SAMBOJA [Lengkap]

By BearHalu

8.6K 1.1K 227

Berpindahnya Sora Agnesia ke kota kelahirannya, Jakarta, dan kembali bersekolah di sekolah lamanya, menuntun... More

𝑷𝒓𝒐𝒍𝒐𝒈🐣
𝑩𝒆𝒓𝒌𝒆𝒏𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒎𝒖🤝
𝑼𝒔𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒂𝒊𝒓 𝒎𝒂𝒕𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂🥲
𝑯𝒖𝒋𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒊 𝑱𝒂𝒌𝒂𝒓𝒕𝒂🌧️
𝑲𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒍𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒋𝒖𝒉 𝒅𝒆𝒍𝒂𝒑𝒂𝒏📲📱
𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒌𝒆𝒕𝒊𝒏 𝑺𝒂𝒎𝒃𝒐𝒋𝒂‼️
𝑮𝒆𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝑺𝒂𝒎𝒃𝒐𝒋𝒂💣💥
𝑩𝒓𝒐𝒌𝒆𝒏 𝒉𝒐𝒎𝒆 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒎𝒃𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂🩹
𝑩𝒓𝒐𝒌𝒆𝒏 𝒉𝒐𝒎𝒆 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒊𝒔𝒂𝒉𝒏𝒚𝒂💔
𝑺𝒖𝒏𝒇𝒍𝒐𝒘𝒆𝒓 𝑪𝒍𝒖𝒃🌻
𝑻𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝑱𝒂𝒖𝒉🥀
𝑲𝒆𝒕𝒐𝒑𝒓𝒂𝒌 𝑴𝒂𝒏𝒈 𝑼𝒋𝒂𝒏𝒈😋
𝑴𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝑰𝒏𝒅𝒂𝒉🤍
𝑩𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊 𝑳𝒂𝒖𝒕 𝑱𝒂𝒌𝒂𝒓𝒕𝒂🌊
𝑳𝒆𝒃𝒊𝒉 𝑩𝒂𝒊𝒌 𝑴𝒖𝒏𝒅𝒖𝒓!
𝒀𝒂, 𝑺𝒖𝒅𝒂𝒉💔👋
𝑱𝒂𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒋𝒂💌
𝑴𝒂𝒔𝒊𝒉 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑪𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒎𝒂💝
𝑴𝒂𝒔𝒊𝒉 𝑺𝒖𝒌𝒂 𝑻𝒆𝒃𝒂𝒓 𝑷𝒆𝒔𝒐𝒏𝒂💢💥
𝑪𝒊𝒏𝒕𝒂 𝑻𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌💘
𝑪𝒊𝒖𝒎𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂🤭
𝑲𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏 𝑱𝒖𝒈𝒂🤥
𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕 𝑻𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝑰𝒕𝒖, 𝑯𝒂𝒇𝒊𝒇𝒂𝒉 👭
𝑶𝒃𝒂𝒕 𝑳𝒆𝒍𝒂𝒉🥰
𝑩𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑻𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂👀
𝑫𝒊𝒂, 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂🍂
𝑲𝒂𝒖 𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉𝒌𝒖🏡
𝑻𝒂𝒏𝒑𝒂 𝑲𝒂𝒃𝒂𝒓📩
𝑺𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝑳𝒖𝒌𝒂 𝑳𝒂𝒎𝒂😖
𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝑯𝒂𝒓𝒖𝒔 𝑺𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝑫𝒖𝒍𝒖 𝑳𝒂𝒈𝒊?
𝑴𝒖𝒍𝒂𝒊 𝑨𝒔𝒊𝒏𝒈🍂💔
𝑲𝒆𝒑𝒖𝒕𝒖𝒔𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒂 𝑨𝒎𝒃𝒊𝒍 𝑺𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊💔🤧
𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑫𝒖𝒍𝒖 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓, 𝑨𝒌𝒖 𝑴𝒂𝒔𝒊𝒉 𝑺𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈🤍
𝑲𝒆𝒌𝒆𝒄𝒆𝒘𝒂𝒂𝒏💔🍂
𝑺𝒖𝒅𝒂𝒉, 𝑨𝒔𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝑴𝒆𝒏𝒋𝒂𝒖𝒉 𝑳𝒆𝒃𝒊𝒉 𝑩𝒂𝒊𝒌.
𝑺𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝑩𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂📰
𝑺𝒂𝒎𝒃𝒐𝒋𝒂 𝑨𝒅𝒓𝒊𝒂𝒏 𝑨𝒕𝒎𝒂𝒋𝒂🌻
𝑴𝒂𝒔𝒊𝒉, 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒎𝒂👫♥️
𝑺𝒐𝒓𝒂 𝑨𝒈𝒏𝒆𝒔𝒊𝒂🐻🤍
𝑺𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒎𝒂𝒂𝒇𝒌𝒂𝒏, 𝑺𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂😇❤️‍🩹
𝑷𝒆𝒏𝒈𝒐𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑨𝒍𝒕𝒆𝒓𝒏𝒂𝒕𝒊𝒇💉💊
𝑪𝒊𝒏𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝑻𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑯𝒂𝒃𝒊𝒔💝
𝑻𝒂𝒏𝒅𝒂 𝑺𝒖𝒅𝒂𝒉 𝑩𝒂𝒍𝒊𝒌𝒌𝒂𝒏😘👫
𝑺𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑲𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊, 𝑩𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒎💐
𝑯𝒂𝒓𝒊-𝒉𝒂𝒓𝒊 𝑩𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖, 𝒅𝒂𝒏 𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈𝒍𝒂𝒉 𝑹𝒊𝒏𝒅𝒖🍃
𝑺𝒆𝒃𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓 𝑳𝒂𝒈𝒊 𝑯𝒂𝒓𝒊-𝒉𝒂𝒓𝒊 𝑴𝒆𝒓𝒊𝒏𝒅𝒖 𝑫𝒊𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊🦋
𝑺𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝑯𝒂𝒓𝒊 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒍𝒖𝒔𝒂𝒏 𝑻𝒂𝒉𝒖𝒏 2019🎉🎈🏆
𝑺𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝑯𝒂𝒅𝒊𝒂𝒉 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌𝒌𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒊𝒔𝒂𝒉 𝑷𝒊𝒍𝒖 𝑰𝒕𝒖💔
𝑩𝒆𝒓𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝑴𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝑰𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒊𝒕𝒖🥀🕊
𝑬𝒑𝒊𝒍𝒐𝒈🦋

