It's Killed Me!!

By FellFlower

255K 22.7K 14.2K

🍏Oneshoot Twoshoot Threeshoot? :v🍎 Season 2 ♥(✿ฺ'∀'✿ฺ)ノ Drarry~~ 🍏🍎 • • • Hope you like it~~ Enjoy ~~ 🦥... More

Welcome
Ferret
Singularity
Just Kidding
Miopia
Draco + Harry
Banana (Draco + Harry Sequel)
Critique Sévére (Sequel)
Rosa Centifolia
Rude
Different Epochs
What Is Red?
Problematics
Draco The Con Man
Escape
Hello 2
Trials of Faith
Trials of Faith (Sequel)
Ephipany
Pretty Savage
Don't be scare cause I'm your body type
Instagaram 5
Romione's Baby (Trials of Faith Prequel)
No Body No Crime
My Father And I
Catastrophic
Cherish
Chat Noir
Introduce My Fur Ball (s)
Why Am I Here?
POV
Autumn Lime
Black Violet Blue Sunflower
Vogue
Regular
Delicate
Grass Ribbon Around My Wrist
But darling, darling, please
But that's just how it goes
Ep 11
Erratic Autumn
Last Ep

Critique Sévére

8.3K 796 514
By FellFlower

C'mon gaes smile!😁

🦁🦁🦁

"Siap untuk meja tujuh."

"Segera datang!"

"Satu dikukus."

"Baik! Sudah datang."

"Aku butuh sup lagi. Cepat!"

"Aku butuh dua iga domba dan lebih banyak daun bawang."

Beberapa piring makanan siap dibawa keluar dapur menuju meja para pelanggan. Dan bersamaan dengan itu Neville sebagai seorang waiter datang dari pintu dapur sambil menggenggam secarik kertas berisi pesanan ditangannya, "aku butuh dua ikan salmon, tiga salad, dan tiga filed."

"Minta saladnya." Kata Ronald.

"Aku akan membuat ikan salmon," Kata Blaise sambil sibuk mengangkat wajan dan menggoyangkannya beberapa kali.

Pansy menoleh sekilas kearah Blaise lalu kembali pada masakannya, "tiga filed dalam pembuatan, aku perlu piring."

"Aku sangat sibuk disini," Kata Theo yang sedang mencicipi supnya.

"Tiga salad datang," Imbuh Cedric.

Draco keluar dari ruangannya lalu melihat, memeriksa, ikut memasak dan mengatur para koki.

"Halo Koki Malfoy, bagaimana kabarmu?" Sapa Oliver sambil memotong lobak lalu mengambil wajan.

"Bonjour Koki," Luna ikut menyapa.

"Selamat malam Koki," Hermione yang melihat kedatangan Sang Kepala Koki ikut menyapa.

"Panas! Buka Ovennya!" Pekik Fred.

"Jangan main-main!" Panik George menyelamatkan kembarannya.

Beginilah suasana dapur restoran Prancis yang amat terkenal di kota Paris. Menjadi restoran yang paling unggul membuat banyak orang dari dalam maupun luar negri datang untuk sekedar meminum air putih. Banyaknya pesanan para pelanggan, membuat suasana dapur selalu ramai oleh suara masakan diiringi juga oleh suara para koki.

Dean mengangkat piringnya, "kue dadar untuk meja enam."

"Lima menit chef." Terdengar suara Seamus dari sudut ruangan.

"Siapkan untuk meja tujuh, ayo cepat!" Ucap Ginny.

Neville keluar untuk mengantarkan sup, melayani pelanggan yang baru datang lalu mencatat semua pesanan mereka.

Dengan secarik kertas ditangannya, Neville kembali ke dapur dengan wajah yang cukup tegang, "kita kedatangan seorang kritikus!"

Susana dapur hening seketika, seluruh perhatian tertuju kepada Neville termasuk Koki Malfoy yang sedang sibuk memeriksa rasa makanan.

"Siapa?" Tanya Ron.

Masih dengan wajah tegang, Neville mulai berbicara, "coba tebak."

Pansy mengerutkan keningnya, "Fleur Delacour?"

"Bukan," Neville menggeleng.

"Rubeus Hagrid?" Tebak Seamus.

"Bukan"

Mata Blaise menyipit, "Dhapne Greengrass?"

"Bukan"

Theo bersidekap, "apa dia orang Jepang? Watanabe Haruto?"

"Bukan"

"Orang Korea? Koo June?" Imbuh Luna.

"Bukan"

"Jadi siapa?" Tanya Hermione yang sudah penasaran.

Neville terdiam sebentar, "Harry Potter!"

Beberapa Koki menampilkan raut wajah kaget sambil melotot, juga terdengar suara helaan nafas dimana-mana. Meskipun begitu mereka tetap melanjutkan masakan.

"Oh shit! Kita tau bagaimana Harry Potter." Kata Fred lalu kembali fokus pada masakannya.

Hermione sedikit tertawa, "ayolah kawan-kawan, relax saja."

