kita ini apasih ? • 7dream ✓

By dreyy__hn

4.1K 366 3

"Dream aja! Pemimpi! Keren ga tuh!" "Pemimpi itu Dreamer goblok! Dream itu mimpi!" "Ya santuy aja kenapa si... More

𝗗𝗿𝗲𝗮𝗺.
01. SBTP
02. Ya Karena Kita Ini Sama
03. Abang Tua Kenapa Sih?
04. Jangan sakit lagi ya?
05. Sepi, Kapan Pulang?
06. Orang Tua dan Keluarga
10. We're Right Here
07. Abang terus, aku kapan?
09. Farewell Not, We're Here
11. Graduation doesn't mean farewell
[Epilog] Kita ini Apa Sih?

08. Trip to the Beach

236 33 2
By dreyy__hn

"Weekend nongki kuy."

"Skip, gue lagi bokek."

"Halah nongki doang, udah lo jajan kopi aja, Jaem."

"Gue belom dikasi uang jajan sama papa ya tan, uang gue habis gue buat projek ekstra kemaren."

"Gapapa bang, gue bayarin."

Jaemin langsung menoleh ke arah Chenle dengan tatapan yang datar. Ia tidak kaget dengan kelakuan adik kelasnya yang satu itu. "Gampang amat lo ngomong, tan." Chenle menatapnya bingung. "Tan? Setan? Lah salah gue apa bang?" Tanya Chenle bingung. "Sultan Le, sultan. Bukan setan. Mau ngomong sul ntar dikira gue manggil lo samsul." Balas Jaemin yang mendapatkan tabokan oleh sang kembaran. "Ya lebih mending sul lah daripada tan!" Jaemin hanya balik menatap Jeno tajam. "Apa apa? Nak lawan?" Tanya Jeno.

"Kek familiar aja tu kalimat." Ujar Jisung mencoba memikirkan dimana dia mendengar kalimat itu. "Doraemon anjir!" Haechan langsung menatap sang teman. "Doraemon asalna? Jelas jelas itu dari Spongebob bego!"

"Punya temen ga ada yang pinter! Itu dari Upin Ipin bego! Jelas jelas bahasa itu melayu!"

"Upin Ipin otak lo! Dikira yang dari Malaysia cuma Upin Ipin kali ya. Itu dari Boboiboy anjir! Astaga bukan temen gue lo pada."

"Dih, emang lo temen gue? Orang temen gue cuma Naruto."

"Haechan stress."

Mark hanya memandang enam temannya itu, yang otaknya hampir tidak ada yang waras. Ah, dia tidak mengaca sepertinya. Padahal dia itu sebelas dua belas dengan mereka. Ya awalnya sih dia cuma pemuda normal, kalem, punya malu, tapi setelah ketemu mereka? Mark sering bertanya kemana perginya sikap sikap nya itu.

"Pantai Gunung Kidul, kuy."

Perdebatan mereka terhenti. Dan Mark agaknya menyesal mengatakan itu, karena sedetik setelahnya一

"WOAH! AYO BANG! NGINEP JOGJA HAYU!"

"PINTER JUGA LO BANG. KUY LAH, GUE BOBOL CELENGAN GUE DULU."

"GAS LAH BANG."

"HAYOK LAH BANG. NTAR PAKE SUPIR KELUARGA GUE AJA BANG."

"HAYOK LAH. SEKALIAN KE HARTONO YA BANG? GUE MAU BELI PARFUM BARU DISANA."

一gendang telinganya serasa ingin pecah. Beruntung sekali mereka di rumah Chenle saat ini, dan rumah Chenle saat itu sedang sepi. Tidak ada orang kecuali mereka, pembantu pembantu Chenle kebetulan saat itu diliburkan. Jika mereka sedang di tempat umum, Mark tidak akan menganggap mereka teman.

"Jadi gimana? Fix ga? Kalo fix gue isi bensin dulu dah. Habis bensin gue dipake nganter anak anak mondar mandir nyari sponsor kemaren." Tanya Mark memastikan. "Pake mobil lo bang? Ga pake mobilnya Chenle aja?" Tanya Renjun ragu. "Mentang mentang lo baru dapet SIM bang. Ga ah gue takut kenapa napa." Mark memandang mereka tidak percaya.

"Gue emang baru dapet SIM tapi yang nyetirin lo pada sampe Semarang siapa kalo bukan gue hah? Punya temen ga ada akhlak ya kaya gini."

