NA DAY'S | Na Jaemin [END]

By mtaadnidp_

109K 9.2K 400

❝Untukmu yang selalu bersamaku, tapi maaf❞ ‟Selamat jalan Na, semoga bahagia di sana" ❝Na Jaemin, seorang lak... More

prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40
Epilog

36

2.2K 212 12
By mtaadnidp_

Setelah sekian panjang perjalanan, mungkin memang ini yang Tuhan inginkan.


.

Happy Reading




Jaemin memasuki rumahnya saat dirinya baru pulang dari suatu tempat.

Netra hitamnya mengitari seluruh isi ruangan, keadaannya masih sama seperti hari-hari yang lalu saat dirinya kembali ke rumah ini. Sepi, seperti itulah.

Lalu langkah kakinya membawanya menaiki tangga menuju satu-satunya ruangan di rumah ini yang membuatnya bebas melakukan apa saja, kamarnya.

M

embuka pintu perlahan Jaemin berjalan gontai kearah jendela kamarnya memandang apapun dari atas sana. Lalu perlahan tubuhnya berbalik menatap seisi kamarnya, entah mengapa rasanya Jaemin begitu rindu dengan kamar ini. Terlalu banyak kenangan di ruangan ini, ruangan yang menjadi saksi bisu atas kepahitan hidup yang Jaemin jalani selama bertahun-tahun.

Jaemin menunduk lalu tangannya meraba bagian ujung hidungnya saat dirasa sesuatu keluar dari hidungnya secara perlahan.

