[✔] Klub 513 | Hidden Chapter...

Wiki_Dwiki द्वारा

86K 21.7K 4K

Juyeon : "Jadi kita ber empat dikutuk ama Seonghwa, gitu?" Moonbin : "Gaada yang namanya kutukan, yang ada it... अधिक

Prologue : "Let Death Make a Room"
Para Akang Ganteng :')
1. Ketakutan Akibat Trauma
2. Kebetulan Mengerikan
3. Di Tempat Yang Sama
4. Panggilan Dari Masa Lalu
5. Kelipatan Dua
6. Saling Terhubung
7. Bunga Aster Yang Tenggelam
9. Lingkaran Terang, Lingkaran Gelap
10. Susunan Angka
11. Ingatan dan Ketakutan
12. Kisah Raja, F dan A
13. Jalan Petunjuk
14. Kotak Merah Berisi Kematian
15. Utopia Dalam Anarkisme
16. Malam Gelap, Saksi Bisu Kematian
17. Sepanjang Masa
Epilogue : "Semua Baik Baik Saja Sekarang"

8. Kepingan Aster, Si Bunga Kecil

3.2K 1K 154
Wiki_Dwiki द्वारा

.
.
.

    Moonbin, setelah ini jangan menangis, ya?

    Aku benci banget kalo kamu nangis...

    Hwa suka banget ama bunga Aster...

    Kamu bunga Asterku..

    Karena itu jangan menangis..

    Kumohon..

    Kumohon, lakukan apapun..

    Apapun selain menangis..
  
  
• —    • • •    —    •    • — •
     
   
    Kau egois, karena itu kau mengatakan kisah yang lebih baik untuk dirimu sendiri..

    Melihatmu membuatku iba..

    Melihatmu membuatku tau jika manusia memilikinya..

    Memiliki rasa untuk bersimpati pada manusia lain..

    Kau mengajariku untuk berbuat baik..

    Awal kisah dimana Utopia itu bermula..

    Adalah tentang aku yang mengasihani keberadaanmu sebagai manusia..
  
  
  
  
    Ketika Moonbin membuka mata, dia merasa pusing yang teramat di kepalanya juga bau busuk seperti bau bangkai yang menguar dari sekitarnya. Dia tak begitu bisa melihat dengan jelas karena tempat dimana dia berada sekarang cukup gelap. Setelah dia menyadari adanya sensasi basah di tubuhnya, dia ingat jika baru saja terjungkal ke dalam sumur.

    Dia bangun dari posisinya dan bersyukur karena air dalam sumur itu hanya sebatas pinggangnya. Dia meraba dinding dan merasakan ada sesuatu seperti ukiran ada di sana. Moonbin tak bisa melihatnya karena gelap.

 
  "MOONBIN! LU MASIH HIDUP, NGGAK?!" Teriak seseorang dari atas.

    Reflek Moonbin mendongak dan menemukan muka Hongjoong kayak lagi nahan ketawa. Dikiranya Moonbin sekarang lagi ngelawak banget gitu jatuh kejungkal ke dalam sumur.

  "Masih." Jawab Moonbin sewot.

  "Lu salah sumur anjir! Sumurnya ada di selatan, bukan di utara. Ga kaget, sih.. lu kan buta arah mata angin. Ada harta karun nggak disana?" Tanya Hongjoong.

  "Disini gelap kek masa depan lu, Joong. Mana bisa gua liat ada harta karun atau nggak. Gua berdiri di batu tapi kok banget licin, ya?" Moonbin berjongkok, menyentuh sesuatu yang ada di bawah kakinya.

  "Batunya lumutan kali." Ucap Hongjoong.

  "Beda, kayaknya bukan—"

    Moonbin langsung menggigit lidahnya saking terkejutnya dengan apa yang menjadi spot dia berdiri. Tangannya mengangkat sesuatu itu dari air dan Moonbin hampir muntah tatkala Hongjoong menyorot benda itu dengan senter hpnya.

  "Mo—Moonbin itu—" Hongjoong sama terkejutnya.

  
    Apa yang Moonbin temukan adalah sesuatu yang paling tak ingin siapapun temukan ketika terjebak di dalam sumur yang sudah mati. Karena yang moonbin temukan adalah sebuah tengkorak manusia. Dengan nyali yang tersisa, Moonbin kembali mencari potongan tulang lain, dan dia menemukannya, salah satu tulang dari rusuk manusia. Ternyata ini bau busuk yang Moonbin cium tadi?
 
