Sunghoon is Better Than Immor...

Od DonuDonu

90.9K 13.2K 3K

Jake lebih milih buat mati muda daripada ga ketemu jodoh sama sekali. Maka dari itu, Jake ngorbanin nyawanya... VĂ­ce

1 - Ngegame
2 - Sistem ternyata bobrok
3 - Makan Malam
4 - Sunghoon
5 - Bukan juragan es biasa
6 - Sistem memang gaberes.
7 - Info
8 - Pangeran
9 - Freezer nya rusak
10 - Akibat Kebiasaan
11 - Jodoh yang sebenarnya
12 - Isi Hati
13 - Sistem maunya apa
14 - Dingin
15 - Hoonie nya Jakey
16 - Gamenya Tamat
17 - Pekara Hamil dan Menghamili
18 - Bukannya nggak bisa hamil
19 - Selamat Tinggal
20 - Ditampar kenyataan
21 - Bukan Giveaway
❗❗pengumuman❗❗
23 - Ending Game
24 - Kekuatan Netizen
25 - Dampak sebuah Gigitan Nyamuk
26 - Sakit atau.. apa?
27 - Akhir Chapter The Lovers
28 - Hidup abadi didalam sistem [END]
promo book sungjake baru

22 - Susah Jalan ke Roma. Tapi ada.

2.1K 328 22
Od DonuDonu

Yah seperti kata orang orang, disetiap ada kemauan, pasti ada jalan. Dan disetiap jalan, ada roma wafelo—eh bukan bukan, bukan itu ya,

😅 sekip—

Orang bilang, banyak jalan menuju kesuksesan. Kalo pantunnya, banyak jalan menuju roma. Tapi eh dari tadi, Jake, Jungwon sama om Heeseung padahal sudah cari jalan keluar selama berjam jam, tapi belum juga ketemu jalannya keluarnya.

Heeseung menghela nafas panjang, lalu melonggarkan dasi yang dipakainya. Menutup laptop yang udah di utik utik selama empat jam berutut turut buat cari jalan keluar buat dua bocil didepannya itu.

"Kenapa om?," Tanya Jake, mukanya khawatir.

Heeseung ngelepas kacamatanya, lalu pijat pelipis,

"Pusing kepala saya," Ucapnya. Melepas satu kancing kemeja yang terasa menyekik leher, lalu senderan di kursi. Pusing kepalanya. Dari tadi coba ngutik utik sistem, cari celah disitu. Yah, istilahnya mirip mirip dengan ngehack lah ya. Tapi ternyata sistem yang diluncurkan sekarang itu sudah hampir sempurna, jadi dari tadi dicari celahnya belum ketemu juga.

Jungwon berdiri, jalan ke belakang kursi Heeseung dan langsung meluk dari belakang,

"Capek ya dad?," Tanyanya. Lalu menempelkan dagu di pundak lebar nan prominen si om om.

Heeseung menghela nafas, lalu melepaskan pelukan Jungwon dari tubuhnya.

Wajah Jungwon kecewa,

"Kenapa sih dad? Biasanya juga suka kalo baby meluk kayak gini," Ucapnya.

Heeseung cuma melirik Jungwon sekilas,

"Males saya sama kamu," Jawabnya dingin. Ternyata masih marah, gara gara.. yang kemarin. Maklum sih. Semua orang juga pasti kesel kalo jadi Heeseung. Dibegitukan pacar sendiri itu sakit, men.

Akhirnya Jungwon balik ke tempat duduknya, disamping Jake. Di sofa panjang warna coklat punya Heeseung. Karena sekarang mereka memang lagi ada di rumah mewah milik Heeseung yang besarnya tiga kali rumah Jake itu.

"Um.. om? Kalau.. nggak di hack dulu, memangnya nggak bisa? Kan kalau om ngijinin, Jake bisa masuk ke game nya lagi lewat kapsul yang waktu itu," Tanya Jake memecah keheningan.

Heeseung menatap Jake sekilas, lalu bersandar pasrah lagi di kursi,

"Nggak bisa," Jawabnya singkat.

"Memangnya kenapa?,"

"Nanti kamu meninggal," Jawab Heeseung.

Jake langsung berdiri,

"Nggak masalah om! Saya sudah siap mati!," Ucapnya, hampir ngegas.