Yang lain hanya cengegesan. "Mobil lo aja bang? Pake mobil gue juga ga?" Tawar Jeno, karena hanya dia dan Mark saja yang bisa menyetir. Ya sebenarnya Jaemin bisa, tapi dia nya ogah ogahan kalau disuruh menyetir. "Irit bensin." Katanya, namun semua juga tahu, sebenarnya si maniak americano itu malas menyetir saja.

"Udah mobil gue aja. Gue ntar bawa Brio papa gue. Lagian lo pada kurus kurus ntar pasti ada tempat sela." Bantah Mark. Yang lain hanya bisa pasrah, ya memang ucapan Mark itu benar.

"Besok Sabtu kumpul rumah gue jam 8 pagi. Males gue harus nyamperin rumah lo pada satu satu."

___

Perjalanan dari kota mereka ke Jogja sebenarnya hanya 3 jam cukup, tapi karena mereka memaksa Mark untuk mampir ke sana sini, jadilah mereka baru sampai di salah satu pantai Gunung Kidul jam 2 siang. Jam panas panas nya.

Bawaan mereka juga cukup simpel.  Bahkan lihat, Jaemin sama sekali tidak membawa apa apa. Hanya membawa dompet dan handphone nya. Mark, Chenle, dan Jisung sampai cengo melihatnya. Yang lain? Sudah jadi hal wajar.

"Tuh ada di tas Jeno. Kalo ada yang mau bawain ngapain bawa sendiri?"

Dan mereka baru sadar, tas Jeno memang lebih besar dari biasanya. Dan lebih berat. Karena Jaemin一 tanpa ada rasa bersalah membawa kameranya yang beratnya melebihi laptopnya itu. Jeno cuma senyum, senyum melihat kembaran kesayangan nya itu. Dalam hatinya, ia sudah merencanakan sebuah rancangan balas dendam.

Renjun dan Haechan sudah mewajarkan hal itu. Ya karena mereka tidak jarang menjadi korban Jaemin. Walau paling sering Renjun, karena Jaemin takut barangnya di apa apa kan oleh Haechan.

Kembali lagi, mereka masih ada di mobil. Enggan keluar karena "masih panas" dan "malas". Mark sudah memarahi mereka, namun ya cuma dianggap angin. Memang kasihan Mark, untungnya dia anak sabar :)

"Udah cepetan keburu rame! Nanti tinggal pasang payung aja bisa kan!"

"Alah bang Mark santuy lah bang. Masih jam 2, di luar masih panas. Ntar kita keluar jam 3 an oke? Sekalian sunset. Oke." Mark hanya menggeram kesal mendengar Chenle walau akhirnya dia juga kembali ke posisi awalnya dan mulai bermain online game.

"Eh btw Njun, Senin ga ada PR ato ulangan kan? Nginep Jogja yok." Usul Haechan. "Gue sama Jeno ga ada yang bawa baju anjir. Ga usah aneh aneh deh Chan." Tolak Jaemin. "Halah tinggal beli di mall mana kan ada. H&M Hartono kan bisa Jaem." Balas Haechan. "Mending habis ujian deh Chan. Sekalian nginep seminggu dimana gitu一 ah stupid Freya!" Ujar Mark masih fokus dengan game nya. "Nginep villa gue di Tawangmangu aja bang. Sekalian melipir ke Solo." Balas Chenle. "Ya udah. Habis ujian 3 minggu lagi kan?" Tanya Haechan yang diangguki Jisung.

"Mau jam 3, mau keluar kapan?" Tanya Jeno sehabis melihat jam di display handphonenya. "Jam 14.31 nanggung bang. Jam 3 seperempat aja dah. Moleg kuy?"

"Skip ah Ji. Lo noob pake Miya."

"Ya makanya ajarin lah bang. Sana kan jago marksman."

"Gue cuma jago Lesley anjir. Jeno tuh jago Miya juga."

___

Jam 3 lewat 20 menit mereka baru keluar dari mobil, itupun hasil paksaan Renjun. Kalau tidak dipaksa? Ya mungkin mereka akan mendekam di mobil sampai jam 6 sore. Lagipula, mereka tidak akan bisa melawan seorang Rendy Juana. Kecil kecil begitu badannya, tapi Renjun bisa membuat orang masuk rumah sakit dengan badan kecilnya. Intinya jangan macam macam dengan Renjun kalau tidak mau masuk rumah sakit.

Anyways, kembali lagi ke cerita. Pantai itu sudah lumayan sepi, ya lebih sepi dibanding sebelumnya. Mereka memutuskan untuk membuat tempat untuk berteduh dulu. Mark dan Haechan membuat tempat teduh. Sementara Jeno dan Jaemin memilih bermain voli, dan terakhir Renjun, Chenle, dan Jisung memilih untuk berenang di laut.