 
  "Hongjoong, panggil. Sekarang!"

  "Tunggu dulu," Ujar Hongjoong, tak lama senyum khas Hongjoong nampak. Rasanya, sudah lama sekali Moonbin tak melihat senyum yang manis namun karismatik itu.

    Bukan, itu bukan senyum seorang psikopat yang bernafsu untuk membunuh mangsanya, namun lebih nampak seperti seorang bajak laut yang menemukan kapal lain yang bisa dia bajak, atau seorang Peterpan yang menemukan petualangan baru di dunia yang baru pula.

  "Mari kita lihat seberapa besar petunjuk yang bisa potongan tengkorak itu katakan pada kita." Ucap Hongjoong.

*

    Juyeon duduk di sofa sambil menatap heran Jungwoo yang mulai mengamati tengkorak yang tersusun kelewat rapih di atas meja makan. Dia bahkan belum sarapan tapi perutnya terasa mual dan tak mau diisi. Anehnya, kawannya yang polos itu tampak tenang melakukan 'ritual' pada tengkorak itu.

  "Ngomong ngomong, gua kagum ama Hongjoong yang seorang guru Fisika bisa nyusun kerangka manusia se rapih itu." Ucap Juyeon.

  "Itu pelajaran dasar, Juyeon. Keliatan banget kalo lu sekolah modal nekat doang." Julid Hongjoong.

  "Gua modal gebukin anak orang." Koreksi Juyeon.

 
    Jungwoo melepas maskernya dan menghela nafas panjang, dia ga ahli di bidang otopsi, tapi melihat para residen dan spesialis Forensik melakukan pekerjaan mereka, membuat Jungwoo sedikit banyak mengetahui dasar dasarnya.

  "Gimana?" Tanya Moonbin.

"Aku ga nemuin banyak hal karena aku bukan ahlinya, tapi aku bisa pastiin satu hal kalo tengkorak ini punya cewek. Umurnya sekitar delapan sampai sepuluh tahun. " Jawab Jungwoo.

  "Lama meninggalnya?" Tanya Hongjoong.

    Jungwoo menggeleng tak tau, "aku tak tau, air udah ngancurin banyak data. Kalo pakai peralatan RS pasti kedeteksi."

  "Sumur tempat Moonbin nemuin tengkoraknya agak jauh dari pondok. Paman punya indra pendengaran yang kelewat buruk, karena itu paman tak tau jika anak ini ada di sana. Lagipula siapa yang ingin membuang waktunya untuk mengunjungi sumur yang udah mati? Mungkin ada anak dari kampung yang main di sana dan jatuh ke dalam sumur dan gaada yang nemuin sumurnya." Ucap Moonbin.

  "Dia gabisa teriak minta tolong karena tenggelam?" Tanya Juyeon.

  "Sumurnya mati, hanya ada air yang seharusnya ga cukup buat bikin dia tenggelam." Balas Hongjoong.

  "Berarti dia mati disana karena menunggu bantuan? Mengerikan sekali.." Ucap Jungwoo lirih. "Orang tuanya pasti khawatir dan mencarinya, kan?" Tanya Jungwoo.

  "Jawabannya simpel, Jungwoo.. sama kayak kita, dia kemungkinan gapunya siapa siapa. Beberapa anak percaya jika pondok ini adalah kastil hantu, beberapa anak sering datang untuk uji nyali, tapi mereka tak pernah datang sendirian dan selalu membawa teman. Jika dia benar terjatuh, seharusnya ada teman yang memberitakan tentangnya, namun tak ada, ada dua kemungkinan, kawannya yang dia ajak ke sana mendorongnya atau dua menang pergi ke sini sendirian." Jelas Hongjoong.

  "Walaupun lu bilang gitu.. lu tetep nggak yakin karena dia mayat seorang gadis, kan?" Tebak Juyeon sambil tertawa.

  "Memang, tapi ga menutup kemungkinan kalo dia datang ke sumurnya sendirian. Lagipula setelah polisi datang, kemungkinan mereka akan membawa kerangkanya ke RS untuk otopsi, kan? Kita bisa tunggu hasil labnya keluar dan kita akan tau siapa anak ini."