"Lidahnya lebih tajam daripada lidah ular, dia akan tau berapa jumlah garam yang kurang di setiap masakan," Tutur George.

Theo mengangkat kepalanya, "maksudmu dia bisa bahasa ular?"

"Tidak lucu Theo!" Sanggah Pansy.

"Yah, mulutnya sangat manis," Kata Dean.

Ron terbelalak, "manis katamu?"

"Aku yakin bibir merahnya memang manis," Cedric berjalan melewati Ron lalu menepuk bahunya.

Oliver mengiris beberapa wortel dengan ketebalan yang sama "dia adalah salah satu pengkritik paling pedas di Perancis, kritikannya lebih pedas dari saus sriracha."

"Aku yakin kalian tidak lupa dengan restoran Tom Riddle yang menyajikan makanan Mexico, mereka kehilangan tiga bintang sekaligus karena dikritik habis oleh Harry Potter karena daging Fajita yang dia makan terlalu pekat dengan merica." Tambah Blaise.

"Itu benar, Mr. Riddle sampai jatuh sakit karena hal itu," Ron ikut menambahi.

Fred menaikkan satu alisnya sambil tersenyum, "apa Harry Potter memang seberbahaya itu? Menurutku tubuhnya bagus."

"Berhentilah menjadi mesum Fred!" Ginny melemparkan tatapan tajam pada kakaknya.

"Aku setuju pada Fred," Kata George sambil ber tos ria dengan Fred.

"Apa yang dia pesan?" Tanya Pansy.

"Sesuatu yang berbeda! Sesuatu yang tidak ada di menu!" Jawab Neville lumayan panik.

Cedric terkekeh, "seperti biasa, diluar dugaan."

"Tidak ada di menu?" Pansy cukup kaget.

"Ya! Apa yang harus aku katakan padanya?!"

"Apa yang sudah kau katakan?!" Tanya Ron ikut panik.

"Aku bilang aku akan bertanya!"

Draco mendekati Neville dan Ron, "apa yang kalian ributkan?"

"Mr. Potter meminta sesuatu diluar menu," Jawab Ron.

"Apa yang harus aku katakan padanya?!" Neville mengulangi pertanyaan yang sama.

Draco bersikap, "apa yang kau bilang padanya?"

Neville mencondongkan tubuhnya kearah Draco, "aku bilang aku akan bertanya!"

Draco berpikir sejenak, "itu sederhana, kita cukup mengambil resep tua ayahku yang tidak pernah kita buat dalam beberapa waktu."

Neville belum bisa menghilangkan wajah paniknya, "dia itu kritikus, dia tau barang lama."

Draco menghela nafas, "baiklah, jika itu yang dia mau. Katakan padanya Chef Malfoy menyiapkan sesuatu yang khusus. Sesuatu yang benar-benar diluar menu."

Seamus menuangkan Escargot keatas piring, "tapi semua makanan Perancis ada di menu, apa lagi yang bisa kita buat?"

"Entahlah, sate padang mungkin?" Ginny mengendikkan bahunya.

Oliver berjalan kearah wastafel lalu mencuci tangannya, "setauku terakhir kali dia berkunjung tiga tahun lalu."

"Ini akan menarik," Bisik Pansy.

Hermione mengangguk, "suka tidak suka dia akan tetap menulis review makanannya."

"Ya, kita hanya perlu menunggu di surat kabar." Tambah Ginny.

Luna tersenyum, "reputasi restoran ini hanya bergantung pada masakan Koki Malfoy dan ulasan Harry Potter."

"Para gadis kembali berkerja!" Ucap Draco yang berhasil membubarkan koki gadis yang sedang asik menggosip.

Blaise mendekat lalu berbisik pada Draco, "apa yang akan kau hidangkan?"

Draco menyeringai, "roti manis ala Lucius."

Blaise meneguk ludah, "apa kau yakin? Resep itu adalah bencana. Ayahmu sendiri yang bilang."

Draco tidak membalas perkataan Blaise lalu masuk keruangannya kemudian membuka laci dan mendapatkan secarik kertas, "roti manis ala Lucius, roti manis dimasak dengan garam dan rumput laut, ditambah tentakel cumi-cumi, kentang murni, kuning telur bebek, jamur putih kering? Saus ikan teri gula hitam."

Draco menggigit lidahnya sendiri setelah membaca resep itu, "aku tidak tau resep ini, tapi ini resep Malfoy jadi..."

"Dean! Kita punya daging muda yang terendam dalam perut sapi, kan?" Draco keluar dari ruangan lalu berjalan ke tempat masaknya.

"Ya! Perut sapi muda akan kuambil," Dean segera berjalan masuk kedalam kulkas.

"Isi perut?" Hermione bergidik, dia tidak suka jenis makanan seperti itu.

🗼🗼🗼

Harry mendekatkan segelas wine kearah mulutnya, mempertemukan wine itu pada ujung lidahnya lalu meletakkannya lagi. Membuka lembaran buku dan mulai menulis sesuatu disana.

"Apa aku sangat menyeramkan sehingga membuat mereka panik?" Kata Harry setelah melirik jendela kaca yang ada di pintu dapur yang dengan jelas menampakkan kepala para koki.

