(Not) Friendzone

Pandayusy

14.3K 612 16

[EDITED] - DONE Ini tentangku. Tentang perasaanku kepadanya. Tentang keinginanku. Tentang sebuah rasa ata... Еще

Bab I
Bab II
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX
Bab X
Bab XI
Bab XII
Bab XIII
Bab XIV
Bab XV - Berakhir di sini?
THE LAST BUT NOT LEAST

Bab III

837 35 0
Pandayusy

"Raaa,Raaa..."

Aku merasa seperti ada yang memanggilku, ah bodo! Aku ngantuk.

"Raaa,Raaa..."

Lagi, dan, lagi ada yang memanggilku, "Mmmh, siapa sih rese banget. Ara masihhh ngantukk." Kataku, sembari bangun dari tidurku dengan mengucek-ngucek mataku.

"Baaaaaakkk..."

Seketika aku mundur kebelakang. Asgtafirullah, ketika tiba-tiba gorilla---tidak tepatnya di mataku--salah, di hadapanku. Aku tahu ini siapa, setelah aku yakin, jantungku tidak apa-apa, maka, aku...

1...

2...

3...

"RENAAAAAAAANNNNNNNN!!!!!!!!"

Aku langsung berteriak memanggil seseorang yang punya sifat abnormal yang tanpa dosa membuat jantungku berdetak cepat.

Dia, Renan, langsung membuka topengnya dan tersenyum dengan wajah tanpa merasa berdosa.

Huft, gini nih resiko punya saudara yang jailnya ga ketulungan, batinku.

Aku mengepalkan tanganku dan...

Pletok!

"Lo tuh kecipta dari apaan si RENAN! Iseng lo ga ketulungan, ga tahu apa gue ngantuk. Gue ngantukkkkkkkkkk!" Teriakku ke arah Renan. Tapi bukanya merasa bersalah Renan malah duduk di sampingku.

Karena malas melayani sifat Renan yang, sumpah, ga bisa aku maklumi. Aku langsung bangkit dari kasur untuk menuju kamar mandi.

10:00 PM

Mataku melotot? Itu benar? Sudah jam 10 malam?

"Makanya, lo tuh kalau tidur ga ingat waktu apa. Ini, lihat pinggang gue sampai sakit gendong lo dari sekolah sampai ke rumah," ujar Renan tanpa permisi yang kini, tiduran di atas kasurku.

"Lebai," sahutku. Dan melanjutkan jalanku ke kamar mandi.

Aku berdiri di depan wastafelku. Mukaku benar-benar kusut. Kantung mataku, parah. Aku tidak tahu kenapa badanku benar-benar sangat lelah.

Tapi, aku baru ingat! Tadi bukannya aku tertidur dengan Kay di sampingku? Tapi kemana dia? Apakah kembali lagi dengan wanita itu?

Aku memukul dadaku, yang tiba-tiba terasa sesak. Tapi, ketika sesak itu mereda. Air mata ini turun.

Cengeng, ucapku pada diriku sendiri. Aku tertawa pada diriku sendiri. Tertawa dengan air mata. Peduli?

Tapi ini lebai, sangat lebai.

*
Aku pun selesai dengan ritual yang selalu aku lakukan. Walaupun, aku jarang mandi tapi minimal aku cuci muka.

Yeah, jangan ditiru.

Aku pun melangkah keluar dari kamarku dengan membawa puh. Dari pinggir pembatas aku bisa melihat Renan sedang asyik menonton film.

Aku turun ke bawah, dari kejauhan aku tahu film apa yang sedang dia tonton. Tapi di mana ka Ori? Biasanya jika ada Renan maka akan ada ka Ori.

"Ren, lihat si Kay ga? Perasaan tadi gue ketiduran di atas abis minum jus dari kay?" Tanyaku dengan Renan yang masih fokus dengan layar di depan dan cemilan di tangannya.

"Pulang. Katanya ogah deket-deket sama lo. Hahaha." Kata yang keluar dari mulut Renan membuat aku geram!

Ish, awas!

Karena sudah terlalu kesal dengan tingkahnya aku melempar saja dia dengan sandal yang aku gunakan.

Plok!

Sial, salah sasaran! Aku langsung berlari ke arah bangku dan duduk di samping Renan yang sedang menahan tawa karena aku melempar sandal ke---

"Mampus lo," bisik Renan.

