My Every "First" With You

By KacamataSenja

348K 25.4K 5.9K

(Completed || Warning!! 21+++) Jatuh cinta pada padangan pertama?? Kalau kata kebanyakan orang sih "meh, man... More

Wow!
Alice to the Rescue
Tameng
Katanya sih Kebetulan...
Gun Lihat!
Bermula dari Keram
Off dan Tay si Primadona
Gun dan Cinta itu Musuh Bebuyutan
Som Tum dan Salep
Joss...
Pertama Kali Ngebentak Dosen...
Off Jumpol Ngeselin!!
Gun Aneh.
Gun dan Syaraf Syaraf di Otaknya
Pertama Kali Nangis di Depan Orang...
Aku Nggak Bakal Pergi...
Akhir Perjuangan.
Perjuangan Baru dimulai...
Jarak Lima Meter
Tau kalau disayang...
Cemburu Tanda?
Gun Punya PR...
Jawaban PR Gun.
Off Menyesal.
Mereka Memang Aneh.
Bodoh Banget Marah Sama Off.
Jangan dibuat Ribet Kayak Drama Televisi (18+)
Super Sibuk : Pasangan Aneh yang Menjijikkan
Super Sibuk: Tumbang.
Ngambek.
Jangan Kayak Gini Lagi Ya...(20+)
Pergi dari Zona Nyaman.
Mr. Jumpol (21+++)
Salah Paham.
Kekacauan Kecil Lainnya.
Keceplosan karena Mulutnya Bodoh.
Aula I'm in Love (21+++)
Ada Begitu Banyak Cinta untuk Gun.
Baru Juga Hari Pertama.
Hobby Cari Masalah.
Ancaman Baru??
Gagal Lagi...
Pitt vs OffGun = 1:0 (21+++)
Cinta tidak selalu Rainbows and Butterflies
Je T'aime Aussi Mon Amour...
Hukuman...
Kebetulan Tidak Masuk Akal Lainnya.
Hari yang Santai...
Gempur (21+++)
Get to Know Off...
Kalau udah Panggil Sayang, Luluh deh...
Jadinya Suka Siapa Sih?
Momay...
Kenapa Sih?
Momay Ngeselin? Yakin?
Bayar Hutang (21+++)
Selalu Ada Ada Aja...
Another Surprises???
Till We're Grey and Old
Another Pair.
Apart... (S1 Last Chapter)
PENGUMUMAN

Nggak jadi Berlayar?

4.2K 271 145
By KacamataSenja

Bangkok, Chiang Mai
Desember, 2020

-------------------------
16 Februari 2021
-------------------------

Gun mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya menyadari dirinya sedang tidak berada di dalam kamar. Dahinya mengerut berusaha memanggil kembali ingatannya tadi malam.

Kosong.

"Nghhhh..." Erangnya sambil berusaha meregangkan otot otot tubuhnya yang terasa kaku sekaligus ngilu. Matanya kembali terpejam, namun tidak dengan semua syaraf syaraf di otaknya yang melalang buana mencari alasan ketidakhadirannya di dalam kamar.

Gun kembali membuka mata memastikan bahwa apa yang terjadi kemarin bukanlah mimpi. "Ini aku beneran ada di villa kan ya? Kog sepi banget tapi?" Batin Gun sambil menggaruk garuk bahunya yang terasa gatal namun perih.

"Sssttt..." Gun membuka matanya cepat lalu menatap kemana rasa perih itu berasal. "Aw!" Gun memekik terkejut saat melihat luka goresan cukup panjang di sana. "Apa sihhh..." Ucapnya kesal. "Off mana lagi?" Gun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. "Oh, aku beneran di villa sih. Ya tapi Off mana? Ya mana aku tahu? Kenapa aku tanya sama aku sendiri? Aku nggak tahuuuuu!!!" Pekiknya menepuk nepuk sekitaran luka goresnya yang mulai terasa perih.

"Gun??? Kog udah bangun sih jelly aku..." Off yang baru saja menutup pintu masuk utama segera berlari menghampiri kekasihnya yang nampak masih setengah sadar itu.

"Off kemana???"

"Nih, beliin kamu obat merah sama hansaplast."

"Buat ini ya?" Tunjuk Gun pada luka di lengannya. "Emangnya aku kenapa sih Off?" Tanya Gun ingin tahu.

"Kamu sih kebanyakan minum makanya kayak gini."

"Aku? Minum? Ngaco kamu Off, aku mana bisa minum?"

"Susah nih kalau ngga ada CCTV, apapun yang aku omongin pasti kamu bakal bilang bohong."

"Gimana ceritanya?"

"Lupa se lupa lupanya??"

"Aku cuma inget kemarin habis kita ituuuuu, gituannn...Kamu ngajakin aku main kartu di pinggir kolam, trussss...Oh astaga, yang kalah minum ya??"

"Padahal kamu cuma minum satu teguk tapi binalnya astaga!!!"

"Off...emang aku ngapain?" Tanya Gun panik.

"Kamu pernah ngebayangin ngejar orang subuh subuh pake pisau nggak??"

"Nge...Hah??? Aku ngejar kamu pake pisau??"

"Mau tau yang lebih gila lagi??"

"Udah cepet cerita apaan?"