  "Jika tak bisa diidentifikasi?" Tanya Jungwoo.

  "Pasrah." Ucap Juyeon.
 
 
  "Bagaimana dengan paman Rudi?" Tanya Moonbin.

    Jungwoo mengangkat sebuah botol bewarna putih, "kematiannya Paman Rudi bukan sebuah kebetulan. Aku nemuin ini ada di bawah tempat tidur, nggak jauh dari mayatnya paman."

  "Botol apa itu?" Tanya Moonbin.

  "Obat, Trihexyphenidyl." Jawab Jungwoo.

  "Obat buat penyakit Parkinson, kan? Loh? Paman menderita penyakit itu? Gua baru tau." Sentak Moonbin.

  "Kita semua baru tau, Moonbin.. dan kemungkinan paman bukan meninggal karena penyakitnya itu tanpa sengaja, dia sengaja mengonsumsinya dalam jumlah banyak hingga overdosis dan kemungkinan terburuknya, dia meninggal karena gagal jantung." Jelas Hongjoong.

  "Tapi kenapa paman ngelakuin itu?" Tanya Moonbin.

  "Kemarin paman udah bilang, kan? Dia gamau kita tau yang sebenernya, dia minta kita buat berhenti, sebaiknya kita ga main main ama apa yang Seonghwa simpan." Jelas Juyeon.

  "Sampai segitunya.." Pikir Moonbin, "lalu? Apa yang kita lakukan sekarang? Satu satunya orang yang bisa kita andalin udah meninggal sekarang, terus kita gimana?"

  "Kita cari tau sendiri." Tawa Juyeon.

  "Caranya?"

    Juyeon tertawa, "Seonghwa udah ngasih kita petunjuk. Batu nisan, bunga aster, taman bermain dengan huruf A dan F yang mencolok, Enola, dan lirik lagu masa lalu. Kita tak punya pilihan lain selain menguraikannya sendiri."

  "Gua kira.." lanjut Juyeon, "gua kira, ini semua tentang ingatan kita. Ada sesuatu yang diubah, tapi gua gatau apa. Hongjoong, lu bilang kalau siapapun yang bicara ama Seonghwa ada berada dalam dua pilihan merugikan, dikendalikan atau dibiarkan tetap bicara di bawah pengawasannya."

    Hongjoong mengangguk, "dia bisa melakukan itu sejak berumur lima tahun. Seonghwa memprogram ulang mereka."

  "Kita juga tau jika Hongjoong tak berbohong, mengingat empat belas tahun lalu, Ayah gua melakukan hal mengerikan itu juga berada di bawah pengawasan Seonghwa. Klub 513 juga sama, begitu pula Ayah Sunwoo yang 'diprogram' ulang oleh Seonghwa guna menyelesaikan chapter Pedagang Sumatra. Paman bilang jika chapter dongeng terakhir ada pada kita, tergantung bagaimana kita menyelesaikannya."

  "Artinya?" Tanya Jungwoo.

  "Pemain dongeng itu adalah kita, Jungwoo. Jalan cerita itu adalah ingatan kita tentang Seonghwa. Paman juga bilang begitu.." Jawab Juyeon..

    Hongjoong terkesiap di tempatnya berdiri, "lu mau bilang kalau kita juga di program ulang?"

    Juyeon mengangguk, "awalnya ini cuma dugaan gua doang, tapi dia ngelakuin itu di ingatannya gua, ga menutup kemungkinan kalau dia dia ngelakuin hal sama ke kalian. Ingatan akan kembali, seiring berjalannya waktu, jikapun Seonghwa membawanya mati. Sekarang, ingatan apa yang hilang dari kita, itu yang jadi persoalan utama."

  "Hongjoong, harusnya lu tau banyak soal ini, kan?" tanya Moonbin.

    Hongjoong menggeleng, "gua ga inget apa apa tentang itu. Jikalau yang Juyeon omongin itu bener, ga salah lagi ingatan yang hilang dari gua itu tentang dongeng Raja Abuwayna."

  "Kenapa ingatan itu diubah ama Seonghwa?" Tanya Jungwoo.

    Hongjoong kembali menggeleng tak tau, "gua bahkan ga inget isi ceritanya, Jungwoo, apalagi alasan Seonghwa cerita itu ke gua dan dia sendiri yang nyamarin keberadaan ceritanya?"