"ARA! Kualat lo sama gue, lempar sandal ke muka. Gue kutuk lo! Lempar-lempar sandal, udah tahu gue lagi bawa ini. Coba tadi jatuh gimana? Lagian lo pakai ngeladenin sifatnya Renan yang ada lo ketularan."

Aku hanya nyengir tanpa rasa dosa mendengar ocehan dari ka Ori, yang menjadi korban keganasan lemparaku. Aku pun berinisiatif untuk bangun dan berjalan ke arah ka Ori yang tengah membawa teko berisi minuman dan cemilan.

"Ka, Bunda sama Ayah kemana?" Tanyaku dan menghempaskan diriku tepat di sebelah ka Ori, sambil memakan cemilan yang berada di tangannya.

"Bunda lagi pergi sama Ayah," jawabnya.

Aku pun mengangguk saja mendengar jawabanya. Dan memakan chips kesayanganku yang tadi dibawa oleh ka Ori.

"Cieee yang di rumah aja, ketahuan J-O-N-E-S!" Sindirku ke seseorang yang sedari tadi fokus menonton.

"Bodo amat." Jawaban dari Renan membuatku tidak puas.

"Ya, tampang pas-pasan sih." Ledekku lagi.

Dan yaks! Renan melotot ke arahku. Aku pun cekikikan.

"Sial, tampang gue kaya Luke Hemmings nih! Kalau lo wajar, muka boros!" Balasnya.

Pluk!

Sial, Renan malah melemparkan kulit kacang dan berhasil kena jidatku. Eh? Apa tadi dia bilang? Muka boros? Grrrrr.

"Kakakk!! Ih Renan itu loh!!" Aduku.

Haha aku memang bisa menjadi anak paling manja kalau udah ada dirumah.

"Lo aja iseng si dek. Diem napa seru tau!"

Grkk. Ka ori bukannya bela aku malah ikut-ikutan ngeledekkin aku. Sekilas ku lihat ka Renan menjulurkan lidahnya.

Hoaaaammm..

Aku menguap entah apa bagaimana hari ini bawaan aku tidur terus. sambil mencari posisi yang nyaman aku menaruh kepalaku dilengan kak Ori dan mulailah aku untuk mengejar mimpiku yang tadi sempat terhenti.

**

"Araaa sayang, bangun nak,"

Kudengar suara bundaku yang seperti membangunkanku. Eh salah, memang pasti Bunda ngebangunin aku.

Tapi sumpah, mata rasanya lengket banget susah untuk dibuka, "Hmm, bentar bun. Aku lemes banget nih," ujarku.

Tanpa mengindahkan usapan Bunda pada rambutku, aku pun berbalik badan dan memeluk Puh.

"Kamu ga tahu? Sekarang udah jam 11 Ara sayaanggg. Di bawah juga ada Kay, katanya dia mau ngajak kamu jalan. Ayoo dong, anak Bunda bangun!"

Aku langsung duduk tegak begitu Bunda menyebut satu nama. Kay.

"Aaaah, Bunda tapi Ara lagian masih ngantuk. Eh, tapi tumben bun si Kay ga langsung masuk? Biasanya kan dia langsung masuk nyosor gitu aja," Ocehku panjang nan lebar.

Aku pun berniat kembali untuk tertidur, tapi aku merasa badanku tertahan karena bajuku yang di tarik.

"Bangun Ara!" Tegas Bunda.

Baiklah, aku mengalah. Dan memilih menyandarkan tubuhku. Asal kalian tahu, kalau Bunda udah tegas jangan sekali-kali melawan kalau ga mau nasib buruk menghampirimu.

"Bangun, mandi, terus turun ke bawah, nanti pakai baju yang Bunda siapin," ucap Bunda. Aku hanya mengangguk malas.

Setelah Bunda keluar dari kamar, aku mengingat kejadian kemarin. Aku baru tersadar bahwa sejak kemarin aku berada di sekolah, lalu tertidur, pulang minum jus dari Kay, tidur lagi, dan semalam sembari nonton film aku juga tertidur.

ASTAGA, KENAPA SATU HARIKU LEBIH BANYAK TIDUR?

Drrtt. Drrrtt...

Aku menoleh menuju handphoneku yang terletak di atas nakas. Sejak kapan ada di sana?

Riani calling..

Ngapain nih bocah?