Darah.


~~~



Jaemin mengerjapkan matanya beberapa kali, melihat ke sisi jendela yang ternyata matahari sudah berganti dengan rembulan.

Sepertinya Jaemin ketiduran, dan saat ini perutnya berbunyi dia belum makan sejak tadi siang.

Kini Jaemin mendudukkan dirinya di atas kasur, samar-samar telinganya mendengar suara-suara yang berasal dari lantai bawah, memang benar suaranya terdengar hingga ke kamarnya.

Jaemin segara bangkit dari kasurnya ingin memeriksa ada apakah di bawah, dan dia juga tak sabar ingin segera mengisi perutnya.

Apakah kakak dan orangtuanya sudah pulang?

Langkah kakinya terhenti saat netra hitamnya melihat kebawah di ruang makan tepatnya, sebuah keluarga kecil yang tengah berbincang-bincang kecil disertai canda tawa di setiap kalimatnya. Keluarga yang bahagia, bahagia meski tanpa dirinya.

Benar ternyata kakak dan orangtuanya sudah pulang.

Pasti sekarang mereka sedang mengadakan makan keluarga, merayakan atas kemenangan kakaknya yang selalu disayang itu, sudah tidak heran lagi memang sudah menjadi acara rutin setiap akhir tahun.

"Papa bangga sama kamu Yong," ujar Donghae sambil memperhatikan putra kesayangannya itu.

"Adeknya siapa dulu, Jaehyun gitu loh," sahut Jaehyun setelah menyuapkan sesendok nasi dengan lauknya.

"Ada-ada aja Jaehyun hyung," Taeyong tertawa kecil.

"Papa beneran bangga sama kamu, kamu bisa menjunjung tinggi nama baik papa sama mama," ucap Donghae lagi sambil membelai surai hitam milik putranya.

"Iya pa."

"Dan untuk piala kamu itu nanti papa beliin lemari khusus buat nyimpen piala-piala kamu, papa tau lemari yang itu udah nggak muat lagi kan," ujarnya sambil memperhatikan piala milik putranya yang di taruh di sisi meja makan.

"Iya makasih pa."

"Papa nggak ngerti lagi sekarang kamu itu bener-bener anak kebanggan papa."

"Nggak kayak si bodoh yang nggak bisa ngapa-ngapain," lanjutnya, kini terlihat air mukanya yang berubah menjadi datar.

"Papa nggak perlu pikirin dia ada aku disini," sahut Taeyong.

"Loh ini kenapa jadi bahas itu sih, mending lanjut makan lagi ya," ucap Irene lalu menaruh satu paha ayam ke piring milik Donghae serta Taeyong secara bergantian.

Donghae menghela nafas lalu meminta Irene untuk menuangkan air ke gelasnya untuk menetralkan emosi yang dapat menguap kapan saja jika membahas tentang Jaemin, dan dengan cekatan Irene langsung menuangkan air dan memberikannya pada suaminya.

"Oya gimana soal pendaftaran kuliah kamu?" Tanya Donghae mengganti topik pembicaraan.

"Masih pilih-pilih pa bingung mau masuk mana," jawab Taeyong.

Kemudian Donghae tersenyum, "kamu pilih aja kampus yang paling kamu suka, mau di luar negeri juga boleh, terserah kamu aja."

"Iya pa," Taeyong balas tersenyum pada ayahnya.

"Kalo mama setuju kamu kuliah di luar negeri, pasti bakal lebih banyak pengalaman yang kamu dapet," Irene yang sedari tadi hanya menyimak kini ikut memberi usul.

"Kalo kamu mau kuliah di luar negeri papa bakal minta Jaehyun ikut buat ngejagain dan nemenin kamu disana," sahut Donghae.

"Iya pa."

Dari atas sana Jaemin dapat melihat dengan jelas interaksi keluarganya tanpa dirinya yang terlihat sangat bahagia, Jaemin jadi merasa jika dirinya tinggal di rumah ini maka itu hanya akan menggangu keharmonisan keluarga ini.

Sekali lagi, perhatian serta kasih sayang orang tuanya terhadap kakaknya benar-benar membuatnya iri. Tapi apa yang bisa dia buat, dia hanya diam membiarkan semuanya berjalan tanpa dirinya.

Kini Jaemin berjalan kembali ke kamarnya membiarkan keluarga kecil itu berbahagia. Meski Jaemin harus menahan lapar, tapi biarlah yang terpenting dia tidak mengganggu kebahagiaan orang dan mungkin dia akan banyak-banyak minum air putih untuk menahan lapar.

Saat dirinya melangkah kembali ke kamar dia tidak tahu jika saat ini Donghae tengah memperhatikannya dengan raut wajah sedikit terkejut.