Jungwon langsung nyebut sambil narik tangan Jake, sedangkan Heeseung cuma bisa tarik nafas panjang trus buang. Sabar,

"Kamu siap, perusahaan saya enggak," Ucapnya, "Bisa dicabut ijin usaha saya nanti," Lanjutnya. 

Mendengar itu, Jake langsung lemes lagi. Sedangkan Jungwon sibuk ngaduk aduk esteh nya sambil ngepout, mukanya kliatan kayak lagi mikir. Terus nggak lama, Jungwon senyum sendiri.

Berdiri, cowok tiny itu ngehampirin Heeseung lagi dan dengan santainya langsung duduk di pangkuan om om keren itu. Mengalungkan tangan di lehernya lalu mendekatkan wajah,

"Nggak papa lah dad, tutup satu tumbuh seribu. Perusahaannya tutup juga daddy nggak akan jatuh miskin, kan?," Bisiknya, senyum manis menampakkan dimple gemesnya.

"Enteng kamu ngomongnya," Jawab Heeseung dingin lalu melepaskan lengan Jungwon dari lehernya, membalikkan tubuh cowok itu ngehadap ke depan, lalu meletakkan lengan Jungwon rapi ke atas paha. Paham kan posisinya? Jadi si uwon kayak lagi duduk manis gitu, tapi dipangku.

"Terus saya harus gimana sekarang?," Tanya Jake. Matanya kayak mau berair air lagi. Jujur aja, harapannya tuh cuma ada di om Heeseung sekarang. Tapi ya gimana, masa iya dia minta Heeseung buat ngorbanin perusahaan cuma demi dia doang.

Ditanya begitu, Heeseung binggung juga. Di satu sisi dia pengen gak lanjut bantuin Jake karna udah buntu, tapi di satu sisi dia takut juga dipenjarain sama pacar imutnya ini yang sayangnya agak ngeselin.

"Biar saya pikir dulu caranya," Akhirnya dijawab begitu doang sama Heeseung. Karna jujur dia juga masih nggak kepikiran gimana caranya.

"Um.. kalo gitu, saya pulang dulu ya om, Jungwon. Makasih minumnya," Ucap Jake agak lemes. Dia pikir lebih baik dia nggak ganggu Heeseung sama Jungwon terus terusan. Lebih baik dia pulang aja, berhubung sekarang juga sudah sore. Nanti mamahnya juga bisa marah.

"Iya, hati hati. Won, anterin sana," Ucap Heeseung lalu membuat gestur ke Jungwon buat mengantar Jake pulang sampai ke pintu depan. Jungwon mengangguk lalu langsung meloncat turun dari pangkuan, ngehampirin Jake.

"Yok beb," Ajaknya, menggandeng tangan Jake.

Jake ngucapin makasih sekali lagi sama Jungwon didepan rumah Heeseung, sebelum naik ke taxi. Jungwon senyum, dan akhirnya Jake pulang sendirian naik taxi dari rumah itu.






🏞🏞🏞





Jake mungkin sekarang pulang dalam keadaan lemas, nggak punya harapan.  Tapi beda keadaannya sama Jungwon sekarang. Sekarang dia lagi nyemangatin diri sendiri, gimanapun caranya dia harus berhasil ngebujuk Heeseung buat ngebantuin si Jake.

Semangat, semangat, semangat, Uwon! Mari gunakan kekuatan rayuan tipis tipis,

Pikir Jungwon dalam hati. Ngangguk ngangguk mantap, lalu kembali masuk kedalam rumah mewah Heeseung itu.

Waktu balik ke dalem, dia udah liat Heeseung yang lagi tiduran di sofa panjang depan tv sambil nutup mata pakai lengan. Kliatannya capek banget.

Jungwon langsung mendekat, dan naik ke atas pinggang Heeseung yang lagi tiduran. Duduk di atasnya,

"Daddy~," Panggilnya manja.

Biasanya kalo sudah begini, Heeseung bakalan langsung meluk dia. Tapi kali ini enggak, cowok itu bahkan nggak mindahin lengannya cuma buat sekedar lihat Jungwon. Dia diem aja.

Jungwon nge pout,

"Dadd~," Panggilnya lagi sambil menggoncang sedikit dada Heeseung.