"Ayolah, tempat ini adalah restoran terbaik di Perancis." Harry memajukan bibirnya membuat kesan imut. "Yah, selama mereka tidak membuatku menulis kritikan menusuk," Namun sedetik kemudian keimutannya digantikan dengan senyuman licik.

"Pelayan!" Panggil Harry tiba-tiba.

Neville yang sedang sibuk melayani para pelanggan jadi merasa terpanggil dari antara banyaknya pelayan lain. Namun ketika matanya telah bertemu dengan mata Harry, mau tak mau diapun datang mendekat.

"Ada yang bisa saya bantu Mr. Potter?"

Harry mengangguk, "apa mereka benar-benar sudah menyiapkan pesananku?"

Neville mengangguk-anggukan kepalanya, "ya! Tentu saja nona- eh! Tuan! Mereka sedang memasak makananmu, tapi karena itu istimewa jadi kami memerlukan sedikit tambahan waktu." Jelas Neville diakhiri dengan senyum lebar.

"Mereka menambahkan racun tikus?"

Kali ini Neville menggeleng-gelengkan kepalanya, "tentu tidak non- Tuan! Makanan kami terjamin keselamatannya."

"Baiklah, aku menunggu," Harry mengangguk sambil tersenyum. "Tapi tolong jangan lama-lama, aku lapar dan aku mengantuk," Kata Harry ketika sudah kembali pada mode imut.

Neville bergegas kembali ke dapur masih diiringi dengan wajah tidak tenang. Siapa yang akan tenang setelah berhadapan dengan singa manis bergigi tajam namun berbisa layaknya ular seperti Harry Potter, bahkan manusia itu bisa berubah menjadi kucing paling imut yang pernah kau lihat seumur hidupmu.

"Mana pesanan spesialnya?!" Seru Neville.

"Segera datang!" Balas Pansy yang sedang mengambil piring.

Neville mencoba untuk tenang lalu melihat makanan lain yang siap diantar. Tapi dia tidak bisa tenang! Dialah yang teruji mental disini! Berhadapan langsung dengan orangnya tidak mudah kalian tau!

"Pesanan spesial!" Seru Neville lagi.

"Siap disajikan!" Ucap Draco setelah sedikit merapikan pinggiran piring menggunakan tisu.

Neville menghampiri Draco dan langsung terfokus pada makanan yang ada diatas piring, "apa ini?!"

"Roti manis ala Lucius," Jawab Draco enteng.

"Apa kau mencicipinya?"

Draco menaikkan kedua alisnya bersamaan, "kau bercanda? Tidak!" Jawabnya lalu pergi meninggalkan Neville.

Neville hanya meneguk ludah kasar lalu segera mengantarkan makanan itu pada Sang Kritikus. Dengan jantung yang sedang berolahraga, Neville mempertahankan ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya tetap tenang.

Harry tersenyum senang, akhirnya makanannya datang, "terimakasih," katanya sebelum Neville mengundurkan diri dari hadapannya.

"Aku menunggu 30 menit untuk penyajian makanan, untuk restoran bintang lima itu mengerikan," Gumam Harry lalu meraih pulpen dan mulai menuliskan sesuatu.

Meletakkan pulpen lalu meraih garpu, "cumi-cumi?" Kemudian memasukkannya kedalam mulut. Terdiam sebentar mendalami rasanya, sedetik kemudian keningnya berkerut, meraih pulpen dan mulai menulis lagi.

Mengambil selembar tisu untuk menyeka sudut bibirnya, setelah itu sedikit menjauhkan piring itu dari hadapannya, "pelayan!" Panggil Harry untuk kedua kali.

Neville menoleh dan menunjuk dirinya sendiri. Kenapa dari banyaknya pelayan disini, si manis itu hanya melihat kearahnya. Neville tau dia tampan, tapi untuk situasi seperti ini sepertinya tidak menguntungkan.

"Ya kau," Harry mengangguk, "kau adalah pelayan favoritku sekarang."

"Apa anda menginginkan hal lain?" Tanya Neville setelah sampai dihadapan Harry.

"Aku menginginkan orangnya."

"Or- orangnya?"

Oh God, cobaan macam apa lagi ini.

"Aku ingin bertemu dengan koki," Jawab Harry.

"Ko- koki maksudmu.."

"Ya, kokinya. Orang yang memasak makanan ini."

"Uhm.. Ya! Tentu saja, aku akan segera kembali!" Neville pun kembali mengacir masuk kedalam dapur.

Luna yang melihat kedatangan Neville menjadi penasaran, "apa yang dia katakan? Dia suka makanannya?"

"Mr. Potter ingin bertemu dengan kokinya!"

Hening seketika untuk yang kedua kalinya.

"Koki?" Ulang Ron.

"Ya koki! Orang yang memasak makanan itu. Draco- maksudku Chef Malfoy."

"Baiklah," Draco berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan lalu pergi keluar dapur. Menghampiri seseorang yang duduk disana, yang sedang menggoreskan tinta pulpen diatas kertas dengan jari-jari lentiknya.