"Bang Doyoung!!"

Suara panggilan yang berujung teriakan itu menggema di seluruh penjuru rumah. Yera yang baru saja turun dari lantai atas langsung bergegas ke arah dapur.

Begitu sampai di dapur dia melihat bundanya yang sedang menyiapkan makan malam.

"Bunda liat bang Doyoung nggak?" Tanyanya begitu sampai di dapur.

"Coba liat di kamarnya kayaknya tadi sore abangmu ketiduran," jawab bunda Yoona yang masih sibuk memotong sayur.

"Tidur?!"

Cepat-cepat Yera berlari menaiki tangga menuju lantai dua lebih tepatnya dikamar abangnya.

Brak!

Yera mendengus begitu pintu kamar Doyoung terbuka langsung tereksposlah Doyoung yang benar saja sedang tidur dengan posisi terbalik, kaki yang berada di bantal.

"Bang bangun," tanpa ragu Yera langsung menarik kaki Doyoung.

Doyoung menggeliat saat Yera menariki kakinya lalu ia merubah posisinya menjadi memunggungi Yera.

Yera menghela nafas memang susah jika membangunkan abangnya seperti ini.

Yera yang kesal pun karena Doyoung tak kunjung bangun akhirnya dia memilih alternatif lain untuk membangunkan abangnya.

"Satu, dua, tiga," gumamnya pelan.

PLAKKK!!

Sontak Doyoung memekik kesakitan lantaran satu pukulan mendarat mulus di bokongnya yang kini terasa berdenyut dan kebas.

Doyoung kini duduk dengan mata yang masih setengah terpejam.

"HUAAAA."

Refleks Yera langsung menutup hidungnya karena Doyoung menguap besar sekali hingga kerongkongannya terlihat.

"Bau gorila," protes Yera.

"Apasih ganggu banget anying," seru Doyoung.

"Lo gimana sih bang kan udah janji mau nganterin gue malah tidmphh..." Yera mendengus kesal dan langsung mengelap mukanya karena Doyoung malah melemparnya dengan bantal yang jelas bantalnya sudah terkontaminasi oleh ilernya yang sudah membentuk beberapa pulau disana.

"Bicit," ujar Doyoung sebelum akhirnya beranjak meninggalkan Yera.

...


"Udah beres ayo," ajak Doyoung sambil mengenakan jaketnya.

"Ya udah ayo, lama!"

"Mau nyari apaan sih emang?" Tanya Doyoung.

"Ada deh."

Lalu Yera berjalan lebih dulu kearah pintu dan diikuti Doyoung di belakangnya.

"Loh pada mau kemana?" Suara berat barusan menghentikan langkah mereka.

"Mau keluar bentar pa—"

"Ini Doyoung dipaksa nganter Yera pa," Doyoung menyala ucapan Yera.

"Mana ada maksa," Yera memukul pundak Doyoung karena ucapannya barusan tidak sesuai fakta.

"Mau keluar bentar nggak papa ya pa ada bang Doy kok," izinnya pada sang ayah.

"Ya udah iya jangan pulang terlalu malem, Doyoung jagain adek kamu," pesan Heechul.

"Iya dijagain, kalo bukan adek palingan juga udah gua tinggal, gua ambil duitnya aja..aww.."

"Sakit pa," Doyoung meringis kesakitan karena Heechul memukul kepalanya.

"Jagain yang bener adeknya."

"Iya iya," pasrah Doyoung.

"Ya udah pa kalo gitu kita berangkat ya," pamit gadis itu.

Setelah satu jam berlalu Jaemin mendekam di kamarnya, kini pria itu mendudukkan dirinya di tepi kasur dirinya sudah tidak mendengar lagi suara-suara dari lantai bawah dan barusan dia mendengar suara mesin mobil yang mungkin itu orang tuanya yang sudah kembali lagi ke kantor.

Jaemin hendak beranjak namun seketika tubuhnya oleng begitu saja tapi untungnya dia masih bisa menjaga keseimbangan, entahlah dia merasa sangat pusing saat ini.

Pria itu tetap menguatkan kakinya untuk berjalan hingga ia sampai di tangga dan dia bisa melihat kakaknya Taeyong berjalan berlawanan dengannya sambil membawa sebuah piala di tangannya. Entahlah Jaemin tidak melihat begitu jelas bagaiman ekspresi Taeyong saat itu, yang jelas ia terkejut karena keberadaan Jaemin yang tiba-tiba berada di sana.

Jaemin berjalan perlahan karena pusing di kepalanya semakin terasa berdenyut. Hingga saat jarak antara dirinya dengan Taeyong sudah dekat Jaemin tidak dapat lagi menahan tubuhnya membuatnya oleng dan menabrak Taeyong.


Bruk


PRAKKK!!!

