"Mengapa Tuhan pertemukan~," Raja Orion bernyanyi lagu Afgan yang berjudul 'Ku Dengannya Kau Dengan Dia' untuk menyindirku yang memilih menjadi perawan tua dibandingkan menikah dengannya.
Tak hanya Raja Orion, Duke Daryan, Pangeran Alfino, juga Vadlan. Terus saja menyanyikan lirik lagu Afgan ketika sedang bersamaku. Bagaimana mereka bisa tau? Karena aku akhir-akhir ini menyanyikannya setiap hari. Alhasil, mereka menyindirku dengan lagu tersebut. Hahaha mengumpat.
"Mengapa Tuhan perteemukan~," Sindiran dari Vadlan. Oke masih 1 kali, aku masih sabar.
"Kita yang tak mungkin menyatu~," Dilanjut oleh Duke Daryan. Masih 2 kali, aku Ratu sebuah kerajaan harus sabar.
"Aku yang tak terikat janji," Lanjut Pangeran Alfino yang dengan sengaja mengubah lirik lagu. Awalnya 'tlah' malah menjadi 'tak'.
"Engkau pun begitu~," Sudah cukup, aku akan membuatkan mereka konser galau atas keperawanan tua Ratu Amaradad.
"Mau ku buatkan panggung agar orang-orang dapat tau betapa kalian mencintaiku?" Tanyaku dengan nada kesal.
"Mau," Tangan lentikku lantas saja menampar pipi mereka berempat. Capek bro? Sama kok aku juga.
"Ratu Amaradad," Panggil Rana saat aku sudah puas menampar pipi keempat lelaki itu.
"Apa?" Tanyaku sambil meregangkan otot-otot ku.
"Nona muda Sara dari kerajaan Baron ingin menemui anda," Kata Rana yang membuatku terpekik riang.
Sara Amaris Baron. Anak sulung dari keluarga terpandang Baron. Si antagonis sepertiku, tapi aku lebih baik darinya tentu saja. Aku dan dia akhir-akhir ini sedang dekat. Mengapa? Kami mengurus politik. Anak kecil tidak boleh kepo.
"Baiklah. Antar aku ke tempat ia berada," Pintaku. Beberapa langkah aku berjalan lalu berhenti, menatap keempat lelaki yang benar-benar membuatku ingin menjadi playgirl lagi.
"Wajah tampan kalian jadi jelek. Obati sana," Suruhku.
"Obati kami," Kata mereka.
"ANGKAT KAKI KALIAN DARI KERAJAANKU!" Dan mereka segera mengambil kotak p3k sebelum benar-benar ku depak.
♩ ♩ ♩ ♩
"Nona Sara?" Panggilku. Sosok perempuan yang lebih mudah 4 tahun dariku menoleh ke arahku, lalu menggelengkan kepalanya.
"Bukan, namaku Sara cantik," Katanya membenarkan panggilanku kepadanya.
"Andai kau datang bukan untuk membahas masalah politik, aku akan memukul kepalamu sekarang, Nona Sara," Kataku sambil mengatur nafas, menambah kesabaran.
"Sara cantik," Lagi-lagi, ia meralat panggilanku kepadanya.
"Terserah. Jadi, apa rencanamu untuk menyerang kerajaan seberang?" Tanyaku mulai membahas topik yang menjadi tujuan kami bertemu.
Sekali lagi, Sara Amaris Baron adalah seorang antagonis. Meskipun ia anak sulung, nakalnya 11 12 sepertiku. Hanya saja, aku sudah tobat dia makin menggila. Berumur 16 tahun dan memiliki jarak umur denganku 4 tahun.
"Kita bom pusat pemasaran mereka. Setelah itu, mereka akan mencari-cari pelakunya. Saat mereka mencari pelakunya, kita akan menyerang kerajaan mereka," Benarkan kataku? Nakalnya Sara Amaris Baron 11 12 denganku. Bahkan otak liciknya mirip sepertiku, aku bangga bertemu dengannya.
"Bagus. Aku akan mengambil ksatria yang belum pernah ku umumkan di depan publik. Setelah itu, aku akan memasangkan mereka lambang kerajaan tetangga kerajaan seberang," Pujiku dan menambahkan rencana licik kami berdua.