Tapi langsung ditepis oleh Heeseung. Dia ngehentiin tangan Jungwon sambil masih merem,

"Turun kamu won," Ucapnya datar.

Jungwon cemberut,

"Nggak mau,"

"Turun."

Ucap Heeseung penuh penekanan.

Suaranya agak..

"Daddy kok gitu?," Tanyanya, suaranya agak memelan. Ya dia agak kaget aja, habisnya Heeseung kedengeran agak sedikit kasar, nggak kayak biasanya.

Heeseung menghela nafas kasar, lalu menutup mata dengan lengan lagi,

"Saya males sama kamu," Jawabnya cepat.

Pas denger itu, nggak tau kenapa hati Jungwon jadi agak.. sakit?

Mendadak rasanya Jungwon udah mau nangis aja. Dia nggak nyangka Heeseung bakalan semarah ini sama dia. Eh, bukan. Bahkan dia nggak marah. Cuma dia jadi nggak perduli. Apa jangan jangan, perasaan Heeseung ke dia sudah mulai hilang?

Jungwon langsung nutup wajah pakai kedua tangan. Matanya mulai berair air. Gimanapun, Jungwon tuh paling nggak suka yang namanya diabaikan. Kayak sekarang.

"Hhh..! Turun, won. Saya capek," Desah Heeseung tanpa melihat Jungwon.

Dibegitukan rasanya hati Jungwon tambah sakit. Dia nggak sanggup lagi,

"Hiks—,"

Satu isakan kecil keluar dari bibir Jungwon. Air mata sudah meleleh keluar dibalik kedua tangan yang menutupi wajahnya.

Heeseung kaget saat mendengarnya,

"Loh loh?," Ucapnya otomatis lalu menyingkirkan lengan dari wajah, lihat ke Jungwon yang lagi duduk bersimpuh di atas pinggangnya sambil nutupin wajah.

Tangan Heeseung meraih lengan Jungwon, mau melihat wajahnya tapi Jungwon menolak.

"Hiks—,"

Isak Jungwon lagi. Masih menutup wajah.

"Loh kamu nangis?," Tanya Heeseung lalu bangkit duduk.

Jungwon nggak menjawab, dia cuma lanjut nangis sambil masih nutupin muka. Padahal percuma aja ditutupin, toh Heeseung barusaja kelihatan air mata Jungwon yang jatuh dari sela sela jarinya.

Heeseung meraih telapak tangan Jungwon pelan pelan,

"Nggak usah ditutupin, saya sudah lihat," Ucapnya sambil membuka tangan itu, melihat wajah Jungwon yang sudah berantakan dan banjir air mata. Bibir mungilnya bergetar hebat dan hidungnya memerah.

"Kamu ngapain nangis?," Tanya Heeseung.

Ditanya begitu, air mata Jungwon makin deras. Dia nggak menjawab tapi malah balik bertanya,

"Om Heeseung sudah-hiks nggak sayang sama Jungwon?," Tanyanya sambil terisak isak.

"Hah?," Alis Heeseung mengkerut, "Darimana kamu nyimpulin begitu?,"

Jungwon menunduk, mencengkram celana sekolahnya,

"Om sudah nggak perduli lagi sama Jungwon. Om sudah nggak mau panggil Jungwon baby lagi, om sudah nggak mau dipeluk Jungwon lagi, om sudah —hiks,"

Nggak sempat selesai ngomong, Jungwon sudah menutup wajahnya lagi. Menunduk sambil terisak isak semakin keras. Dia nggak mau ngomongin semuanya, rasanya makin sakit.

Sedangkan Heeseung mengerutkan wajah melihat Jungwon yang menangis dipangkuannya. Baru kali ini anak itu menangis sampai sebegininya. Bahkan sampai pundaknya bergetar karna terisak isak. Kalau begini rasanya Heeseung juga jadi nggak tega. Karena, bagaimanapun, se marah marahnya dia sama Jungwon, dia juga masih sayang sama anak itu.

Maka Heeseung merentangkan lengan dan secara perlahan menarik Jungwon ke pelukan, mengusap punggungnya pelan pelan,

"Saya bukannya nggak perduli sama kamu. Tapi saya kecewa, won. Kamu tau kan," Gumam Heeseung dibalik pelukan. Matanya menatap kosong dinding di depannya. Perasaanya campur aduk. Dia sayang Jungwon, tapi jujur, kali ini Jungwon agak keterlaluan.

