Langkah Per Langkah

RillaHati द्वारा

85 18 7

[Sebelum baca, follow dulu akun penulisnya. Terima kasih] Ini kisah tentang seorang gadis yang memiliki tingg... अधिक

2 - Yang mengingatkan
3 - Tes olahraga
4 - Halaman rumah Pasha

1- Sahabat

27 9 4
RillaHati द्वारा

"Rasa insecure terkadang datang dari ucapan, maka berhati-hatilah dalam berucap, karena akan membuat orang lain kehilangan rasa percaya dirinya."

- Pasha Clarisa -

***

Aku sedang berjalan di koridor sekolah, hari ini aku menggerai rambutku, disebelah kiri kepalaku aku menempelkan sebuah jepit rambut berbentuk pita, terlihat simpel tetapi aku suka. Suasana di koridor ini lumayan ramai, ada siswa yang sedang mengobrol dengan teman-temannya, dan juga ada yang sebatas lewat sepertiku untuk menuju kelas.

"Gila. Tinggi banget."

"Sebenarnya dia cewek atau cowok sih?"

"Makin tinggi aja dia."

"Waktu kecil kayannya sering dikasih makan tiang listrik sama Mamanya, makannya tinggi kaya gitu."

"Pacar kamu tuh," kata seorang murid laki-laki pada temannya.

"Najis. Bisa potong kepalaku kalau punya pacar seperti itu."

Setelah itu kedua murid laki-laki itu pun tertawa terbahak.

Kira-kira seperti itulah ucapan-ucapan yang mampu ku dengar, aku sedang tidak menjadi sorotan, hanya saja ada beberapa siswa yang tak sengaja melihat ke arahku dan berkata seperti itu. Bagaimana aku tidak merasa insecure kalau setiap hari saja aku selalu berada dalam situasi seperti ini?

Sebenarnya aku orang yang percaya diri, asalkan tidak ada omongan-omongan yang menyakitkan seperti itu. Karena, datangnya rasa insecure itu dari mulut-mulut jahat orang. Percayalah, tanpa kalian berbicara semenyakitkan itu, aku sudah mengetahui kondisi fisikku saat ini.

"Hallo, Pasha," sapa seorang gadis yang tak lain bernama Belsa. Dia itu teman sekelasku, sekaligus salah satu sahabatku.

Belsa ini anak yang rajin, jago matematika, cantik, kalem, dan tinggi tubuhnya itu pas.

"Eh, kamu, Bel."

"Kamu kenapa jalannya cepat sekali? Padahalkan ini masih pagi loh."

"Em--- gapapa kok. Cuma pengen buru-buru nyampe ke kelas aja," elakku. Padahal sebenarnya aku sudah tidak kuat berada di posisi seperti ini, saat mendengar omongan-omongan orang yang menghinaku. Rasanya begitu sakit.

"Kamu sudah mengerjakan pr prakarya belum?" tanya Belsa.

"Sudah kok."

"Bagus. Nanti kalau Tisha niron, jangan dipinjemin," titah Belsa.

Pasha mengangguk sekenanya.

Pasha dan Belsa sudah sampai di kelas mereka, kelas 11 MIPA 4. Ternyata baru dua sahabat mereka yang sudah datang. Yaitu Fawaz dan Tisha. Dan ada juga beberapa murid lain yang sudah tiba.

"Assalamualaikum," salam Pasha dan Belsa kompak.

"Wa'alaikum salam," jawab mereka berbarengan.

"Fawaz. Ayo dong izinin aku liat pr prakarya kamu, yah yah yah?" bujuk Tisha pada Fawaz.

Fawaz dan Tisha ini sahabatan sejak kecil, bahkan dari SD sampai SMA pun selalu berada di dalam kelas yang sama. Bagi Tisha, itu adalah sebuah anugerah, namun kalau bagi Fawaz itu adalah sebuah bencana.

Tisha ini jarang sekali mengerjakan pr sehingga selalu merepotkan Fawaz, atau tidak teman yang lain. Tisha ini merupakan keponakan dari Pak Jay, guru olahraga tertampan di Tamani. Tisha dan Fawaz memiliki kesukaan yang sama, yaitu sama-sama menyukai anime.

"Enggak mau!"

"Fawaz ih pelit. Tisha enggak ngerjain pr itu gara-gara Fawaz tau. suruh siapa kemarin ngerekomendasiin anime?! Mana animenya seru lagi. Tisha kan gak tahan mau langsung tamatin."