Jaemin terkejut setengah mati ketika mendengar suara itu begitu halnya dengan Taeyong yang berdiri di depannya dengan tangan mengepal dan juga sorot mata yang memerah.

Jaemin bisa melihat jika piala milik kakaknya terjatuh ke lantai dasar dan terpecah menjadi beberapa bagian.

"Berani beraninya lo."

BUAGHH!!

Taeyong memukul Jaemin sekuat tenaga membuat Jaemin yang tak seimbang langsung limbung dan tergelinding dari tangga.

Jaehyun yang baru datang dari arah dapur langsung dikejutkan oleh Jaemin yang menggelinding dari atas dan saat dirinya melihat kearah tangga dia melihat Taeyong yang berdiri tak melepaskan pandangan mematikan ke arah Jaemin.

Taeyong berjalan ke arah Jaemin dengan langkah kaki berdentum-dentum dengan tatapan tak lepas darinya.

BUAGH!


BUGHH!!


PLAKK!


"Mati lo brengsek!!" Teriak Taeyong hingga urat-urat di lehernya menonjol.


BUAGHH!!


Jaehyun yang tak mengerti apa-apa ia berusaha memisahkan Taeyong melihat kondisi Jaemin yang kini sudah babak belur dengan luka dimana-mana.

"Taeyong lo kenapa?" Tanya Jaehyun sambil menarik paksa lengan Taeyong agar menjauh dari Jaemin.

Mengabaikan pertanyaan Jaehyun Taeyong kembali memukuli Jaemin hingga tubuhnya tak karuan, jangan sampai Na Jaemin meninggal di tangan kakaknya sendiri.

"Ma-maaf hyung," lirinya hingga nyaris tak terdengar.

"Apa? Maaf lo bilang? LO PIKIR DENGAN LO MINTA MAAF APA YANG UDAH LO HANCURIN BISA BALIK LAGI? NGGAK KAN!"

"LO PIKIR GAMPANG APA DAPETIN PENGHARGAAN KAYAK GITU? NGGAK! SEMUA BUTUH PERJUANGAN!"

Jaemin hanya pasrah dirinya dimarahi habis-habisan seperti ini karena dia juga sadar kalau memang dia yang salah.

Jaehyun yang tadinya tak mengerti awal mula masalah ini kini dia pun menjadi mengerti terlebih lagi saat dirinya melihat sebuah piala yang sudah hancur berkeping-keping.

"DAN DENGAN BRENGSEKNYA, LO HANCIRIN SEMUANYA."

"GUE MUAK SAMA LO JAEM, GUE MUAK!!" Ucap Taeyong dengan mata yang sudah berkaca-kaca mungkin dia putus asa melihat hasil kerja kerasnya selama berhari-hari hancur dalam seketika.

"BRENGSEK LO! PEMBUNUH! ANAK SIALAN, MATI AJA LO—"


BUAGH!!


Jaehyun meninju Taeyong hingga wajahnya berpaling membuatnya mengepalkan tangan diam-diam.

''Jangan omongan lo Taeyong! lo nggak seharusnya bilang kayak–"

"Apa? Sekarang hyung malah belain dia," sela Taeyong cepat.

"Oke," lanjutnya lalu berlari ke luar rumah mengabaikan Jaehyun yang terus meneriaki namanya.

"Arkhh, sial!" Umpat Jaehyun lalu matanya melirik ke arah Jaemin, "bangun lo, ini semua gara-gara lo."

"Ma-maaf hyung," lagi-lagi hanya itu yang mampu Jaemin katakan.

"Nggak ada gunanya minta maaf! Sekarang lo cari Taeyong sampek ketemu dan bawa dia balik lagi kesini," ucapnya lalu mendorong tubuh Jaemin.

Jaemin mengangguk lalu berlari keluar mencari Taeyong meski sekarang keadaannya tampak kacau tapi dia tak peduli dia harus cepat membawa pulang kakaknya, karena ini terjadi akibat ulahnya. Di liriknya ke arah garasi motor dan mobil masih lengkap berarti Taeyong pergi jalan kaki, tanpa menunggu lama lagi Jaemin bergegas mencari kakaknya itu.

Sudah hampir satu jam pria itu terus berlari mencari keberadaan kakaknya yang sedari tadi tak kunjung ia temukan.

Jaemin menghentikan langkahnya nafasnya tersengal-sengal keringat bercucuran kemana-mana kini kepalanya kian terasa sakit, mungkin karena terlalu lama berlari. Jaemin menghiraukan rasa sakit di kepalanya itu lalu lanjut berlari mencari kakaknya.

Saat tengah berlari netra hitamnya menangkap satu sosok yang ia cari sedari tadi berada di seberang jalan dan berjalan dengan pandangan kosong dan rupa rambut yang berantakan.

Tidak menunggu lama lagi Jaemin berlari menyusul kakaknya.


Tinnn!


Nyaris, jika saja Jaemin tidak segera menghentikan langkahnya mungkin saja dirinya sudah dihantam oleh sebuah mobil yang melaju dari arah kanan dengan kecepatan sedang.

