Beberapa hari yang lalu, Adam mendapatkan undangan pernikahan temannya kuliah S1 dulu.
Hari ini adalah hari H-nya.
Terlihat Adam sedang bersiap-siap untuk pergi ke kondangan tersebut. Sedangkan Ara menunggu dengan diam di atas kasurnya, melihat Adam yang mondar-mandir.
"Bang, kan aku udah siapin pakaiannya, udah disetrika juga, udah rapi, mau cari apa lagi sih?" tanya Ara.
"Cari pomade. Dimana ya?"
Ara menunjuk ke arah laci meja rias. Adam bergegas menuju ke sana dan memakai pomade di rambutnya.
"Udah?" tanya Ara yang digelengi Adam. "Kayaknya dasi aku ganti warna lain aja deh."
"Bang," panggil Ara.
"Iya sayangku?" jawab Adam lembut.
"Kenapa sih dari tadi mondar-mandir cari ini-itu, kan udah selesai siap-siapnya. Riasan Ara udah mau luntur nih," keluh Ara tapi Adam masih memunggunginya, mencari dasi di lemari.
"Ra, ini pertama kalinya kita kondangan bareng," ucap Adam.
"Terus?"
"Pas aku baca undangannya untuk Adam Sekeluarga rasanya seneng, hati aku menghangat," ucapnya dengan pandangan menerawang, tangannya ia masukkan ke saku celana dan tersenyum.
"Kayaknya aku terlalu excited deh ya," lanjutnya kemudian terkekeh dan menoleh ke arah Ara. Adam terkejut melihat penampilan Ara.
"Saking semangatnya sampai aku nggak sadar kalau istriku cantikkkk banget pakek baju itu."
Ara tersenyum kemudian berdiri dan berputar-putar. "Gimana? Bagus kan baju aku? Sengaja aku pilih buat ke kondangan ini."
"Apa kamu mau ke kondangan pakai baju seperti itu?" tanya Adam melihat pakaian Ara.
"Iyalah, memangnya kenapa? Toh nggak ada yang sal—"
"Ganti," ucap Adam singkat dan jelas.
"Ha?"
"Baju itu terlalu terbuka dan terlalu cocok buat kamu. Abang nggak mau ada yang seterpesona seperti Abang saat melihatmu memakai baju itu," lanjutnya dengan nada tajam membuat Ara gelagapan sendiri.
"Aa-aanu, Bang Adam terlalu frontal."
"Kamu pikir, sebagai suamimu, Abang rela melihat kamu jadi pemandangan orang lain seperti aku mandang kamu tadi? Ganti sekarang atau aku yang akan mengganti secara paksa?" suruhnya dengan nada tidak terbantahkan. Entah kenapa saat seperti ini aura killernya keluar.
"Bang, lucu banget sih, kayak drama deh, 'nggak boleh pakek baju itu karena terlalu cocok' terus disuruh ganti. Abang nggak serius nyuruh Ara ganti kan...." ucap Ara mencoba bergurau.
"Aku serius. Kalau kamu nggak mau ganti ya udah, aku yang gantiin," ucap Adam dan berjalan mendekat.
"Bang—" Belum sempat Ara melarang, Adam sudah menariknya mendekat dan menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi pada tubuh Ara.
"Kamu milik aku dan anak-anak kita kelak, aku nggak rela kalau milikku dilihat orang lain secara nafsu."
Pipi Ara memerah dan ia hanya diam menurut.
***
Di tempat kondangan, justru Adam yang menjadi pusat perhatian teman-teman seangkatan Adam yang kebetulan berkumpul.
Ara melihat ke arah Adam yang memang membuatnya saja terpesona.
"Ngapain sih tu cewek liatin Bang Adam segitunya. Pas tadi Abang ngenalin ke temen-temen satu angkatan juga dia liatinnya paling menonjol. Matanya yang menonjol! Huh! Mau aku colok matanya?" cibir Ara pelan saat melihat teman satu angkatan Adam 'yang saat masuk ke tempat kondangan tadi sudah dikenalkan padanya', Ara langsung saja menggandeng lengan Adam dengan manja.
"Kenapa, Ra? Capek?"
"Enggak. Itu pengantin cowoknya jalan ke sini," ucap Ara menyadarkan Adam.
"Wah, selamat ya, Mbang," ucap Adam dan dilanjutkan berbincang-bincang dengan temannya yang sedang di hari bahagianya itu. Sedangkan Ara melihat ke arah perempuan tadi yang terlihat cemburu. Entah kenapa Ara merasa senang karena suatu hal.
"Ra?" panggil Adam.
"Eh? Iya, Bang?" Ara tersasar.
"Diajak temen Abang ngobrol kok diem aja? Mikirin apa?"
"Oh bukan apa-apa kok. Selamat ya, Kak, atas pernikahannya, oiya maaf, Kak, tadi bilang apa ya?"
"Enggak. Terima kasih sudah dateng. Eh btw, kamu dulu sekolah di SMA Amaterasu?"
"Kok bisa tahu?" tanya Ara terkejut.
"Nah, pantesan kayak familiar dari pas kamu nikahan dulu aku mikir, kok kayak pernah lihat gitu."
"Emangnya Kakak pernah lihat aku dk sekolah?"
"Iya, aku kan pernah ngajar kelas kamu, Adam juga loh." Bambang melihat ke Adam. "Kamu nggak cerita apa-apa, Dam?"
Adam menggeleng. "Belum."
"Aku dulu sama Adam magang di sekolahmu sana 2 bulan," ucap Bambang membuat Ara teringat ucapan Adam tempo hari.
Perihal Adam menyukainya sejak SMA.
***
Sekian dulu part kali ini. Semoga sukaa.
Buat yang tanya ig aku, nih Zahrotul_11, follow aja nanti aku follback.
Salam dari Zahrotul yang habis perang bikin mie telur gulung dan berakhir belang wkwk.
Tapi berhasil donggg. Walaupun, bentuknya nggak pro. Wkwk.