"Assalamualaikum," Salamku ketika menjawa telepon.

"KEBOOO! LO KEMANA AJA? SEMALAM KAN UDAH JANJI MAU DENGERIN CURHATAN GUE. KOK LO GA MUNCUL DI CHAT? JANGAN BILANG LO TIDUR!"

Aku menghela nafas, kenapa orang sekelilingku ga ada yang normal sih kecuali ortu?

"Riani sayang, pertama, kalau orang salam dijawab dulu," Riani malah terkekeh, uh ingatkan aku untuk menjitak dia!

"Kedua, don't ever ask me where i am if you not find me because you know my love is sleep very well all time. Ketiga, toa lo gede banget! Sumpah kuping gue sakit denger lo ngomong, gue mau mandi. Mau pergi, BYE!"

Klik.

Aku mematikan telepon, dan melemparnya ke samping. Bergegas turun dari kasur sebelum Bunda masuk kembali lalu mengomel kembali dan menuju ke kamar mandi. Menyalakan Shower, membuka seluruh pakaianku dan membasuh seluruh tubuhku.

Aku kembali memikirkan diriku. Kenapa rasanya waktuku kemarin jadi banyak tidur? Kepalaku berputar-putar mencari jawaban. Tapi tak kunjungku temukan, padahal aku rasakan tubuhku tidak sakit hanya saja sedikit merasa lelah...

45 menit kemudian

Mataku melotot tidak percaya. Bahkan, mungkin, rahangku sudah hampir jatuh jika seandainya tidak saling menempel. Bagaimana tidak? Ini benar pakaian yang harus aku gunakan? Di atas kasurku ada gaun berwarna biru tosca, sepatu flat yang berwarna senada di tambah sebuah tas yang tidak terlalu besar dengan warna yang sama.

Tapi aku tidak bisa menolak untuk menggunakannya. Aku menggeleng-geleng sembari mengenakan pakaian itu. Astaga, Bundaa seandainya tidak dosa mengomelimu, batinku. Jujurnya saja, aku bukan wanita tomboi atau feminim. Hanya saja, kalau berpergian di weekend seperti ini aku lebih suka menggunakan jeans pudar dengan robekan di area lutut ditambah kaos polos dengan kemeja sebagai luaran. 

Aku berputar beberapa kali di depan cermin. Semburat senyum menghampiri pipiku, lumayan. Cantik.
Aku bercermin memoleskan sedikit bedak supaya wajahku tidak pucat ditambah lipbalm, berwarna peach. Tanganku merangkai rambutku menjadi kepang, dan kuikat menaruhnya di pundak kananku.

Selesai.

Bergegas aku menuju ke arah pintu dan membukanya, dan tidak sengaja tatapanku bertemu dengan Renn.

"Cie, yang cantik," Ujar Renan dengen mengerlingkan mataku, baru saja ingin berterima kasih...

"WOI ARA PAKAI ROK WOI!"

Sial. Aku segera mengejar Renan yang sudah berjalan duluan menuju bawah. Kapan sadarnya sih itu anak?

"RENAN SETAN!" Teriakku dari atas

"CIE ARA BERUBAH, CIE, CIE," teriaknya lagi. Sudah aku lihat, ka Ori, Kay yang kini menoleh ke arahku. 

Aku menghentakkan kakiku. Kalau tidak ada hukum, sudah pasti aku menggunting mulut lebar dia. Aku menuruni tangga. Menuju kemana mereka berkumpul, di ruang tengah.

"Lo ngapain pakai baju gitu?" Pertanyaan ka Ori membuatku menggeleng. Jangankan dia, aku saja tidak tahu kenapa Bunda menyur--tidak tepatnya, memaksaku menggunakan ini.

"Tahu tuh Bunda, nanti aja ga gue turutin jajan gue dipotong. Yaudah, terpaksa gue pakai gini," jawabku.

Kay menoleh, "Ya mungkin Bunda lo mau lihat lo sekali-kali jadi cewek beneran."

Aku melempar bantal, ke arah Kay. "Setan, emang lo kata selama ini gue apa?" Bentakku.

Bukannya menjawab, malah semua tertawa. Aku memanyunkan bibirku. Sumpah, aku mau berganti baju juga.

"Bener tuh kata Kay, Bunda mau lihat kamu jadi cewek." Suara bunda membuatku menoleh ke arah dapur. Malas untuk menjadi bahan bully aku pun diam.