"Hyung," panggilnya dengan jarak lima meter di belakang Taeyong.

Taeyong menoleh dengan tatapan tajam tertuju pada Jaemin.

"Hyung maafkan aku," ujar Jaemin terdengar lirih.

"Apa gunanya gue maafin lo."

"Hyung aku benar-benar minta maaf," Jaemin masih memohon pada Taeyong.

Sedangkan Taeyong ia menatap Jaemin jengah setelah itu berlalu mendahului Jaemin.

"Hyung maafkan aku, ayo kita pulang hyung," Jaemin meraih tangan Taeyong dan membuat sang empunya berhenti.

Jaemin berdoa semoga saja kakaknya mau menuruti ucapannya, karena sungguh ia khawatir dengan kakaknya, takut jika Taeyong melakukan hal yang berbahaya.

"Beraninya lo pegang-pegang tangan gue," lalu Taeyong menghempaskan tangan Jaemin kuat-kuat, "kalo mau pulang ya pulang aja! nggak usah sok mikirin gue."

"Tapi hyung ayo kita pulang aku disini ingin menjemputmu, Jaehyun hyung pasti sedang khawatir di rumah," tak peduli jika Taeyong akan memarahinya lagi tapi ia berusaha membujuk kakaknya supaya mau pulang bersamanya.

"Gue bilang nggak mau!"

BUAGH!

"DASAR BRENGSEK! ANAK SIALAN!"


Jaehyun yang sedari tadi berjalan mondar-mandir di ruang tengah merasa cemas karena sedari tadi Jaemin maupun Taeyong tak kunjung pulang.

Ia sudah berkali-kali menghubungi Taeyong tapi tidak di angkat bahkan Jaehyun juga sudah menghubungi teman-temannya tapi tidak ada yang tahu keberadaan Taeyong.

Perasaannya tak tenang lalu dengan cepat ia menyambar jaketnya yang tergeletak di atas sofa.

Jaehyun sudah berkeliling sejak tadi tapi tak kunjung menemukan keberadaan salah satu di antara mereka.

Hingga motor yang ia kendarai berhenti saat si pengemudi melihat orang yang ia cari dari tadi. Ia melihat kedua adiknya yang berada di seberang jalan, melihat dengan jelas jika kedua orang yang berada di sana tengah berdebat.


"Hyung ayolah kita pulang, Jaehyun hyung pasti sudah menunggumu," ucap Jaemin yang sedari tadi tak hentinya membujuk Taeyong untuk pulang ke rumah.

"Gue nggak mau pulang!"

"Hyung tap–"

BUAGH!

Taeyong meninju rahang Jaemin cukup kuat hingga membuat Jaemin tersungkur.

"Gue nggak bakal pulang kalo lo masih ada di rumah itu, gue nggak sudi liat muka lo!" Ucap Taeyong penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Jaemin hanya mampu mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut kakaknya, memegangi kepalanya yang kini nyeri hingga ingin pecah rasanya. Jaemin tak mampu berbuat apa-apa tubuhnya terlalu lemas bahkan hanya untuk sekedar di gerakkan barang seinci.

"Inget kata gue, gue nggak bakal pulang kalo lo masih disana! Karena apa? Karena gue benci sama lo!" Ujar Taeyong lalu pergi meninggalkan Jaemin disana.

Sedangkan Jaemin ia hanya mampu memandangi punggung kakaknya dengan sendu, hingga seperkian detik kemudian matanya membulat sempurna ketika melihat sebuah truk yang melaju ke arah Taeyong yang sedang menyebrang jalan.

Dengan sekuat tenaga Jaemin bangkit dan berlari kearah Taeyong.

"TAEYONG HYUNG AWAS!!"

Tinnnn


BRAKK!!


Taeyong jatuh terpental hingga ke seberang jalan tangannya terasa amat sangat nyeri dan sakit untuk digerakkan, namun di saat itu juga dia bisa melihat Jaemin yang sudah terkapar di tengah jalan dengan bercak darah yang sudah menggenang dimana-mana.

Apa yang barusan terjadi.

Tbc

Votmen guys

Lop u all 💚

Continue Reading

You'll Also Like

11.5M 483K 50
"did you just draw a dick on my face?" Min Soojung was more than textbook perfect-- she's independant, crazy smart, and most of all: competitive. Tha...
27M 1.1M 42
she dreads to get to school because of one name. ; high school au, tsundere!taehyung lmao » under edit » #4 in fanfiction on 171222
721M 11.4M 114
Tessa Young is an 18 year old college student with a simple life, excellent grades, and a sweet boyfriend. She always has things planned out ahead of...
667K 20.5K 31
"she's the only one he listens to"