"Oi Na! Jen! Itu tiga orang tanyain dong udah pake sunblock belom!"

Pertanyaan Haechan dibalas anggukan oleh Jaemin. Tak lama, Mark dan Haechan ikut keduanya bermain Voli. Jaemin dan Haechan melawan Jeno dan Mark. Dan tebak tim siapa yang menang? Jaemin dan Haechan. Agak terkejut awalnya, tapi Jaemin memang punya skill voli yang baik, begitu juga dengan Haechan yang pernah ikut klub voli saat kecil.

Setengah jam mereka bermain akhirnya mereka berhenti. Haechan memutuskan untuk bergabung dengan Renjun berenang, sementara yang lain memutuskan bersantai. Chenle dan Jisung meminum kelapa, dan Jaemin sibuk memfoto banyak hal.

"Oi bang, nengok dong."

Mark menoleh, dan dihadiahi sebuah cekrekan kamera. "Nah cakep."

"Jarang jarang lo muji gue cakep, Jaem. Kesambet apaan lo?"

"Muji salah, ga muji salah. Emang serba salah gue. Gue bilangin Jeno ntar."

"Dih ngadu."

Keduanya kembali berdebat. Hingga tidak sadar ada kamera lain yang memfoto mereka.

Ckrek.

Baru keduanya menoleh, mendapati Renjun yang sedang memfoto mereka dengan kamera polaroid miliknya.

"Nah diem kan." Ujar Renjun memberikan polaroid hasil jepretannya ke mereka. Memang skill fotografi Renjun tidak sebagus Jaemin, tapi hasilnya benar benar bagus.

"Sumpah Njun lo ngeselin banget. Untung gue pas cakep disini. Kalo ga gue minta ulang."

"Btw Haechan mana? Udah puas renang lo berdua?" Renjun mengendikkan dagunya ke arah dimana Jeno yang sedang menghindari Haechan.

"Lepas Chan! Lo bau laut anjir!"

"Kalo gue ogah gimana?"

Jeno masih berusaha memberontak dari pelukan Haechan, tapi Haechan masih kukuh memeluknya. Jeno menolak Haechan, tapi Haechan masih tetap memeluknya erat.

Ckrek.

"Wah masukin IG gue kece nih. Gue kasih tag lo berdua ntar tenang aja."

Jeno dan Haechan menoleh ke arah sumber suara. Jaemin sedang memfoto mereka, Mark dan Renjun yang tim nyimak. "Heh hapus ga Jaem? Jangan masukin IG anjir! Image gue gimana heh!" Jeno akhirnya bisa lepas dari pelukan Haechan, dan langsung berusaha mengambil kamera dari tangan Jaemin. Jaemin mengangkat kameranya tinggi tinggi, agar Jeno tidak bisa mengambilnya, walau tinggi mereka sama. "Gapapa Jen, kece! Gue tunjukin ke papa juga papa bakal bilang suruh post!"

"Gapapa Na! Masukin IG! Jangan lupa tag gue supaya bisa gue repost ya! Send gue juga ntar fotonya!"

"Yoi bro!"

"Lah si dua bontot kemana?" Tanya Jeno begitu menyadari absen nya Chenle dan Jisung. "Tuh adek adek kesayangan lo!" Renjun menunjuk ke arah tempat teduh yang dibuat Mark dan Haechan tadi. Chenle dan Jisung sedang bersantai.

"Enak banget ga tuh dua orang. Dateng dateng langsung tiduran ga usah buat." Protes Haechan bercanda.

"Biarin lah Chan. Demi adek kesayangan." Ujar Renjun tersenyum ke arah mereka.

___

Langit sudah mulai gelap. Sudah jam setengah 6 sore dan mereka enggan pergi dari pantai itu. Mereka memilih untuk duduk bersantai menikmati pemandangan langit malam.

Tidak, tidak ada perbincangan, hanya deruan angin dan ombak yang terdengar. Hanya ada beberapa yang tetap tinggal di pantai itu. Mereka salah satunya. Mereka memilih untuk fokus ke pikiran masing masing, memandang langit yang entah kenapa lebih indah hari ini, anggap saja ini sebagai hadiah atas kerja keras mereka selama ini.