Dan masalah penjara itu.. itu sama sekali nggak lucu.

Tangan Jungwon meraih pakaian di dada Heeseung dan mencengkramnya dengan jari jarinya, bergumam,

"J-Jungwon tau Jungwon salah, tapi Jungwon nggak tau kalau om Heeseung bakalan secepet itu ngelupain Jungwon. Jungwon jadi nggak ngerti, Jungwon nggak tau harus ngapain—hiks," Jungwon menempelkan kepalanya di dada Heeseung, menangis disana, "Maafin Jungwon.. jangan tinggalin Jungwon..,"

Heeseung menghentikan pergerakannya. Dia menarik nafas panjang lalu mengeratkan pelukannya,

"Jungwon sayang kah sama om?," Tanyanya.

Jungwon mengangguk angguk cepat di dada Heeseung,

"Sayang..," Gumamnya lalu memeluk punggung Heeseung erat erat.

"Kalau Jungwon sayang, kenapa Jungwon jahat ke om? hm?," Tanya Heeseung dengan mata yang sulit. Pertanyaan ini benar benar bikin dia mikir seharian dari kemarin. Sekarang dia bener bener pengen tau apa jawaban Jungwon.

"Maaf om, maaf..," Jungwon mengeratkan pelukan berkali kali, "Jungwon terpaksa.. Jungwon sedih.. Jungwon mau Jake bahagia.. maafin Jungwon.. Jungwon nggak ada niat jahat sama om kok, enggak.. Hiks—," Jawab Jungwon beruntun. Sambil geleng geleng di pelukan Heeseung. Serius, dia tuh nggak ada sedikitpun keinginan buat lihat Heeseung dipenjara. Dia sayang sama Heeseung. Tapi terlepas dari dia sayang sama Heeseung, dia juga sayang banget sama Jake. Dia sama Jake itu, udah deket pake banget. Jadi dia tau persis semua cerita Jake, ataupun semua sakit hati yang sudah Jake lalui. Dia paham semuanya. Oleh karena itu dia pengen banget Jake bahagia, walaupun lewat fantasi semata, dia mau Jake bahagia. Dia rela lakuin apa aja buat bikin Jake seneng, termasuk hal ini. Melukai Heeseung. Walaupun Jungwon tau kalau ini adalah pilihan yang bodoh, tapi dia bener bener nggak kepikiran cara lain lagi, dia bener bener pengen bantu Jake.

Dia inget banget momen pertama dia tau kalau Jake ternyata juga sama kayak dirinya. Dulu, waktu mereka masih kelas satu SMA dan mereka ada persami bareng di sekolah,

Flashback..

"Jake, gue peluk lu ya? Dingin banget, serius. Mana kita nggak ada selimut," Ucap Jungwon sambil menoleh pada Jake. Posisi mereka sekarang sebelahan. Dan semua anak persami sekarang lagi tidur di hutan belakang sekolah, pake alas matras aja. Semuanya mencar, Jake sama Jungwon tidur berdua di deket pohon gede karna mereka udah mulai deket semenjak sering kelompokan bareng.

"Yodah buru," Jawab Jake yang ternyata juga sama sama kedinginan. Dia dari tadi melukin diri sendiri karna kedinginan. Abisnya ini salah mereka sendiri, dua duanya sama sama teledor, masa iya sudah tau persami malah nggak ada yang bawa selimut. Jadinya ya gini.

"Oke, oke," Ucap Jungwon lalu perlahan mendekat dan melingkarkan lengan ke tubuh Jake.

"Won? Gue peluk lu balik ya?," Tanya Jake.

"Iya, buru,"

Jake langsung menyelipkan lengan diantara lengan Jungwon dan memeluk cowok itu balik. Alhasil sekarang mereka tiduran sambil berpelukan. Dengan posisi wajah Jake ada didepan dada Jungwon.

Mereka diem lama. Rasanya pelukan begini jadi agak hangat. Jadi sudah nggak begitu kedinginan lagi.

"Bobok yuk," Bisik Jungwon lalu mendekat, menempelkan dagu di pucuk kepala Jake. Lalu terpejam.

