badan pria itu. Dengan gerakan mata untuk memberi kode kepada Kenneth, mereka berdua langsung memutar keadaan dimana orang yang menorongkan mereka pistol telah terkapar di lantai dengan belati yang bersarang di kedua lengan mereka.

"Hello, my name is Zara. You know me?"

Ara tersenyum manis, tanpa mereka sadari satu tangan gadis itu mengambil sesuatu di belakang tubuhnya.

Ara mengeluarkan pistol berjenis Dessert Eagle. Pistol yang dianggap mematikan karena menembakkan peluru. 50 Action Express (.50AE), salah satu peluru terbesar dan paling mematikan dalam sejarah senjata genggam.

Ara tersenyum remeh menatap keterkejutan mereka.

"Well, kalian takut?"

"Siapa kau sebenarnya. Kami tidak ada urusan denganmu, pergilah. Kami masih baik kepadamu gadis manis. Dan apa kau bilang, takut? Tidak ada sejarahnya seorang mafia yang ditakuti di seluruh dunia takut denganmu."

Ara menaikkan alis. "Anda percaya diri sekali Tuan." Ara kembali mengarahkan pistolnya menunjuk beberapa box yang ia yakini berisi senjata yang akan mereka selundupkan. "Berikan itu padaku. Atau kau akan mati dengan tembakan dari pistol ini."

"Tentu saja kau tau apa jenis pistol yang kupegang Tuan. Bukankah ini sangat mematikan?" lanjutnya terdengar mengancam.

Kenneth yang sedari tadi diam kini mengeluarkan suaranya. "Ra, jangan terlalu lama. Kakek sudah mengabari agar kita membereskan ini secepatnya." bisik Kenneth pelan.

"Ya." balas Ara singkat.

Ara menatap tajam keenam pria di depannya. "Mau dimulai dari mana?" tantangnya.

Pria itu menggeram marah.

"Serang!" perintah pria itu.

BUG!
BUG!
BUG!

Pukulan demi pukulan mereka layangkan namun berhasil ditangkis oleh Ara dan Kenneth. Mereka berdua sangat santai menghadapi keenam pria itu. 10 menit bertarung akhirnya mereka tumbang dengan keadaan yang tidak bisa dikatakan baik.

"Panggil yang lain untuk datang kemari." perintah Ara kepada Kenneth.

"Baik bos." Dengan segera ia menghubungi rekannya untuk datang kemari.

Beberapa menit kemudian mereka datang dan mulai mengangkat box besar berisi senjata ilegal itu. Ara menghampiri satu pria yang menatapnya sinis. Hebat, satu kata untuk pria itu yang masih dalam kesadarannya. Kelima temannya sudah terkapar namun dia masih tetap sadar walaupun terlihat sendu.

"Bereskan semua ini, Ken. Aku harus cepat pulang sebelum kak El pulang."

"Laksanakan."

Mendapat jawaban dari Kenneth, Ara pun berjalan meninggalkan tempat itu tanpa ia ketahui sesuatu terjadi setelah kepergiannya. Sesampainya Ara dirumah, ia langsung membersihkan tubuhnya.

Saat ia tengah mengeringkan rambut di depan meja rias, ponselnya berdering membuat gerakan tangannya terhenti.

"Siapa sih," gumam Ara pelan seraya melangkah menuju nakas.

Ara mengerutkan dahi membaca nama yang tertera di layar ponselnya.

"Dibilangin jangan nelpon disini, ngeyel." ucap Ara kesal.

Dengan kesal Ara mengangkat telpon dari Kenneth, namun informasi yang pria itu ucapkan membuat tubuhnya menegang.

"Ra, masih ada orang lain lagi di atas mereka. Setelah kepergian lo, puluhan pria berbadan besar menyerang kelompok kita. Untungnya kita semua berhasil kabur."

Telinga Ara berdengung, tangannya mengepal kuat. Shit! Dia terlalu ceroboh.

"Kakek juga menyuruh lo untuk datang besok ke markas."

Tanpa menjawab apapun Ara mematikan sambungan telepon sepihak. Ia memejamkan mata atas keteledorannya. Seharusnya ia menyetujui ucapan sang Kakek untuk membawa anggota lebih banyak lagi dan membiarkan setengah dari mereka berjaga di luar. Dalam keadaan ini ia mengetahui, bahwa ini adalah kasus yang besar.

Suara pintu kamarnya terbuka menampilkan Erlan dengan wajah lelahnya. Ara segera mengganti raut wajahnya agar Erlan tidak curiga. Ia tersenyum dan melangkah menghampiri Erlan.

Drep!

Erlan memeluknya secara tiba-tiba. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ara, membawa sensasi nyaman dan geli secara bersamaan. Deru nafas Erlan sangat terasa, sebenarnya seberat apa kerjaan yang diberikan sang Kakek hingga Erlan terlihat kacau seperti ini.

"Kenapa?" tanya Ara lembut. Ia mengusap punggung suaminya membuat laki-laki itu sedikit tenang.

"Biarin gini dulu, aku cape." Erlan berucap saat merasa Ara mengendurkan pelukannya. "Kerjaan aku banyak banget, aku cape sayang." lirihnya.

"Mandi dulu nanti aku pijitin ya."