"Anda memanggil saya?" Draco menarik kursi yang berhadapan dengan Harry lalu duduk disana.

Harry mengangguk namun tidak mengalihkan perhatiannya lalu berdeham singkat, "uhm.. Jadi, Mr. Malfoy?

"Ya?"

Siapapun yang berada diantara mereka pasti akan merasakan hawa tegang yang menyelimuti.

"Bukankah kau berambut panjang seingatku? Tiga tahun lalu, apa rambut itu menganggumu sehingga kau memotongnya?"

"Tidak," Draco menggeleng, "aku tidak pernah menumbuhkan rambut sepanjang ayahku-"

"Oh! Jadi kau anaknya?" Harry terkekeh, "ternyata sudah cukup lama aku tidak mengunjungi restoran ini sehingga tidak tau perkembangannya."

Draco hanya mengangguk. Draco tidak suka mengakui ini, tapi jujur sekarang dia benar-benar gugup. Seorang yang ada dihadapannya ini bukan orang biasa. Dan sayangnya dia memiliki paras rupawan yang membuat siapa saja darahnya akan berdesir ketika ditatap oleh emerald itu.

"Kapan terakhir kali kau makan malam?" Harry semakin menjauhkan piring yang ada dihadapannya.

"Aku?" Draco melirik tulisan Harry yang ada di meja tapi percuma ia tidak bisa membacanya.

"Ya kau."

"Malam ini," Jawab Draco singkat.

Harry tersenyum tipis, "kau lambat untuk seseorang yang seharusnya berpikir cepat."

Draco mendengus, "kau kurus untuk orang yang disebut suka makanan."

Senyum Harry luntur digantikan dengan wajah datar, "aku tidak menyukai makanan. Aku mencintai makanan. Jika aku tidak mencintainya, aku tidak akan menelannya." Balas Harry dengan nada tajam.

Baiklah, Draco tidak mengharapkan kata-kata itu. Siapapun tau jika itu bukanlah kata-kata manis, itu adalah sarkastik.

"Apa istrimu bisa memasak?" Harry kembali menggenggam pulpennya bersiap untuk menulis.

"Tidak"

Harry mengalihkan pandangannya pada buku lalu menuliskan sebuah kalimat.

Sontak Draco tersadar, "tidak! Maksudku aku tidak punya istri."

Gerakan pulpen Harry terhenti, dia mendengus halus lalu mencoret kalimat tadi.

"Kau sendiri?" Tanya Draco.

"Apa?"

"Istrimu bisa memasak."

Harry tertawa ironi, "kau menghinaku?"

"Apa? Tidak! Aku hanya bertanya," Draco bingung, dimana letak hinaannya.

Harry menaruh pulpennya ditengah buku lalu menutupnya, "gadis mana yang mau menikah denganku jika masakannya dikritik setiap hari?"

"Jadi kau menginginkan suami?"

Harry diam, Draco juga. Dengan Draco yang berusaha tetap tenang dikala dirinya sendiri kaget oleh pertanyaan bodoh yang keluar secara spontan dari mulutnya. Itu sangat tidak Malfoy sekali, dan bisa-bisanya ke-Malfoy-an nya hilang begitu saja hanya karena sedang berhadapan dengan seorang Harry Potter.

Harry menyipitkan matanya lalu bangkit, "aku akan kembali besok malam dengan harapan yang tinggi. Berdoalah supaya tidak mengecewakan ku."

"Baiklah, selamat malam Mr. Potter."

"Selamat malam Chef Malfoy." Balas Harry lalu pergi dari mejanya, dengan langkah elegan berjalan menuju pintu utama.

"Apa-apaan yang tadi itu?" Draco mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup kencang juga nafasnya yang naik turun tak beraturan. Perutnya terasa menggelitik seperti ada sengatan listrik aliran kecil disana.

Kini isi kepala Draco hanya dipenuhi dengan suara Harry Potter, wajah Harry Potter, mata Harry Potter, bibir Harry Potter yang sayangnya kelihatan begitu sensual, caranya berjalan, lekuk tubuhnya dan- hentikan! Hentikan!

"Apa yang kau pikirkan Draco?!" Draco segera lalu kembali ke dapur, masuk kedalam ruangnya dengan langkah cepat, meninggalkan raut bingung pada koki lainnya.

Theo memiringkan kepalanya, "Apa dia sangat ingin buang air?"

Cedric terkekeh namun tidak mengalihkan atensinya dari Cassoulet yang sedang ia tata, "itu hal biasa, ini pertama kalinya dia berhadapan langsung dengan Harry Potter."

🗼🗼🗼

Malam itu Draco tidak bisa tidur, entah karena tempat tidurnya yang terlalu besar untuk ukuran satu manusia. Dan dirinya menyesal karena tidak mendengarkan nasehat Sang Ibu yang mengatakan untuk tidak tinggal di rumah besar sendirian sebelum menikah.

Atau karena...