"Hm," Jake ikut terpenjam.

Akhirnya keduanya proses tertidur bersama. Tapi Jake nggak tidur tidur, nggak tau gimana, dia nggak bisa tidur.

Sedangkan Jungwon sudah hampir mau tertidur, kalo aja Jake nggak tiba tiba buka suara ditengah hening,

"Won?,"

"Hm?,"

"Gue boleh ngomong sesuatu nggak?," Ucap Jake pelan.

"Ngomong aja," Jawab Jungwon masih terpejam.

Suara Jake terdengar hati hati,

"Em.. tapi lu janji ya, kalo gue ngomong ini, lu masih mau jadi temen gue," Ucapnya.

Jungwon mengangguk pelan, "Iya,"

Jake hening agak lama. Lalu berbisik pelan,

"Gue.. nyaman dipeluk lo, won," bisiknya dengan amat pelan. Tapi hutan terlalu sepi, jadi Jungwon pasti dengar.

"Maksud lo?,"

"Gue.. nyaman dipeluk cowok," Cicit Jake pelan. Lalu menutup mata erat erat, takut dengan reaksi Jungwon.

Sedangkan Jungwon sendiri langsung kaget, terbelalak dan membuka mulut.

"Lo bisa ngelepas kok kalo lo risih," Ucap Jake kemudian, karena Jungwon terus terdiam.

"Jake, lu tau nggak?," Tanya Jungwon tiba tiba.

"Apa?,"

Jungwon mengeratkan pelukan,

"Gue sama kayak lu," Gumamnya pelan.

"Hah?,"

"Gue.. sama kayak lu, Jake," Ulang Jungwon lagi.

Jake hampir mengaga tidak percaya,

"Maksud lo.. lu juga gay?,"

"Iya,"

Dari situ mereka nggak sengaja confess ke masing masing kalau mereka sama sama gay. Begitu, akhirnya keduanya nggak jadi tidur. Mereka ngobrol sepanjang malem, tentang ini dan itu. Sampai ke alasan kenapa mereka gay. Dimana Jungwon sendiri nggak tau alasan kenapa dia lebih suka liat cowok daripada cewek, kalau Jake, dia tau alasannya kenapa.

Jake cerita kalau nggak tau kenapa, dari kecil dia seneng banget kalau diajak main sama abang abang di sekolah, atau sama paman pamannya. Dia seneng banget rasanya diperhatiin sama cowok yang lebih tua. Awalnya dia juga nggak tau kenapa. Tapi setelah dipikir pikir, Jake tau juga alasannya. Itu karna dia kangen sama papahnya yang nggak pernah ada. Papahnya meninggal waktu Jake masih kelas 2 sd, jadi itu cukup bikin hati Jake jadi kosong sama sosok cowok. Terlebih semenjak itu, mamahnya jadi agak kasar karna stress. Jadi dia kurang bisa percaya sama cewek, karena dia selalu ingat perbuatan perbuatan mamahnya yang kasar ke dia. Jadi.. kayak gitu. Klise memang, tapi memang begitu adanya.

Dari situ mereka jadi makin deket. Mereka banyak cerita tentang isi hati masing masing. Kayak gimana mereka ngerasa berbeda, dan ngerasa gagal sebagai manusia. Ngerasa berdosa, dan macem macemnya.

Tapi yang pasti, di kedekatan mereka, walaupun Jake nggak tau, tapi Jungwon sudah ada perasaan ke dia.

Jungwon pikir Jake mungkin juga sayang ke dia. Awalnya dia mikir gitu. Karena mereka udah deket, kan? Tapi semuanya dipatahkan gara gara hari itu waktu pulang sekolah, waktu mereka main ke toko komik,

"Jake, Jake, cari hentai baru yok, yang yaoi," Ajak Jungwon lalu menggandeng tangan Jake masuk ke toko komik. Kadang kadang waktu pulang sekolah memang mereka mampir ke toko komik ini, buat cari yaoi. Atau komik porno versi gay.

"Ih mantap, ada banyak yang baru tuh," Ucap Jake menunjuk ke tumpukan komik edisi baru di section BL.

Lalu mereka mulai pilih pilih komik. Jake udah selesai milih. Jungwon juga.