Semenjak aku menjadi Ratu, semua hal tentang kerajaan bersifat publik. Mulai dari siapa-siapa yang menjadi ksatria, pelayan, penerus, dan lain-lain. Mengapa? Agar saat ada seseorang menuduhku atas suatu kejadian, orang tersebut akan dibela banyak orang haha! Ya walaupun untuk penerus, orang-orang dapat mengetahuinya dengan sendirinya.
"Sudah ku duga berkerja haram bersama mu akan sangat menyenangkan," Puji Nona Sara padaku. Aku hanya tersenyum tipis sebagai respon.
"Ngomong-ngomong, teh kerajaanmu terlalu manis. Aku yang sudah manis bisa saja-," Ucapan Nona Sara terpotong karena Rana datang dan langsung menukar gelas teh Nona Sara dengan gelas teh yang baru.
Anak ini, Sara Amaris Baron. Bukan Amaris hotel. Benar-benar anak yang seenaknya berbicara. Aku yang dekatnya sekitaran 3 bulan terakhir sudah hafal dengan sikapnya, begitupula Rana.
"Luar biasa, pelayan pribadimu sangat peka," Peka matamu. Kau akan mengamuk jika tidak segera diberikan teh yang baru, aku yakin itu.
Bayangkan, saat kami sedang berjalan santai bersama di sebuah festival, kami menyempatkan diri untuk meminum teh di sebuah kafe. Dan disanalah, Nona Sara mengamuk.
"Tehnya terlalu berwarna teh," Komen Sara setelah menatap segelas teh di hadapannya.
"Setidaknya tidak berwarna kopi," Kata Veddira sambil menyesap susu caramel nya.
"Aku mau ganti," Kata Sara menghiraukan perkataan Veddira.
Selama 5 menit, tidak ada respon. Alhasil, Sara dengan tak sabaran menghampiri koki dan berkata,
"Teh mu tidak lezat. Terlalu berwarna teh, TUKARKAN TEHKU DENGAN TEH YANG BARU!"
Aku menggeleng mengingat kejadian itu. Kejadian tersebut terjadi 1 pekan setelah aku dan Nona Sara bertemu dan mengakrabkan diri. Untung saja aku orang yang sabar tidak sepertinya. Bangga aku bangga pada diriku.
"Mau pulang. Dadah Ratu Amaradad," Pamit Nona Sara tanpa membungkuk kepadaku. Hilang sudah martabatku sebagai Ratu.
"Ya, semoga kau kecelakaan," Kataku. Beginilah cara kami berpamitan. Keren kan? Jelas.
"Lihatlah anak licikku," Kata seseorang yang ku tebak, adalah Papa. Menoleh dan tersenyum, Papa ku semakin tua namun tetap berwibawa sebagai Duke. Dulunya, sih.
"Apakah keempat bodyguard ku masih saja memberimu penawaran?" Tanyaku lalu memeluk Papa.
Kabar kedua Kakakku? Mereka sama sepertiku, tidak menikah. Kata mereka seperti ini,
"Kami akan menikah kalau kau sudah menemukan pasangan dari kami. Jika tidak, kami tidak akan menikah," Takbir.
Back to topic. Selama ini, keempat lelaki itu terus saja merayuku, dan keluargaku agar menikah dengan mereka. Mulai dari memberikan tanah, kerajaan, mata air, dan lain-lain. Sedikit cerita, salah satu mereka mengatakan seperti ini kepadaku,
(Kembali ke topik)
"Aku siap menjadi pihak bawah asal kau menikah denganku," Siapa? Tentu saja Pangeran Alfino.
Ada lagi, ia berkata seperti ini,
"Aku akan mengambilkan mu rembulan asal kau menikah denganku," Siapa? Tentu saja Vadlan.
Lagi? Baiklah. Ada yang mengatakan seperti ini kepadaku,
"Kerajaan Utara akan segera ku lelehkan agar kau dapat berkunjung kesana. Asalkan, kau menikah denganku," Siapa? Tentu saja Duke Daryan.
Terakhir. Yang membuatku langsung memijit pangkal hidungku, stres.
"Ambil keperjakaan ku dan aku mengambil keperawanan mu," Siapa? Tentu saja Raja Orion.
NENEK MOYANGMU JUGA TAU, KALAU KITA MANTAP-MANTAP AKU AKAN MENGAMBIL KEPERJAKAANMU, DAN KAU MENGAMBIL KEPERAWANANKU. MATI KAU WAHAI RAJA ORIOOOON.