"Yaudah yuk ra, pergi aja sama gue. Dari pada muka lo ditekuk, kaya baju gue yang belum digosok." Kata Kay dan mengambil tanganku.

Kay mengandengku ke arah luar setelah berpamitan dengan Bunda dan Ayah yang berada di taman belakang. Melirik ke arah gengamannya, membuat jantungku berdegup tidak tepat. Aku pun mencoba melepaskan tangan Kay.

"Tumben ga mau gue gandeng?" Tanya Kay.

"Gue lagi ngambek sama lo! Enak aja gue disamain sama GOSOKAN!" Jawabku sambil berjalan mendahuluinya.

Aku langsung masuk ke dalam mobil yang sudah sangat kuhafal milik Kay. Sebuah mobil sport ferrari berwarna merah kesayangannya. Melihat sekelilig interior yang mewah. Selalu berdecak kagum, Kay memang memiliki hobi mengoleksi mobil mewah. Apalagi, orang tuanya memang rekan bisnis orang tuaku.

"Kay, kita mau kemana?" Tanyaku.

"Ke Mall, bantuin gue cari kado buat Vera. Kita malam ini diundang ke pesta ulang tahun dia."

DAR!

Jawaban itu seketika membuat jantungku berdetak lebih cepat. Mataku hanya memandang ke depan tidak berani menoleh ke arah dia.

"Lo kenapa ra? Kok diem?"

"Ga apa-apa," tukasku.
***

"WOI RA! WOI RA!"

Aku mengerjapkan mataku, dan melihat Kay sudah berada di samping kiriku.

"WOI RA MELEK WOI!"

ishhh!

"Apaan sih lo Kay?" Sinisku.

Kay hanya tertawa lebar. Jangan bilang kalau dia sudah terkena virus Renan sehingga teriak-teriak seperti di hutan.

"Ayo, turun! Lo mau diem aja gitu di dalam mobil?"

Aku memilih bungkam, namun tetap turun. Kay langsung merangkulku seolah-olah tidak terjadi apapun. Memang tidak terjadi,tapi ada yang terjadi dengan hatiku. Rasanya suasana hatiku menjadi buruk sejak terakhir dia ucapkan tadi.

"Lo kenapa sih diem aja?" Kay bertanya kembali dan menempelkan tangannya di dahiku.

Aku pun menepis tangannya, "GAPAPA!"

"Lo jangan marah mulu cepat tua tahu!"

"KAY SETAN!" Teriakku dan sukses menarik perhatian disekeliling. Kay hanya terkekeh, aku pun berlari dan bersembunyi di belakang punggungnya.

"Lo sih! Nyebelin banget," ucapku di balik punggungnya. Mengikuti Kay berjalan.

"Lo malu? Tumben, biasanya lo ga punya malu."

"Lo mau gue cekik ya?" Ancamku.

Kay menarikku dari belakangnya, dan merangkulku menyusuri mall. Matanya menengok ke arah kanan-kiri, mencari sesuatu. Ah ya! Aku baru ingat, dia kan cari kado buat cewek itu.

Hf.

------------------------------

Yuhuu~

I;m back. Ini udah diedit loh,santaiii. Awalnya gue sampai geleng kepala. Uedannnnnsss 2800 words masaa?

Semoga kalian suka dengan editannya, semoga bisa kasih vote!

Ingat, tanpa baca pertama kayaknya kurang bumbu buat langsung nerusin ke "Unless You"

HAHAHAHAHAH
Muuuuuuuwaaaaaahh
With love
Panda-

Продолжить чтение

Вам также понравится

CINTA DALAM DO'A alyanzyh

Подростковая литература

4.5M 270K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
HER LIFE - END (OTW TERBIT) Narin or Ayin

Подростковая литература

5M 268K 60
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
Gairah Om Om(season 1) END antjimin

Подростковая литература

1.4M 67.1K 24
semua part pendek. "JIKA MENCINTAI TAK HARUS MEMILIKI, MAKA BOLEHKAN SAYA MENGHAMILIMU TANPA MENIKAH" Bimanuel Dirgantara. "GUE BUKAN HOMO BANGSAT"...
Transmigrasi Mantan Santri? manusiaa~

Подростковая литература

2.5M 251K 60
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?