  "Juyeon bejo banget karena bukan cuma Seonghwa yang nyembunyiin kebenarannya, gua juga tau tentang kematian keluarga Abuwayna kala itu. Kita sama sama ngalamin trauma.. alami, gua rasa. Kita pas itu masih kecil, anak kecil yang emosional, Seonghwa tau tentang itu, dan dia gantiin kepingan itu dengan hal yang lebih baik atau yang lebih buruk, perlahan tapi pasti, kita lupa sama keberadaan traumanya." Lanjut Hongjoong.

  "Gimana caranya buat ingatan itu balik?" Tanya Jungwoo.

  "Itu masalahnya.." Ucap Juyeon sambil menguap lebar. Dia benar benar kurang tidur gara gara drama hidup yang ga kelar kelar.

  "Sekarang kita harus panggil polisi sebelum kita sendiri yang kena imbasnya." Ucap Hongjoong.
 
  
 
    Singkat cerita, mereka memanggil polisi dan tak perlu waktu lama sebelum polisi datang ke pondok Denzel. Setelah memberikan kesaksian masing masing, mereka dipersilahkan pergi, namun Juyeon menolak dan menahan ketiga saudaranya untuk tetap di sana mencari petunjuk lain yang Seonghwa tinggalkan.

    Sama sama keras kepala, Juyeon terlibat adu argumen dengan salah seorang polisi. Juyeon beranggapan jika pondok ini milik mereka dan polisi tak punya hal menggeledah tanpa sepengetahuan pemiliknya. Melihat perdebatan itu, Hongjoong hanya tertawa di sana, sesekali bertepuk tangan ketika satu dan dua kata kata kasar keluar dari mulut Juyeon.
 
 
  "Keributan apa ini?!" Sebuah suara garang terdengar, mereka menoleh dan menemukan inspektur polisi telah tiba di TKP. Sebelumnya orang itu tak ada di sana dan baru tiba setelah menyelesaikan urusan lainnya.

  "Pak Eunhyuk! Selamat pagi." Ucap polisi—rival Juyeon debat tadi sambil memberi hormat.

    Setelah membalas sapaan dari bawahannya, Eunhyuk menatap satu per satu keluarga Zahuwirya hingga matanya bertemu dengan milik Moonbin. Pemuda itu menatapnya dengan raut muka normal yang ditunjukkan pada orang asing. Namun, Eunhyuk justru terkejut melihatnya.

    Inspektur polisi itu mendekat, guna melihat lebih jelas serta memastikan jika matanya tak salah mengenali orang lain. Tapi Eunhyuk yakin, jika pemuda di depannya ini adalah Moonbin yang dia kenal.

  "Lama tak bertemu." Ucap Eunhyuk.

    Moonbin mengerutkan kening, "Maaf?"

    Eunhyuk terkejut mendengar pertanyaan itu. "Kau tak mengenaliku? Aku Eunhyuk Mahawira, kakakmu, Moonbin.."

 
    Kini bukan hanya Moonbin yang terkejut, namun anggota keluarga lainnya juga terkejut bukan kepalang mendengar penuturan Inspektur polisi itu. Yang mereka tau, Moonbin bertemu Hongjoong ketika SMP, dia seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Kedua orang tuanya meninggal karena kebakaran. Moonbin menjadi anggota keluarga Zahuwirya setelah Seonghwa memaksa Paman Rudi untuk mengadopsi Moonbin.

 
  "Aku tak menyangka kau masih hidup." Ucap Eunhyuk sambil menunjukkan senyum remeh.

  "Anda pasti salah orang." Moonbin menggeleng.

  "Berapa banyak orang yang memiliki nama Mahawira di negara ini, Moonbin? Apa kau akan memulai kebakaran lagi?" Tanya Eunhyuk.

    Moonbin adalah tipe orang yang akan marah ketika kebingungan. Karena itu, keadaan ini membuat emosinya naik drastis. "APA MAKSUDMU?! AKU BAHKAN TAK MENGENALMU!"

  "Kau luar biasa masih bertahan setelah apa yang Ibu lakukan padamu, bagaimana kau melakukannya?" Eunhyuk tampak tak peduli dengan ucapan Moonbin.
 
  
    Jungwoo yang menyadari jika tangan Moonbin terkepal, langsung menarik mundur saudaranya itu. Hongjoong dan Juyeon berdiri dari antara Eunhyuk dan Moonbin, menengahi keduanya.