𝑻𝒆𝒎𝒃𝒐𝒌 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉🐥

533 67 15
By BearHalu


Playlist || Naff: Akhirnya Ku Menemukanmu.

              Aku membuka jendela kamar dengan hati yang riang, hari ini adalah pertama aku masuk ke sekolah setelah 2 minggu berlibur. Secercah sinar matahari pagi menyapaku seakan tersenyum bahagia denganku.

Aku Sora Agnesia, usiaku tahun ini 17 tahun murid kelas akhir di SMAN Nusantara. Aku baru saja kembali dari Jogja, setelah menghabiskan 2 tahun sekolah di sana akhirnya aku memutuskan kembali ke Jakarta dan melajutkan sekolah di sekolah lamaku.

Iya, waktu masa orietasi siswa selesai aku mutuskan untuk sekolah di Jogja dan tinggal bersama Kakek dan Nenek. Kala itu Ayahku mengalami sebuah kecelakaan saat pulang bekerja dan di sanalah hatiku terpukul saat dokter bilang nyawa Ayah tidak bisa diselamatkan.

Duniaku runtuh seketika, aku tidak tau harus apa, seakan arah untuk ke depan sana sangatlah berat. Ibuku pun sudah pergi meningglkanku lebi dulu, ia meninggal saat melahirkanku. Kata Ayah, Ibu adalah wanita paling cantik dan paling baik yang pernah ia miliki.

Alhasil, karena aku takut untuk tinggal sendiri di kota besar seperti Jakarta, aku memutuskan untuk pergi ke Jogja. Kampung halaman Ibuku.