"Salah sendiri. Harusnya kamu bisa ngebagi waktu."

Tisha melipat tangannya di depan dada. "Pokoknya Tisha mau marah sama Fawaz!" ancam Tisha yang tak dipedulikan oleh pemuda itu.

Fawaz itu sudah mengerti sifat Tisha, gadis itu tidak akan pernah bisa marah kepadanya, pasti itu hanya sebuah ancaman, makannya Fawaz tidak mempedulikannya.

"Ada apa sih ini pagi-pagi udah ribut aja?" tanya Pasha.

"Biasalah, Sha. pasti drama belum ngerjain pr," jawab Belsa.

Pasha dan Belsa pun mendaratkan bokongnya di bangku masing-masing, mereka ini duduk bersebelahan, dan di belakang mereka adalah tempat duduk
Fawaz dan TJ. TJ belum sampai ke kelas, makannya kursinya diduduki oleh Tisha. Sedangkan di samping tempat duduk Pasha, ada bangku Tisha dan Emma.

"Jangan ada yang bantuin. Biarin dia ngerjain sendiri, keenakan kalau apa-apa nyontek." titah Fawaz pada Pasha dan Belsa.

Tisha memanyunkan bibirnya kesal, ia berjalan untuk kembali ke tempat duduknya, lalu ia mengeluarkan buku tulis serta buku paketnya dan langsung mengerjakan prnya itu dengan perasaan kesal.

"Bel. Andreas kemana yah? Tumben dia belum datang? Biasanya dia datang duluan." tanya Pasha pada Belsa.

"Biasanya kamu yang paling tau tentang dia."

"Dia tidak mengirimkan pesan apa-apa kepadaku."

"Tenang saja. Mungkin dia masih di jalan, ini kan masih pagi," ujar Belsa menenangkan.

Pasha mengangguk pelan meskipun ada rasa khawatir dalam hatinya.

"Kamu bisa teu sih jalanna ulah deukeut-deukeut jeung saya? Saya mah teu resepnya deukeut-deukeut jeung maneh teh," ujar Emma saat tiba-tiba Tj menyenggol lengannya. Emma ini asli orang Sunda, makannya dia terbiasa ngomong bahasa Sunda.

(Kamu bisa gak sih jalannya enggak dekat-dekat sama aku? Aku gak suka yah)

"Abdi teu sengaja." kata Tj, dia juga asli orang sunda.

(Aku gak sengaja nyenggol kamu)

Tj dan Emma ini memang sering bertengkar, kalau mereka tidak bertengkar sudah dipastikan kucing yang biasa ada di dekat sekolah akan muntah-muntah selama sebulan.

"Ngomong weh kamu teh arék modus kan!" kesal Emma seraya melipat tangannya di depan dada.

(Ngomong saja kamu mau modus ke aku kan)

"Pede banget. Abdi teu sudi nya modus anjeun!"

(Aku gak sudih ya modus sama kamu)

"Nya terus kamu kunaon atuh masih di dieu? Buru atuh diuk."

(Terus kamu ngapain masih di sini? Cepet duduk)

"Kamu cerewet."

"Wah, bener-bener. Ngajak ribut hah?" Emma menggulung lengan seragamnya seolah-olah ia siap untuk bertarung dan mengeluarkan jurus maungnya. "Hayu lah lawan jurus maung urang."

(Hayu lawan jurus harimau aku)

"Hayu lah diadu jeung jurus elang abdi!"

(Ayo diadu sama jurus elang aku)

Tj menggerakkan tangannya seolah-olah tengah mengeluarkan jurus seperti pada film kerajaan zaman dulu.

"Hey Tj, Emma. Mulut kalian mau aku sumpel, hah?! Kalian bisa gak sih gausah ribut pagi-pagi gini? Gatau apa aku lagi mengerjakan tugas, mengganggu saja!" seru Tisha kesal.

"Meni galak ih. Tah si Tj nyari masalah wae," ujar Emma.

(Galak. Tuh si Tj nyari masalah mulu)

"Kok aku yang disalahin?" tanya Tj pada Emma.

"Kan emang kamu duluan anu nyari masalah ka abdi."

(Kan emang kamu duluan yang nyari masalah sama aku)

"Ya ampun, pake dilanjutin lagi ributnya. Duduk gak?! Atau mau aku serang pake jurus katak melompat, hah?!"