  "Sebelumnya maaf, Pak Inspektur... Tapi kami mengenal Moonbin sebagai anak tunggal dari keluarga Mahawira, kedua orang tuanya sangat menyayangi Moonbin dan mereka meninggal karena kebakaran—"

  "Siapa yang membuat dongeng indah itu?" Sela Eunhyuk, "anak itu sangat dibenci oleh keluarga Mahawira, tak ada yang menginginkannya hidup di dunia ini. Begitu pula aku."
 
  
Moonbin, kamu egois..."
  
  
  "Aku kira dia tak akan bertahan setelah apa yang Ibu kami lakukan padanya. Siapa yang bisa bertahan di rantai di dalam sumur gelap selama berhari hari tanpa makanan?"
  
  
Kau memberi tahu dirimu sendiri kisah yang lebih baik."
  
 
  "Aku tak tau siapa yang memberikan ide itu padanya, tapi anak itu memulai kebakaran dan membunuh seluruh keluarga Mahawira, aku selamat karena aku berada pada pelatihan polisi kala itu." Jelas Eunhyuk sebelum jarinya menunjuk muka Moonbin.

  "Anak pembawa petaka, bukan begitu? Aku sangat terkejut karena ada yang mau mengadopsi anak seperti dia, aku khawatir dia akan memulai kebakaran lagi. Aku selalu ingin bertemu dengannya, untuk membalas dendam, namun, setelah aku melihatnya lagi, haha, seseorang merubah ingatannya? Apakah dia sedang ber akting atau memang begitu?"
 
  
Hwa akan membantumu menulis ulang ceritanya..."

Aku akan membantumu..."

Tapi kumohon, kumohon apapun selain menangis..."

Aku membenci mereka dan aku akan menghilangkan mereka untukmu.. mereka tak berhak melakukan itu padamu, Aster."

Aku tak suka melihat bunga asterku menangis.."

Kau identik dengan api, jadi memulai kebakaran akan memudahkanmu untuk membunuh mereka yang menyakitimu.."

Moonbin, kau adalah keluarga kami sekarang.."
 
  
 
    Tubuh Moonbin tiba tiba ambruk, Jungwoo terkejut ketika merasakan getaran hebat dari tubuh Moonbin. Peluh membasahi keningnya dan air mata membasahi pipinya. Moonbin menutup kedua telinganya, giginya menggigit kuat lidahnya menahan rasa sakit yang membuncah di hatinya.

  "Gua inget..." Ucap Moonbin lirih, "Seonghwa bantuin gua buat ulang ceritanya.. hiks.. gua inget sekarang.. hiks.. kenapa.. hiks.. kenapa Seonghwa melakukan itu?"
  
    
  
  
  
 
  
  
  
 
 
  
  
  
  
 
#######

Halo, Hola!
Apa kabar kalian?

Maaf banget jadwal updateku jadi amburadul (╥﹏╥)
Dalam 10 hari kedepan mungkin tetap sama tapi aku usahain tetap ngetik sebisaku.

Insyaallah dalam 10 hari lagi, semua urusan di sawah akan segera kelar dan aku bisa update sesuai jadwal.
Semoga kalian ga bosen karena nunggu, hiks.

Selamat hari Senin!
Semangat buat minggu ini!

Makasih udah baca!

Luv kalian semuaa ♡♡♡♡

  
  

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

34.2K 4.6K 32
"Jangan mati, jangan pecah, kita bertigabelas, gak kurang gak lebih." Warning‼️ Harsh word ꜱᴛᴀʀᴛ: 1 ᴍᴀʀᴄʜ 2021
26K 4.6K 25
[ END ] Ketika seluruh kesatria dunia berkumpul. Untuk menjadi jantung dunia yang sesungguhnya. Genre. Fantasi, action
Psycho | TXT √ siputtt द्वारा

रहस्य / थ्रिलर

66.9K 14.2K 23
[ Hargai penulis dengan follow terlebih dahulu] "Kalian semua bakalan mati." Start: 17 Juni 2020 Finish: 26 Juni 2020
18.2K 4.2K 35
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sebuah tragedi pembunuhan berantai yang belum terungkap siapa dalang semua di balik itu. Akankah semua terungkap tanpa pengo...