Erlan mengangguk. Sebelum beranjak ke kamar mandi ia menyempatkan untuk mengecup kening dan bibir istrinya.

"Mandi pakai air hangat ya."

"Iya."

Sembari menunggu Erlan mandi, Ara menyiapkan baju yang akan digunakan suaminya. Ia menatap layar ponsel di yang berada di atas nakas. Ara berharap Kenneth tidak menghubunginya saat Erlan berada di dekatnya.

"Sayang, baju aku mana." ucap Erlan saat keluar dari kamar mandi.

"Di atas ranjang." Ara yang sedang duduk di sofa mengalihkan pandangan saat Erlan berganti baju di depannya.

"Kenapa gak ganti di kamar mandi sih?" celetuknya.

Erlan terkekeh. "Udah sah juga, lagian kamu udah liat tubuh polos aku kan." goda Erlan membuat pipi Ara merona.

"Gausah dibahas." rengek Ara manja. Gadis itu berjalan menghampiri Erlan saat laki-laki itu sudah selesai berpakaiam.

"Udah makan?"

"Udah, kamu udah makan?" tanya Erlan balik yang diangguki Ara.

"Sini rebahan, biar aku pijitin."

Ara menepuk sisi kasur. Dengan cepat Erlan merebahkan tubuhnya telungkup.

"Lepas baju lagi dong? Tau gitu tadi aku gak pake baju." gerutu Erlan dan mulai melepaskan bajunya.

"Aku lupa." Ara menyengir lebar.

"Kamu gak cape kan?"

"Kenapa harus cape?"

Erlan tersenyum jahil namun tidak dapat dilihat oleh istrinya. "Tadi pagi kan kita—" Ara yang mengerti arah bicara Erlan mencubit keras punggung suaminya membuatnya berhenti melanjutkan kalimat yang akan ia ucapkan.

"Aduh!" pekik Erlan mengusap punggungnya yang terasa perih. "Kok dicubit sih?"

"Lagian kamu mau ngomong apa tadi? Jangan bahas itu lagi, Ara gasuka."

"Gasuka kok minta nambah." gumam Erlan pelan, sangat pelan.

"Apa?" tanya Ara saat mendengar Erlan bergumam.

Erlan gelagapan. "Gak ngomong apa-apa kok. Udah dilanjut pijitannya, habis ini kita tidur ya." Ara pun melanjutkan pijitannya.

"Sayang, kalau aku hamil gimana?" tanya Erlan tiba-tiba membuat Ara reflek memukul punggungnya.

"Yang harusnya hamil itu Ara, emangnya kakak bisa hamil?" balas Ara cepat.

Erlan meringis menyadari ucapannya yang salah. "Maksut aku, kalau kamu hamil gimana?" ulangnya lagi.

"Punya anak."

Erlan berdecak.

"Kamu gapapa kalau hamil?" tanya Erlan was-was.

"Gapapa, asal bapaknya tanggung jawab aja." Erlan mengangguk, ia menolehkan kepala kebelakang dan tersenyum sangat manis.

"Mau punya baby cepet gak?" Dengan polosnya Ara mengangguk.

"Ayo usaha."

Dan detik itu juga Erlan berlari untuk mematikan lampu. Rengekan Ara dan tawa Erlan pun terdengar menghiasi kamar mereka. Dan untungnya kamar mereka kedap suara sehingga tidak terdengar dari luar.

—to be continue—

HALO SEMUA GIMANA PART INI?

SEKARANG UDAH TAU SIAPA ARA KAN? UDAH GAK PENASARAN LAGI DONG YA😝

WADUH KAYAKNYA ADA MISI BESAR NIH, KIRA-KIRA KALAU ERLAN SAMPAI TAU GIMANA YA?

ARE YOU READY⁉️
____
Terima kasih sudah membaca ELARA, jangan lupa VOTE dan COMMENT biar aku semangat ngetiknya! 🥰💜
____

UDAH SIAP BUAT PART 35? SPAM KOMEN BIAR AKU CEPET - CEPET UPDATE!

AKU MAU LIAT ANTUSIAS READERS ELARA YANG PADA GERCEP INI!! ❤️‍🔥❤️‍🔥

FOLLOW IG: @kanarsv

READY BUAT PART SELANJUTNYA?

SPAM KOMEN APA AJA DISINI!

•••••

TANDAI JIKA ADA TYPO ATAU KESALAHAN PENULISAN YA!

Thank you 💜
See you next part!

Continue Reading

You'll Also Like

21.6M 787K 89
When she was 14, Dalia was sold to Matteo Martinelli, the former leader of the largest Italian mafia. Flash forward with his son, Vittore Martinelli...
278K 16.7K 49
GAVAL adalah singkatan dari Dua geng motor GANAR & VALENTÍA. GANAR yang beranggotakan para Pria, sedangakan VALENTÍA yang beranggotakan para Gadis...
188K 7K 14
Coba kalian bayangkan gimana rasanya nikah sama musuh kalian! Kalian ga bakal suka kan?! Apalagi kita. Kalo ketemu tuh rasa nya pengen nonjok, tendan...
12.1M 407K 63
Eliana Snow is a sweet, innocent young woman who's about to inherit the family fortune at age 21. Right now her parents' company, bank accounts, and...