Draco menyingkirkan selimutnya, memandang miris pada celananya yang menggembung, "fuck Harry Potter! Fuck you!" Umpat Draco.

Draco menarik nafasnya dalam-dalam lalu dibuang, "oke Draco, yang pertama adalah, kau lurus! Ingat itu! Kau sangat lurus! Kau bahkan tidak ingat sudah berapa gadis yang pernah kau kencani."

Tidak bodoh, juniormu yang tegak lurus. Kata sesuatu yang berbunyi dari kepala Draco.

"Diam!" Bentak Draco.

Jadi tolong jelaskan kenapa kau bisa sehorny ini sejak 6 jam yang lalu setelah memiliki obrolan kecil dengan Harry Potter.

"Aku juga tidak tau! Apa yang telah dia lakukan padaku!"

Itu artinya kau belok pada Harry Potter.

"Diam kau imajinasiku! Jangan sok tau!"

Ayolah, aku ini imajinasimu, aku hanya mengetahui apa yang kau tau dan apa yang kau rasakan.

"Terserah kau saja!" Draco turun dari tempat tidurnya.

Kau akan ke kamar mandi?

"Kau punya saran yang lebih bagus?"

Datang kerumah Harry Potter lalu bercin-

"Diam!"

-ta dengannya... Sepertinya kau memang lebih suka berimajinasi.

Pagi itu setelah terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak, Draco memutuskan untuk mandi lalu mencari makan diluar. Dirinya terlalu malas untuk memasak, sedang tidak mood.

Draco memutuskan untuk datang ke restoran cepat saji saja yang buka selama 24 jam. Masuk kedalam restoran lalu memesan makanan setelah itu duduk di meja paling sudut. Suasana pagi ini tidak buruk, sehingga dapat menaikkan mood seorang Draco Malfoy.

Makanan sudah datang, dengan perasaan baik, Draco mulai menyuapkan sesendok salad kedalam mulutnya. Setelah itu menggigit seperempat burger ukuran besar dan begitu puas dengan rasanya.

"Apa yang dia lakukan disini?" Draco berpura-pura sibuk sendiri memainkan ponselnya ketika melihat Harry Potter datang dari ambang pintu.

"Apa dia mengkritik makanan setiap hari?"

Namun beruntung Harry tidak menyadari keberadaannya dan malah sibuk memilih rasa ice cream. Dan Draco menggunakan kesempatan itu untuk memperhatikannya secara diam-diam.

"Ayolah Draco, jangan salah fokus," Rutuk Draco ketika matanya mulai menjelajah ke daerah sensitif. "Tapi demi merlin, dia manis sekali yaampun! Aku bahkan bisa mencium aroma coklat dari tubuhnya dari jarak sejauh ini."

Apa kau yakin kau masih lurus?

"Bisakah kau tidak menggangguku?"

Aku tau kau sangat penasaran dengan bibirnya, mengaku saja.

"Baiklah aku akui! Kau puas?!" Ucap Draco dengan suara agak keras sehingga membuat beberapa pasang mata tertuju padanya, begitu juga dengan Harry.

"Bagus, gara-gara kau dia datang mendekat."

Harry tersenyum yang demi Tuhan, Draco ingin menggigit pipinya, "pagi Mr. Malfoy."

Draco langsung memasang wajah cool ala Malfoy, "pagi Mr. Potter."

"Sedang sarapan? Tidak mau masak sendiri dan membuat apa yang kau sajikan padaku tadi malam?" Harry menarik kursi lalu duduk dihadapan Draco.

"Tidak," Singkat Draco.

Harry terkekeh, "tidak usah terlalu memikirkan perkataanku yang semalam, kau terlihat tegang."

Draco mendengus, "tentu saja tidak, untuk apa aku memikirkannya," Balas Draco santai.

Harry memakan sedikit ice creamnya menyisakan noda bibirnya, "aku tidak biasanya berbicara dengan orang asing kau tau, tapi kau sangat menarik." Katanya lalu bangkit berdiri pergi meninggalkan Draco dan keluar dari restoran.

"Tentu saja aku menarik," Bangga Draco, "tapi kau jauh lebih menarik sehingga aku hampir saja meraih dagumu lalu melumat bibirmu habis-habisan!" Lanjutnya dengan satu tarikan nafas.

Kenapa kau tidak melakukannya?

"Diam kau bisikan setan! Ohh... Aku benar-benar sudah gila," Kata Draco lalu mengambil satu gigitan besar pada burgernya.

Kau tidak gila, kau hanya sedang jatuh cinta.

Malam itu sesuai perkataannya, Harry datang lagi ke restoran Malfoy. Menyipitkan matanya sambil mengintip ke arah dapur. Mengeluarkan sebuah buku kecil seperti biasa dan tidak lupa dengan pulpen. Mengetuk-ngetuk pulpen itu pada meja menciptakan bunyi yang mengerikan bagi Neville.

Menarik nafas sejenak lalu datang mendekati Harry, "sudah memutuskan apa yang ingin kau pesan malam ini, Tuan?"