Tapi, setelah 2 tahun berlalu aku mempunyai niat untuk kembali ke kota kelahiranku ini. Menetap kembali di rumah Ayah dan Ibu, walaupun harus seorang diri di rumah yang berukuran 50 meter.

Ya, aku bukan dari kalangan elit Jakarta. Aku hanya tinggal di perkampungan gang sempit, Ayahku pun hanya pegawai negeri sipil di kelurahan setempat dan dana pensiunan itulah yang menunjang kehidupanku selama ini.

Setelah beberes dan merapihkan data yang ingin aku serahkan ke kepala sekolah aku bergegas keluar dari kamarku ini dan tidak lupa mengunci semua pintu.

Langkah pelan menuju gerbang rumahku yang besinya sudah karat. Maklum rumah tua.

Kulangkahkan kakiku menuju ujung gang untuk menunggu angkutan kota, sebentar aku lihat jam tanganku. Sedikit terkejut saat jam sudah menujukkan pukul 7 kurang 15 menit.

Hatiku jadi takut sendiri, apalagi angkutan kota yang aku tunggu belum kunjung datang juga. Terlebih ini hari senin, upacara pertama sekolah sebentar lagi dimulai.

Resah hatiku, aku hanya bisa berdoa kalau angkutan kota yang kutunggu segera datang.

"Pasar minggu pasar minggu pasar minggu!!!"

Sedikit lega hatiku ketika suara kernet itu terdengar di telingaku, karena itu tandanya angkutan yang aku tunggu sudah datang.

Tanganku terjulur dan angkutan kota itu berhenti, aku masuk ke dalamnya, hal pertama menyambutku adalah, sumpek. Sepertinya bukan Jakarta namanya kalau tidak sumpek.

"Iya tarik!"

Angkutan kota yang aku tumpangi itu berjalan lagi, di dalamnya aku berdesakkan dengan beberapa penumpang, posisi aku berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk.

Perlajanan menuju sekolahku sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya 15 menit menggunakan angkutan seperti ini, tapi kalau keseringan berhenti untuk mengambil penumpang akan lebih lama.

Aku lihat jam tanganku lagi, sudah jam 7 kurang 5 menit sebentar lagi upacara dimulai, sedangkan angkutan yang aku tumpangi saat ini sedang berhenti untuk mengambil penumpang seorang ibu-ibu yang baru saja berbelanja di pasar.

Aku menarik napasku, sudah pasti telat aku.

Setelah menempuh perjalanan yang menyebalkan dan sedikit berdebar di jantung. Aku sampai di sekolahku, SMAN Nusantara. Hal pertama yang menyambutku adalah gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat dan hanya ada Babeh Sobri yang berjaga sambil menikmati kopi paginya.

Aku berjalan mendekat ke posnya, berharap kalau Babeh Sobri mau berbaik hati membukakan gerbang untuk aku.

"Babeh, tolong buka dong gerbangnya!" Babeh Sobri bangkit dari duduknya dan mendekat ke arahku.


"Aduh, biasa banget ini kaya gini!" ucapnya sambil menggelengkan kepalanya, sedangkan aku hanya tersenyum kuda saja.

"Ayolah, Beh. Ini hari pertama Sora masuk ke sekolah, mau nyerahin berkas pindahan juga. Please, Beh, kasihanilah Sora," ucapku dengan tangan yang memohon.

"Kaga bisa! Udah telat nggak boleh masuk!" balas Babeh Sobri dengan tegas.

Aku melemah. Lagi pula siapa sih yang tidak kenal dengan Babeh Sobri, seantero sekolah SMAN Nusantara saja mengenalnya. Dia itu menjaga sekolah yang paling susah diajak kerja sama sama semua murid.

Aku sudah pasrah saja, mau dibagaimanakan lagi. Aku melipir dari gerbang itu berjalan di atas trotoar, namun saat sedang berjalan pelan aku ditabrak oleh seorang cowok yang sedang menoleh ke arah belakang saja.