"Lu ambil yang apa?," Tanya Jake sambil mendekati Jungwon yang lagi jongkok di bawah sambil ambil komik bercover kuning.

"Ini," Jungwon berdiri dan menunjukkan komik itu ke Jake.

Jake mengernyit saat melihatnya,

"Ini yang seme yang mana?," Tanya Jake sambil melihat cover komik yang kelihatan dua cowok cute lagi senyum sambil menempelkan kepala. Dua duanya imut, tiny, kayak uke semua.

Jungwon senyum,

"Gak ada. Itu ukexuke. Imut banget kan?," Ucapnya. Lalu menunjuk ke wajah tersenyum dua karakter komik yang manis manis itu.

Tapi toh Jake ternyata nggak sepemikiran,

"Iuh. Ga banget. Masa uke sama uke sih? Ga kebayang gue," Jawab Jake sambil menunjukkan wajah mual.

Reaksi Jake itu bikin bibir Jungwon agak cemberut sedikit, nggak tau kenapa,

"Emang kenapa kalo uke semua?," Tanyanya.

"Ya ga banget lah. Emang lu mau ama uke? Kalo gue sih butuh seme ya," Jawab Jake sambil melihati komik itu dengan sebelah mata.

Gatau kenapa, mata Jungwon agak meredup dengan sendirinya. Dia auto tanya,

"Lu.. gasuka uke?," Ucapnya dengan suara memelan sendiri.

Jake menggeleng mantap, "Enggak. Gue ga suka. Apalagi yang kayak gitu, itu cute banget njir,"

Denger itu, hati Jungwon rasanya kayak deg.

Mulut Jungwon langsung gerak sendiri tanpa disuruh,

"Kalo.. kayak gue?," Tanyanya. Berusaha menatap Jake dengan tatapan normal.

Jake tertawa. Nepuk pundak Jungwon,

"Apalagi lu," Jake mencubit pipi tembab Jungwon, "Lu mah super duper cute dan imut banget won. Mana bisa gue, haha," Jawab Jake jenaka. Lalu tertawa. Nggak sadar bahwa jawabannya barusan itu membuat hati teman didepannya ini mencelos. Rasanya harapannya runtuh seketika.

"O-oh.. iya ya. Jelek juga ya komiknya. Nggak jadi deh," Ucap Jungwon sekenanya. Tangannya dengan cepat menaruh komik itu lalu berganti mengambil komik lain secara asal, "Gue ambil ini aja deh," Ucapnya.

"Tuh kan? Yuk ah buru ke kasir," Ajak Jake. Lalu keduanya pulang setelah membayar komik masing masing.

Dan Jungwon akhirnya membayar komik yang dia ambil asal itu, komik yang bercerita tentang anak SMA dan om om.

Disitu dia baca komik itu sambil nangis di rumah. Sadar bahwa Jake bahkan nggak anggep dia sebagai cowok, dan semua kedekatan mereka selama ini tuh nggak lebih dari sekedar teman biasa. Dari situ dia akhirnya nekat mencari om om buat pelipur patah hati, dan begitu terus terusan. Terus terusan berganti ganti om om walaupun Jake sudah melarangnya. Karena dia bahkan nggak bisa bilang ke Jake kalau alasannya melakukan semua ini itu karna dia patah hati dari Jake sendiri. Sampai akhirnya dia bertemu om Heeseung yang bisa bikin dia bener bener move on, dan bener bener jatuh cinta. Sampai sekarang.

Flashback end...

"Udah stop, stop. Baby berenti nangisnya ayok," Bisik Heeseung halus sambil menyisir rambut Jungwon kebelakang. Lalu menghapus air mata Jungwon dengan kecupan kecupan kecil di pelupuk mata dan pipinya.

"Om sudah paham kan? Hiks— Jungwon tuh nggak pernah ada maksud buruk, hiks," Ucap Jungwon ditengah tangisnya.

Heeseung mengangguk angguk, lalu mengusap usap pipi Jungwon,

"Iya, iya, daddy paham sekarang. Baby jangan nangis lagi," Ucap Heeseung lalu memberi kecupan singkat di bibir mungil Jungwon.

Mata berair Jungwon menatapi kedua mata coklat Heeseung bergantian,

"Daddy mau bantuin Jake, kan?," Tanyanya dengan suara pelan.