Harry membuka buku menu, "ya kurasa sudah. Setelah membaca banyak tentang masakan panas kalian. Kau tau apa yang kuinginkan? Sedikit perspektif, itu dia. Aku ingin sesuatu yang segar, bersih, di bumbui dengan baik" Katanya lalu kembali menutup buku menu.

Prespektif? Merlin help, makanan jenis apa itu?!

"Bisakah kau menyarankan anggur yang baik untuk menyertai makanan itu?" Tanya Harry disertai senyum manis, tidak tau kalau Neville sedang keringat dingin.

"Dengan masakan apa, Tuan?"

"Perspektif, segar. Aku mau itu."

"Aku... Uhh.."

"Baiklah, karena kau kehabisan perspektif dan tiada satupun yang memilikinya di kota ini. Aku membuatkanmu perjanjian, kau sediakan makanannya, aku sediakan perspektifnya. Yang mana akan lebih baik ditemani dengan sebotol Cheval Blanc 1947." Kata Harry dengan penuh penekanan.

"Aku rasa... Pilihan makananmu?"

Harry menghela nafas lalu meletakkan pulpennya dengan kasar, "katakan pada Chef Malfoy aku ingin apapun yang berani dia suguhkan, beritahu dia buat sesuatu yang terbaik yang pernah dia buat."

Neville meneguk ludah dan langsung berlari ke arah dapur, "Mr. Potter menginginkan perspektif!" Serunya dengan nafas terengah-engah.

"Makanan dari planet mana itu?" Cibir George.

"Oh yeah, bibir sexy memang punya selera yang berbeda." Kata Fred sambil menyikut George.

"No coment," Cedric melambaikan tangan.

Pansy mengeringkan tangannya, "aku percaya bos kita telah menyiapkan semuanya."

"Bernarkah Chef Malfoy?" Luna menoleh pada Draco.

Para koki lain hanya diam menunggu jawaban.

Draco mengendikkan bahunya dengan eskpresi santai, "uhm.. Ya, tentu saja."

Dan jawaban itu berhasil membuat para koki bernafas lega, dan mempercayakan semuanya pada bos mereka.

Blaise mendekati Draco lalu berbisik, "perspektif macam apa yang akan kau hidangkan?"

Draco berjalan masuk kedalam kulkas diikuti Blaise dibelakangnya, "kenapa kau suka sekali berbisik-bisik Blaise? Kau membuat kita seperti pelaku kriminal."

"Ayolah, aku hanya penasaran."

Draco mengambil kentang, tomat, terong, lada hitam, timun Jepang dan bahan lainnya, "Ratatouille."

"Kau yakin? Itu makanan pedesaan"

Draco mengangguk optimis, "itu adalah makanan yang paling membuatku percaya diri."

Blaise memiringkan kepalanya, "kau gugup?"

"Tidak Blaise, gugup tidak ada dalam kamus Malfoy."

"Kurasa kau gugup, kau mungkin terlihat tenang tetapi wajahmu tidak bisa menyembunyikan-"

"Ayolah Blaise, alasan tidak masuk akal mana yang membuatku gugup?"

Blaise menaikkan satu alisnya, "Harry Potter?"

Draco tertawa hambar, "ada apa dengan Harry Potter? Sudahlah, sekarang tolong jangan ganggu aku karena aku sedang sibuk membuat masakan untuk membungkam mulut kritikus paling pedas di Perancis."

Blaise mengendikkan bahunya, "baiklah, semoga beruntung."

Draco menghela nafas setelah Blaise benar-benar keluar dan menutup pintu kulkas, "Saint Potter!"

🗼🗼🗼

Neville keluar dari dapur, menahan kegugupannya lalu mendekati meja Harry dengan sepiring Ratatouille dan botol anggur serta gelas di nampannya.

Harry tersenyum lalu mengucapkan terimakasih pada Neville, "Ratatouille?" Gumam Harry lalu siap menggenggam pulpennya.

Dengan garpunya, Harry mengambil makanan itu lalu mengantarkannya menyentuh lidahnya. Harry terdiam, pupil matanya membesar. Dia memakan satu suapan lagi lalu dengan segera menyobek kertas kemudian menuliskan sesuatu disana.

"Pelayan!"

Neville merasa terpanggil seperti biasa, "ya Mr. Potter?"

"Tolong panggilkan orangnya."

Neville yang sudah mengerti dengan kalimat ambigu itu langsung memanggil Draco. Draco pun segera datang dengan percaya diri kehadapan Harry.

Harry bangkit berdiri dari duduknya lalu tersenyum, "terimakasih untuk hidangannya," Ucapnya lalu memberikan secarik kertas pada Draco tanpa mengatakan apapun lagi.

Draco menerima kertasnya, hanya bisa terdiam ketika Harry mulai melangkah menjauhinya lalu keluar dari restoran. Draco pun membaca kalimat yang ada di kertas itu. Dan kalimat itu sukses membuat jantungnya hampir keluar dari tempatnya. Dengan langkah cepat diapun kembali ke dapur lalu masuk keruangannya.