"Bang.. tiap tahun liburan gini yuk." Ujar Jisung tiba tiba. Mark menoleh ke arahnya. Ia tersenyum memandang adik kelas yang sudah ia anggap sebagai adik kandung itu. Jaemin yang kedua menoleh, ia mengusak rambut hitam milik Jisung. Lalu perlahan yang lain pun ikut menoleh ke arahnya. "Diusahain, Ji. Kita ga tau apa yang bakal terjadi di masa depan, kan? Bisa aja kita sibuk sama urusan masing masing.." ujar Renjun padanya.

"Tapi kan seru tuh bang, kalo kita bisa kesini bareng keluarga kita nanti. Lihat anak anak kita ntar lari larian.. kaya kita.." lanjut Jisung. Jeno tersenyum simpul. "Iya.. semoga.. ya Ji."

"Yang gue mau ya satu aja.. kita bisa tetep bareng.. sampai usia nanti.." Ujar Mark merangkul dua orang disampingnya, Renjun dan Jisung. "Itu mah pasti, bang! Wajib itu!" Balas Jisung semangat.

"Mau nyalain kembang api?"

Pertanyaan dari Chenle membuat semua mengalihkan perhatian ke arahnya. "Lo bawa??" Tanya Haechan agak kaget. "Iya. Gue udah yakin pasti kita disini sampe malem, jadi gue bawa beberapa." Yang lain terlihat agak tidak percaya, Chenle membawa kembang api. "Emang Chenle unpredictable banget."

Chenle mulai mengeluarkan beberapa kembang api dari tasnya, lalu membagikan ke teman temannya satu persatu. "Udah dapet semua?" Tanya Chenle yang dibalas anggukan. Chenle langsung menyalakan kembang api miliknya, lalu membagikan apinya dengan yang lain. Setelah itu, ya, mereka berlarian di pantai.

Perpaduan dari gelapnya langit dan cahaya dari kembang api, benar benar menakjubkan. Mereka berlari seolah olah tidak memiliki beban hidup satupun. Saling mengejar, meneriaki nama satu sama lain, sama sekali tidak mengenal lelah.

"Udah ah gue capek gila."

"Lemah lo Ji baru segitu aja capek." Ejek Chenle pada Jisung.

"Kalo kata orang orang, pemain basket can't relate." Balas Jisung dengan aksen inggris yang ia buat buat. "Ya udah gantinya lo kita ceburin ke laut aja gimana?" Usul Haechan. Belum sempat Jisung menjawab, tiba tiba ia sudah diangkat oleh Mark, Haechan, Renjun, dan Chenle.

"WEH WEH BANG MARK, BANG HAECHAN, BANG RENJUN, CHENLE TURUNIN GUEE!" Teriak Jisung memberontak dari angkatan keempat temannya. Namun empat lainnya seakan tidak peduli. Dan akhirnya usaha Jisung sia sia.

Ia tetap jatuh ke laut.

"Dingin anjir bang!"

Yang lain hanya tertawa. Kecuali Jaemin yang sedang memfoto kejadian itu. Jeno langsung memberi Jisung handuk kering dan langsung disambar Jisung. "Makasih, bang!" Balas Jisung mengeringkan rambutnya yang basah.

"Si Jisung kan udah, sekarang gantian bang Mark!" Mark yang namanya dipanggil hanya menoleh, lalu mendapati tubuhnya sudah diangkat oleh Haechan, Renjun, Chenle dan Jeno. "Apa salah gue anjir?! Turunin gue heh! Jen lo ngapa ikut ikutan?!" Protes Mark namun dihiraukan Jeno.

Mark memberontak, tentunya. Sampai saatnya 'melempar' Mark, Mark berhasil menggandeng Haechan, alhasil Haechan ikut jatuh dengan Mark. Yang lain hanya tertawa terbahak bahak sambil berlari menjauhi keduanya.  Keduanya berjalan kembali ke yang lain, namun belum sampai ke tempat mereka, tiba tiba Renjun menggandeng tangan keduanya, dan keduanya reflek menggandeng tangan yang lain.

Mereka saling menggandeng.

Dan berlari, menuju laut. Menikmati dinginnya udara dan dinginnya air laut.

Seakan akan tidak ada hari esok.








Rasanya kaya baru kemaren ya..

___

To Be Continued

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 62.5K 83
"because water is the only thing that could tame his inferno." ༄ where two distraught prodigies find sense in each other. COMPLETED ✓ BOOK TWO OUT NO...
1.1M 68.1K 50
↯ In which 6 teenagers join a club that mends their broken hearts
2.3M 111K 72
◆ Mafia/Gang au ◆He has a bad reputation and insatiable habits
2.8M 111K 62
➳ Mafia/Gang au ➳ "You're too innocent Areum, I'd ruin you."