"Kamu kaya baru kenal mereka aja, Tis. Mereka kan udah biasa ribut," kata Belsa.

"Bener tuh. Kelas kita enggak afdol tanpa keributan mereka berdua," timpal Pasha.

"Yaudahlah terserah kalian terserah. Tugas aku enggak selesai-selesai lagi kalau ngurusin anak berdua itu," ujar Tisha seraya melanjutkan acara menulisnya.

"Pasha. Tuh Andreas datang," bisik Belsa pada Pasha.

Pasha mengikuti arah pandang Belsa. Dan benar saja penuturan Belsa barusan, Andreas baru saja tiba.

Saat Andreas sudah duduk di tempatnya, Pasha menghampirinya dan duduk di kursi sebelahnya.

"Eh, Sha," sapa Andreas.

"Kamu kesiangan?"

"Iya."

Pasha mengangguk pelan.

"Kamu ada apa nyamperin aku?"

"Jadi gini, Kak Sofia pengen bikin video bareng kamu lagi. Dia pengen ngedandanin kamu jadi oppa-oppa Korea kaya waktu itu. Gimana, kamu mau gak? Kemarin dia udah ngirim pesan ke kamu, tapi belum kamu balas." jelas Pasha.

Sofia adalah Kakak keduanya Pasha, dia ini seorang youtuber. Sesekali Sofia sering mengajak Andreas untuk collab bersamanya.

"Boleh, kapan?"

"Besok gimana?"

"Oke."

Pasha tersenyum. "Oke deh, nanti aku sampein ke Kak Sofia."

"Ekhem. Cie cie.. ada yang lagi pdkt-an nih," goda Tisha.

Beberapa orang pun langsung menoleh ke arah Andreas dan Pasha. Pasha dan Andreas pun jadi salting sendiri.

"Fokus ngerjain pr-nya. Gausah ngurusin urusan orang." titah Fawaz pada Tisha.

"Iya, Fawaz," jawab Tisha.

"Si Tisha mah emang nurutna teh ka si Fawaz hungkul," ujar Emma.

(Tisha nurutnya cuma sama Fawaz doang)

"Bener tuh, Ma. Kalau aku yang ngomong begitu, pasti ngelawan dia."  Timpal Belsa.

"Kalian denger gak tadi Fawaz ngomong apa? Gausah ngurusin urusan orang. Heran deh." omel Tisha.

***

Saat jam istirahat Pasha merasakan perutnya yang terasa lapar, alhasil ia pun berniat untuk mengajak temannya pergi ke kantin.

Pasha menoleh ke arah Belsa yang tengah sibuk menyelesaikan beberapa soal matematika di buku paketnya.

"Bel. Kamu laper gak?" tanya Pasha pada Belsa.

"Enggak, tanggung nih tinggal beberapa soal lagi. Kamu kalau mau ke kantin ajak Tisha sama Emma aja."

"Oh, yaudah."

Pasha beralih menatap Tisha dan Emma. Kedua gadis itu tengah sibuk menonton, Tisha yang tengah sibuk menonton anime, sedangkan Emma tengah sibuk menonton film Thailand. Pelarian mereka akibat pusing mengerjakan tugas selalu saja ke film, bagi mereka film sangat ampuh mengembalikan mood.

"Ada yang mau ke kantin gak? Aku laper," ujar Pasha pada kedua temannya yang tengah asik menonton itu.

"Kagok euy. Ini teh filmnya lagi seru-serunya," kata Emma. "Saya mah nitip aja weh ya?"

(Tanggung. Filmnya lagi seru-serunya. Saya nitip aja ya?)

"Nitip mulu. Giliran disuruh aja gamau," sindir Tisha pada Emma, namun matanya masih fokus ke layar ponsel.

Emma tersenyum polos.

"Eh tapi aku juga nitip dong, Sha. Masalahnya sekarang aku lagi maraton, aku harus cepet-cepet namatin cerita ini sebelum sampai rumah, atau enggak nanti aku gak bisa bagi waktu untuk ngerjain tugas," kata Tisha seraya memasang puppy eyesnya.

"Ye dasar. Kamu mah licik, sok-sokan nasihatin, padahal sendirinya juga gitu," sindir Emma.

(Dasar. Kamu licik, sok-sokan nasihatin, padahal sendirinya juga gitu)

Kini gantian malah Tisha yang tertawa.