Theo yang sedang sibuk memarut keju pun tak luput dari peristiwa itu, "apa dia ingin buang air lagi?"

Dan hanya dibalas lirikan oleh koki lain yang sibuk memasak.

Malam itu Draco kembali tidak bisa tidur dan sibuk berguling-guling di kasurnya.

"You never go out of style. Apa maksudnya itu?!" Draco tampak frustasi setelah membaca -entah yang keberapa kali melebihi jumlah mantan Draco- kalimat diatas secarik kertas yang tadi Harry berikan kepadanya.

Kau bisa bahasa Inggris dan Perancis dengan sangat baik, aku yakin kau tau artinya.

"Iya aku tau! Maksudku apa maknanya?!"

Dia memujimu.

"Darimana kau tau dia memujiku?!"

Dia bilang kau tidak pernah ketinggalan jaman. Dia punya cara unik untuk memuji.

"Jadi apa yang harus kulakukan?"

Menikah dengannya.

"Aku memang sudah gila berbicara dengan imajinasiku sendiri berpikir seolah dia nyata! Dan ini semua karena si stupid Potter yang sok pintar itu!"

Tapi dia sangat manis kan?

"Diam!"

🗼🗼🗼

Dua hari setelah menunggu dengan tidak sabar, akhirnya para koki mendapatkan ulasan yang mereka nanti-nantikan. Yaitu kritikan dari Harry Potter. Mereka membuka surat kabar lalu berkumpul mengelilinginya, kecuali Draco yang masih sibuk diruangannya entah sedang melakukan apa.

Pansy membuka surat kabar itu lalu mulai membaca. "Bisa dibilang pekerjaan kritikus itu mudah, kami mengambil sedikit resiko dibanding mereka yang menawarkan kerja mereka dan diri mereka sendiri untuk penilaian kami. Kami menulis kritik negatif yang tentunya lebih menyenangkan untuk ditulis dan dibaca, tapi kenyataan pahit yang harus dihadapi para kritikus yakni saat semuanya telah dipertimbangkan, sesuatu yang tidak berharga kadang lebih berarti dibandingkan dengan penilaian kami. Tapi ada saat dimana kritikus benar-benar mengambil resiko-" Pansy memberikan kertas koran itu pada Hermione untuk melanjutkan sisanya.

"Kemarin malam aku mendapatkan sebuah pengalaman baru, aku mendapat makanan luar biasa, menurutku makanan itu dan penciptanya menantang pemikiranku mengenai masakan berkualitas, dan pernyataan itu terlalu sederhana, mereka telah mengguncangku sampai ke bagian terdalam. Dimasa lalu, aku tidak sungkan untuk menyatakan rasa tidak setuju. Tidak semua orang bisa menjadi seniman hebat, tetapi seniman hebat bisa datang dari mana saja. Mereka para koki jenius yang memasak di restoran Malfoy, yang menurut pendapat kritikus ini adalah koki terbaik di Perancis. Aku akan kembali ke restoran itu segera, ingin mencicipi makanannya lagi." Hermione menutup lembar koran itu lalu menatap teman-temannya yang terdiam.

Terdiam cukup lama, tidak ada yang mengatakan apapun karena terpesona oleh kritikan yang baru saja mereka dengar.

"OMAGAD!" Seru Theo tiba-tiba.

Seketika mereka menjadi ramai dengan suara tawa dan tepuk tangan, mereka segera memasuki ruangan bosnya tanpa ijin sama sekali.

"Draco! Dia menyukainya!" Sorak Neville paling berbahagia.

"Siapa?"

"Harry Potter! Dia memberikan ulasan positif!" Ron meraih tubuh Hermione untuk dipeluk namun dibalas dengan tabokan di wajah.

"Kau berhasil! Akhirnya dia memberikan kritikan manis!" Ucap Blaise dengan semangat.

"Kita sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya pada restoran ini," Ginny tersenyum bangga.

"Kita harus merayakannya!" Seru Fred dan George bersamaan dan disambut meriah oleh mereka semua.

Kecuali Draco yang masih merenung, dirinya senang tentu saja. Tapi ada hal lain yang mengganggunya. Seperti ada sesuatu yang kurang, seperti ada sesuatu yang belum selesai.

Seperti dugaan, restoran Malfoy menjadi lebih sibuk dari biasanya dan restoran itu juga menjadi jauh lebih populer. Kritikan dari seorang Harry Potter selalu berpengaruh besar bagi semua restoran.

"Apa kau bersungguh-sungguh dengan hal itu?"

"Tentu saja," Jawab Harry semangat.

Dengan cara menekan gengsinya dalam-dalam. Draco memberanikan diri untuk mengajak Harry Potter keluar bersamanya mengelilingi kota Paris. Dia hanya ingin berterimakasih, atau mungkin ada hal lain. Hanya dirinya dan imajinasinya yang tau.

"Apa yang membuatmu bersungguh-sungguh?"

Mata hari memandang lurus pada menara Eiffel yang saat ini terpampang jelas dihadapannya, "dengar Draco, aku sudah berpengalaman tentang makanan. Dan aku tidak tau jika hal ini benar atau tidak, tetapi makanan yang kau berikan padaku dibuat dengan cinta yang tulus, kau membuatnya dengan hatimu."