Heeseung mengangguk. Tersenyum sedikit, "Iya. Demi baby Wonnie," Jawabnya lalu menyampirkan poni Jungwon, memberi satu kecupan di dahinya.

Jungwon tersenyum terharu. Lalu langsung menubrukkan diri memeluk Heeseung erat erat. Mengalungkan lengan di lehernya,

"Makasih banyak daddy," Ucapnya.

Heeseung balik merengkuh tubuh mungil Jungwon dipelukannya, tersenyum sembari menumpukkan dagunya nyaman di pundak Jungwon,

"Sama sama sayang," Gumamnya.

"Wonnie sayang daddy seungie~," Ucap Jungwon manja, sembari mengeratkan pelukan.

"Hmm, iyaa sayang. Daddy seungie juga sayang baby wonnie~," Balasnya gemas. Mengusap usap punggung Jungwon berkali kali, "Tapi...,"

Jungwon menghentikan senyumnya,

"Tapi apa dad?,"

Perasaan Jungwon jadi was was.

"Tapi habis gini daddy kehilangan satu perusahaan. Jadi daddy sedih.. baby wonnie mau tanggung jawab nggak?," Tanya Heeseung.

Jungwon mengernyit,

"Tanggung jawab apa dad?,"

Heeseung tersenyum,

"Kamu ikut daddy ke luar negri," Ucapnya.

"Buat apa?,"

"Kita menikah," Jawab Heeseung.

"Hah?," Jungwon melepaskan pelukan. Memandangi Heeseung shock.

Heeseung menaikkan tangan, memainkan poni Jungwon di samping,

"Iya. Kita menikah. Nanti setelah kamu lulus," Jawab Heeseung, tersenyum mantap.

Jungwon membuka mulutnya tidak percaya,

"Daddy serius?," Tanyanya.

Heeseung mengangguk,

"Serius. Kalau kamu mau janji, besok langsung bawa Jake ke perusahaan," Jawab Heeseung lalu tersenyum.

"Hhah!," Jungwon menutup mulutnya. Matanya membulat, lalu perlahan berbentuk bintang sabit. Jungwon langsung memeluk Heeseung erat erat,

"Mauuu!!!!!! Iya Jungwon mauu!!!! Daddy..!!!!," Teriaknya lalu menggoyang goyangkan pelukannya ke kanan dan ke kiri. Amat senang.

Heeseung tersenyum senang dan terkekeh, lalu balas memeluk dan mengikuti pergerakan Jungwon. Hatinya sangat bahagia. Kini semuanya sudah jelas. Ini solusi yang terbaik untuk mereka semua, iya, ini yang terbaik. Tidak masalah kehilangan satu perusahaan, toh Heeseung masih punya banyak. Dengan begini, semuanya bisa bahagia.

Iya, begini. Besok, hanya perlu bawa Jake ke perusahaan.



🏞🏞🏞


Olalaa~
Jadi.. kemunculan cp Heewon ini selain buat jadi org yg bantu Jake juga buat ngungkap masalalu ya hehe. Alasan kenapa Jake jadi gay sama kenapa Jungwon rela bngt segitunya bantu Jake. Ya soalny dia ada rasa sama Jake hehe~
Maap ya klo panjang side couplenya. Risih gasi? Atau gapapa?

Btw ada yng kangen Hoonie?






Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti lĂ­bit

344K 50.9K 200
Highest Rank: #53 in Humor Receh • Meme • Screenshoot • Short Imagine #8 in Quotes #46 in Seventeen #53 in Humor #44 in Kpop BL Contents • Dry Humor...
29.7K 3.8K 32
Varo seorang Presdir yang secara tak sengaja bertemu dengan Arkana yang merupakan seorang pemilik kedai warung kopi. Pertemuan mereka yang tak terdug...
216K 38.2K 63
jadi ketua kelas 11 ipa 6 ngebuat Sunghoon jadi darah tinggi, gimana Sunghoon mau sabar kalo di ipa 6 ada trio kwek kwek yang sifatnya 11 12 kek seta...
122K 12.3K 36
Tamat! "Hoon lu mau gak jadi uke gue?" "GUE SEME ANJIIR, BUTA MATA LO!!? Bagaimana jadinya jika sunghoon yang dulunya adalah seme tiba tiba di minta...