"Aduh, Kak, maaf, aku tidak lihat tadi!" ucapku dengan pelannya dan tidak berani menatapnya.

Cowok itu menghadap ke arahku, aku yang menunduk hanya bisa meremas jari-jari gempalku. Aku takut kalau dia marah kepadaku karena ucapanku tadi.

"Lo anak Nusantara?" tanyanya yang membuat aku langsung mengangguk namun masih tidak berani menatapnya.

"Gue juga anak Nusantara kok," imbuhnya.

Aku mendangak pelan, memberanikan menatap wajahnya, aku berpikir kalau dia dari sekolah lain, karena nama sekolahnya tertutup dengan jaket denim berwarna hitam yang ia pakai.

"Lo pasti telat!" tebaknya.

Aku mengangguk, namun tanpa aku duga-duga dia justru tersenyum ramah padaku. Aku terkejut kaget, kenapa ada seorang cowok yang bisa seramah ini padaku. Bukannya kenapa, tapi melihat bentuk tubuhku yang mengembang ini aku jadi heran dan aneh.

"Gue tau jalan pintas biar bisa masuk ke dalam. Mau ikut nggak? Dari pada nanti disuruh lari di lapangan 10 putaran, nanti berat badan lo turun. Nggak gemoy lagi, gimana?" tanyanya, tapi sedikit nggak enak di ujungnya.

Aku bingung, emang ada, ya? Setau aku jalan satu-satunya masuk ke sekolah cuma pintu gerbang.

"Emangnya ada?" tanyaku.

Cowok itu tersenyum lebih dulu dan aku langsung terpikat senyum tipis indah yang menawan, belum pernah aku melihat seorang cowok tersenyum kepadaku.

"Ada, di belakang. Mau ikut?" tawarnya lagi.

Aku berpikir sejenak, teringat aturan SMAN Nusantara kalau sudah telat berarti tidak boleh masuk dan itu adalah aturan mutlak. Tapi aku juga berpikir ke diriku, ini hari pertama aku masuk sekolah dan aku juga mau menyerahkan berkas pindahan ini ke kepala sekolah.

"Oke deh, ada di sebelah mana?" tanyaku.

Sudahlah, saat ini aku berpikir tentang diriku dulu. Soal aturan yang belaku aku belakangkan itu.

Cowok itu mengajakku ke arah belakang sekolah, aku masih ingat tempat itu di sana ada satu warung kecil tempatnya anak-anak nakal SMAN Nusantara nongkrong bahkan markas mereka untuk bolos pelajaran.

Aku melihat ada beberapa murid dengan seragam berlogo SMAN Nusantara ada di sana, di warung yang aku katakan tadi ada beberapa murid perempuan juga. Mata mereka semua tertuju padaku kala aku mengikuti langkah cowok yang ada di depanku ini. Aku jadi risih dengan tatapan mereka, bahkan aku sempat curiga kalau cowok ini akan mengerjai aku sepeti geng nakal yang selalu membully aku atau cowok ini adalah salah satu anggota gengnya?

Maklum saja, aku masih sangat trauma dengan masa orientasi waktu itu. Aku menjadi bulan-bulanan Kakak kelasku dan juga teman seangkatanku.

Oh, Tuhan, tolonglah hambamu ini!

"Nah, kita sudah sampai di gerbang kedua SMAN Nusantara!" ucapnya yang membuat aku mendangak karena sedari tadi aku hanya bisa menunduk saja.

Aku melihat gerbang yang "katanya" gerbang kedua. Keningku hanya mengerut kala melihat tembok belakang sekolah yang dijebol sampai memiliki lebar semeter lebih hampir 2 meter mungkin.

"Ini gerbang keduanya?" tanyaku tak percaya.

Cowok itu mengangguk. Serius, sejak kapan tembok itu jebol? Ini pasti kerjaannnya anak-anak nakal! Semua hal yang ada diisi kepalaku berterbangan ke udara, memikirkan kelakuan para murid nakal itu. Bahkan banyak yang masuk lewat sana, mulai dari murid laki-laki, perempuan, senior bahkan junior yang telat datang masuk lewat sini.