Jantung Draco yang sudah berdetak tidak karuan sejak tadi kini semakin parah, "maksudmu?"

Harry beralih menatap Draco, tepat dimatanya, "saat pertama kali mencicipi makanan yang kau buat untukku, hal pertama yang kupikirkan adalah Ibuku."

"Ibumu?"

Harry mengangguk, "Ibuku, dia selalu memasak dengan cinta dan hati tulus yang ia punya. Terdengar berlebihan memang, tapi itu nyata. Terutama saat aku mengalami hari buruk, Ibuku akan memasak sesuatu untukku dan itu selalu berhasil membuat hatiku menghangat dan membuatku tersenyum. Dan sensasi dari makanan yang kau berikan kepadaku sama, berbeda rasa tetapi sama indahnya, aku bisa merasakan getaran yang sama. Belum pernah ada orang lain yang bisa memberikan sensasi itu kecuali kau dan Ibuku. Kau berhasil membuat Akuumpphh-"

Akhirnya... Draco dapat merasakannya. Bibir itu manis, basah, kenyal juga lembut. Begitu nikmat sehingga Draco tidak dapat berhenti untuk menggigit dan melumatnya. Dengan lidahnya yang juga menerobos masuk untuk memperdalam ciuman itu. Tidak peduli pada saliva mereka yang telah tercampur menjadi satu. Rasanya sangat menyenangkan sehingga Draco harus mendapatkan pukulan keras pada bahunya karena telah membuat anak orang kehabisan nafas.

"Ka- kau?" Harry menatap Draco kaget dengan nafasnya yang terengah-engah. Namun sedetik kemudian dia menunduk menahan malu karena wajahnya telah memerah bak kepiting rebus sampai ke telinga.

"Maaf, aku tidak bisa menahannya, aku tidak bisa lagi menahan semuanya dihatiku, itu terlalu berat." Tutur Draco.

Harry tidak menjawab, dia kehilangan kata-kata. Draco membuatnya hanya mampu menggigit bibirnya sendiri yang sebenarnya sudah membengkak.

Draco meraih jari manis Harry lalu memasangkan sebuah cincin disana, "aku telah menekan gengsiku dalam-dalam hanya untuk hal ini. Aku mohon, menikahlah denganku."

Harry mengangkat kepalanya untuk menatap Draco sekilas kemudian menunduk lagi. Menggigit bibirnya lebih kuat lalu mengangguk.

Mata Draco melebar, apa dia baru saja diterima? Ternyata mempertaruhkan gengsinya yang setinggi langit tidak sia-sia.

"Yaampun! Istriku menggemaskan sekali!" Draco menciumi pipi merona Harry lalu memeluknya dengan sangat erat dan posesif, "kau adalah milikku, benar-benar telah menjadi milikku dan kota ini adalah saksinya. Yaampun Harry! Kau sudah menjadi milikku! Ini bukan mimpi! Kau sangat nyata!" Ucap Draco dengan segala kedramatisannya yang berhasil membuat Harry speechless.

Draco bangkit lalu menarik tangan Harry untuk masuk kedalam mobil dan sukses membuat Harry kebingungan, "kau mau kemana?"

"Kita akan kerumahku sayang." Jawab Draco sambil memasangkan sabuk pengaman pada Harry.

Harry memiringkan kepalanya, "kerumahmu? Untuk apa?"

Draco menyalakan mesin, "untuk melakukan sesuatu yang selama ini kutahan."

Harry masih belum mengerti. "Apa yang kau tahan?" Namun satu detik kemudian mata Harry terbelalak dan berusaha membuka pintu yang sayangnya sudah terkunci, "ap- apa yang kau tahan? Tidak Draco! Tidak! Draco aku belum siap! Draco!" Harry menggeleng heboh dengan pipi yang kembali merona layaknya strawberry.

"Kau tidak bisa menolak, istriku." Draco menyeringai sambil mengendarai mobilnya menyusuri jalanan Paris.



🗼END🗼

Maap yak kalo kepanjangan hehe...

Inspired from Disney Pixar Ratatouille.

Fyi:
~ Gaji rata-rata kritikus makanan💲50.000. Atau Rp.736.342.500,00. Tapi tergantung pada publikasi menulis, berarti bisa kurang atau lebih.

~ Author adalah orang pertama yang memberikan vote disetiap chapter sehingga membuat Harry dan Draco sangat menyayangi author. (Menyedihkan😂)

~ "You never go out of style" terinspirasi dari lagu Taylor Swift 'Style'

~ Sebagian besar dari kalian lagi rebahan.

Continue Reading

You'll Also Like

156K 15.5K 27
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
822K 59.9K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
80.7K 8.8K 89
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
57.5K 7K 33
"Saat kamu kembali, semua cerita kembali dimulai." Kisal Sal dan Ron kembali berlanjut. Setelah banyak yang terlalui. Mereka kembali bersama. Seperti...