Pasha menghela napas berat. "Yaudah gausah ribut, biar aku yang pergi ke kantin. Kalian mau nitip apa?"

"Saya mah pengen keripik kentang," ujar Emma.

"Aku mau piscok, kamu pilihin ya yang coklatnya agak banyakan," ujar Tisha.

"Iya," jawab Pasha lalu beralih pada Belsa. "Bel. Kamu mau nitip juga gak?"

"Aku lagi gak laper."

"Oh, yaudah."

Beberapa detik kemudian Pasha pun bangkit dari duduknya lalu berjalan pergi ke kantin.

Sesampainya di kantin aku memesan donat kentang dan jus buah naga. Itu adalah makanan kesukaanku, aku selalu saja memesan makanan itu, apa lagi donat kentang buatannya Mba Nur, rasanya sudah tidak diragukan lagi.

Setelah selesai, aku pun langsung memesan makanan titipan teman-teman. Aku sudah membeli keripik kentang untuk Emma, sekarang aku tinggal membeli piscok. Karena piscoknya sudah habis jadi aku terpaksa harus menunggu Mba Nur menggoreng piscok itu terlebih dahulu.

Seraya menunggu, aku duduk di sebuah kursi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari standnya Mba Nur, sembari menunggu aku memainkan ponsel agar tidak jenuh.

"Aku pengen tinggi ih, cape aku dihina karena pendek terus," ujar seorang gadis yang rambutnya digerai. Dia duduk tidak jauh dari Pasha, sehingga Pasha pun mampu untuk mendengarnya.

"Minum susu kek, atau olahraga apa gitu," balas temannya.

Meskipun mata Pasha terlihat menatap ke layar ponselnya, tetapi pendengarannya fokus ke kedua gadis yang tengah mengobrol itu.

"Udah, tapi tetep aja tinggi badan aku segini. Aku pengen deh tinggi badannya kaya si Belsa, itu loh yang anak MIPA 4."

"Oh, iya iya aku tau. Si Belsa emang bagus tuh badannya, tinggi badannya juga pas. Aku juga mau tuh punya badan kaya gitu."

"Makannya aku pengen kaya dia."

"Kamu minta trik aja tuh sama temennya si Belsa yang paling tinggi itu, siapa tau nanti badan kamu bisa setinggi dia."

"Ih, amit-amit. Gamau aku, ya enggak setinggi itu juga kali. Apaan coba punya badan setinggi itu, itu terlalu tinggi, nanti aku gak keliatan gemoy lagi dong," ujar gadis yang rambutnya digerai. Kedua gadis itu tidak menyadari kalau ada Pasha di sana. Dan yang mereka maksud gadis paling tinggi itu adalah Pasha.

Hatiku terasa sakit saat mendengar itu, meskipun hanya sebuah kata, tetapi itu sangat menyakiti hatiku, dadaku pun terasa sesak bagaikan dilempari ribuan batu. Aku selalu saja merasakan ini disetiap hari, selalu saja ada seseorang yang membuat diriku merasa insecure.

Apakah ini alasannya aku tidak memiliki pacar? Apa karena aku tidak gemoy gara-gara tinggi badanku ini?

Jangan salahkan aku jika aku sering merasa insecure, toh lingkungan disekitarku saja seperti ini. Kalau aku boleh memilih, aku ingin memiliki tinggi badan seperti gadis seusiaku. Tetapi apa boleh buat, aku tidak bisa menentang takdir, kita harus bersyukur atas apa yang tuhan kasih ke kita, karena tuhan pasti memiliki rencana yang indah di balik pemberiannya itu.

***




Pasha Clarisa


Andreas Bramantio

Belsa

Fawaz

Tisha

Emma

Tj

TJ dibacanya Tije ya.

Kalau ada penulisan bahasa daerahnya yang salah, mohon koreksinya yah🙏🏼

1 kata buat part ini?











-RillaCahayaHati-

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

ARSYAD DAYYAN aLa द्वारा

किशोर उपन्यास

2.1M 114K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
Transmigrasi Mantan Santri? manusiaa~ द्वारा

किशोर उपन्यास

2.3M 235K 58
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
KANAYA (REVISI) liaa0415 द्वारा

किशोर उपन्यास

2.2M 128K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
ARGALA 𝑵𝑨𝑻𝑨✨ द्वारा

किशोर उपन्यास

5.6M 240K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...