"Ayo masuk! Ladies first!" ucapnya mempersilahkan aku lebih dulu.

Dengan langkah pelan aku masuk ke dalam ke sekolah melalui gerbang kedua ini diikuti dia yang masuk juga. Sampai di dalam sekolah, aku terkejut ternyata ini tembusan dekat gudang sekolah, masih ada beberapa murid yang duduk-duduk di sana. Pasti tidak ikut upacara.

"Eeiits, Samboja bos pertahanan kita baru datang rupanya!" ucap murid laki-laki yang sedang duduk di meja yang sudah tidak terpakai.

Aku semakin risih dengan tempat itu, padahal masih di sekitar sekolah dan di hari itu juga aku mengenal nama cowok berjaket denim itu.

"Lo langsung ke kelas aja, upacara sebentar lagi selesai," ucapnya, aku hanya meresponnya dengan anggukan satu kali, tak sempat berterima kasih karena bibirku sudah terlalu kelu dan badanku seakan kaku di suasana seperti itu.

Aku langsung menjauh dari tempat itu berjalan sambil sesekali menoleh ke belakang sampai aku tertabrak oleh seseorang lagi. Sepertinya hari ini hari sialku.

"Eh maaf, ya?" ucap seseorang yang menabrakku.

Aku melihat wajahnya.

"Ibrahim?" tanyaku.

Seseorang itu diam dan menelisik wajahku.

"Sora!" ucapku karena aku tau dia pasti sudah lupa denganku.

"Ya ampun Sora?" tanyanya untuk meyakinkan.

Aku mengangguk, rasa berdegup dan takut itu seketika hilang saat bertemu Ibrahim di tempat anak-anak nakal itu. Sekilas kalian tau, Ibrahim itu kawanku kami sering mengirimkan pesan singkat waktu aku di Jogja, kabar yang aku tau tentang dia saat ini adalah menjabat sebagai ketua osis, ia juga sudah lama naksir temanku, Hafifah Sanjaya. Tapi Hafifah orangnya dingin, dia juga bersekolah di sini dan sekelas denganku juga, Hafifah juga mempunyai jabatan di organisasi tersebut, ia menjabat sebagai sektretaris osis.

Ibrahim menatapku dengan heran, mungkin dalam pikirannya ia bertanya. Kenapa bisa aku ada di sini?

"Lo abis ngapain, Ra?" tanyanya.

Aku menjadi kikuk dan tidak tau harus jawab apa ke Ibrahim.

"Aku jawabnya sambil jalan aja, ya, mau ke ruang kepala sekolah juga nih," jawabku yang memaksa Ibrahim untuk berjalan menjauh dari tempat kumpulnya anak nakal itu.

Dan hari itu menjadi pagi yang tidak bisa aku jelaskan gimana suasananya. Aku terlambat, melanggar aturan sekolah dan bertemu dengan geng anak nakal dan salah satunya bernama Samboja.





Sampai di sini dulu, ya.
Dan sebaiknya kalian follow juga akun wattpad media sosialku juga :")

Jangan lupa juga untuk vote dan komen di bawah agar aku lebih semangat nulisnya.

Maafkan juga jika banyak typo yang bertebaran tanpa sepengetahuan😊

Terima kasih sudah mau baca
Terima kasih sudah mau singgah
Salam hangat dari aku dan,
Sampai bertemu di bab berikutnya🐣

Continue Reading

You'll Also Like

KailAziel By amalia

Teen Fiction

60.8K 2.5K 10
[ Follow Sebelum Membaca -! ] Kaila Adelyn Anandyta, seorang gadis cerdas dengan sifat angkuh dan sombongnya. Kaila sangat di idolakan oleh para guru...
28.5K 844 14
Terimakasih Arkasa, karena telah hadir dan berhasil menjadi tokoh utama dalam kisah ini. Arkasa Dipta Sanjaya adalah pemeran penting dalam kisah hidu...