"Kamu nangis nangis trus muntah sambil maki maki aku brengesek."

"Nggak. Ngarang kamu."

"Ya udah kalau nggak percaya..." Off mulai mengoleskan obat merah pada lengan Gun.

"Ssttttttt sumpah sakit banget."

"Tahan ya..." Off dengan telaten membuka hansaplast lalu menempelkannya pada luka Gun. "Udah!"

"Thank you. Trus luka ini?"

"Luka ini ya astaga, aku sakit hati lagi kalau inget."

"Kenapa??"

"Aku tuh naik ke atas ambilin kamu baju ganti, waktu balik ke bawah kamu udah ngegores ujung pisaunya di sini."

"Hah?"

"Hah?? Aku lebih hah lagi tau nggak??? Kaki aku lemes sampe rasanya mau nangis liat darah kamu netes. Udah gitu kamu sambil nangis nangis minta es krim. Mana ada coba es krim jam lima subuh?? Di deket sini juga nggak ada apotek. Kamu bisa bayangin nggak sepanik apa aku kemarin?"

"Trus?"

"Ya trus aku basahin kain bersihin darah kamu, trus aku keringin. Untung nggak dalem. Itu kalau ada Tay aku pasti udah diketawain soalnya mata aku berkaca kaca. Mana aku ajak ngomong kamu nggak nyambung lagi. Serius aku mending sakit gigi daripada panik kayak kemarin."

"Ihhhh, pacar aku kok so swit?"

"So swit kepalamu hah? Santai amat sih!"

"Soalnya aku nggak lihat darah aku. Makanya santai."

"Nih ya, nginget nginget kemarin aku malah jadi kesel lagi."

"Aku ngapain lagi nggak? Binalnya cuman gitu aja?"

"Cuman gitu aja? Sini ikut aku." Off menarik Gun bangun dari tidurnya lalu membawanya ke dapur.

"Offff! Kamu apain dapurnya sam...Ini aku yang bikin kacau??"

"Kamu teriak teriak bilang pengen bikin somtum pake cabe satu kilo sambil motong motong sayung yang kamu beli kemarin. Trus waktu aku bilang ini udah subuh, kamu nangis, habis itu ya itu kamu ngejar aku pake pisau bilang kalau aku nggak ngertiin perasaan kamu."

"Ya ampun aku kog drama banget ya? Seru nggak tapi?"

"Gun, menurut kamu dikejar pake pisau seru nggak? Aku luka nggak papa, kalau kamu jatuh trus pisaunya kena kamu sendiri bisa bisa aku yang pingsan duluan."

"Kamu takut darah?"

"Aku takut kamu kenapa napa. Nggak bisa liat kamu kenapa napa, bukan takut darah."

"Ih sayang deh!!!" Pekik Gun sambik bergelayut di leher Off. "Aw!" Teriaknya kecang lupa bawa lengannya masih terluka.

"Ck! Udah kamu duduk dulu...Aku mau manasin bubur." Ucapnya sambil berjalan ke dapur lalu mulai membuka bungkus bubur dan memindahkannya ke mangkuk.

"Kamu keluar beli bubur? Sendirian?"

"Enggak, sama roh kamu berdua."

"Yang jual cewek atau cowok?"

"Cewek."

"Cantik?"

"Ada kumisnya."

"Hih serius Off..."

"Gun, yang jual bapak bapak pake kumis. Pake sandal jepit, kaosnya warna putih ada tulisan Adinda. Udah?"

"Adinda siapa???"

"Ya mana aku tahu astagaaa! yang motong ayam kali. Udah ah yuk kamu makan dulu. Kamu ngelanturnya sampe Indonesia udahan."

"Tapi tangan aku sakit..."

"Yang sakit kan tangan kiri."

"Ya kan menjalarnya sampe ke tangan kanan. Nggak papa kog kalau nggak mau bantuin Off, aku nggak makan nggak papa kog. Nggak bakalan mati juga."

"Hih mulutnya kamu ini ya."

"Kamu udah nggak sayang lagi ya sama aku?"

"Gun...Kamu ini kenapa sih kog ngomongnya kemana mana. Aku tuh lagi nyiapin air hangat buat kamu di lantai atas. Mau cek dulu udah atau belum."

"Oh...Aku pikir..." Cengir Gun sambil memamerkan gigi gigi kecilnya.

"Kamu makan dulu ya, tunggu aku turun baru aku suapin. Oke?"

"Mau nungguin kamu aja."

"Keburu dingin buburnya, sayang..."

"Nggak papa, palingan kamu cuma bentar kan?"

"Iya deh iya, aku naik dulu. Tunggu." Ucapnya lalu berlari secepat kilat ke atas.

Sepeninggal Off, Gun menatap pantulan dirinya sendiri dari kaca besar yang terpasang di sebelah lemari dapur. Bukan dirinya yang dia lihat sekarang. Gun beberapa bulan lalu yang jarang sekali menarik keda ujung bibirnya untuk tersenyum kini sudah tidak lagi, pun dengan Gun yang selalu merasa mampu melalukan apapun seorang diri.

Bergantung pada seseorang adalah salah satu hal yang paling ditakutinya. Sama seperti bergantung pada suatu barang. Ketika barang itu rusak maka kamu yang terbiasa dengan segala kenyaman yang diberikan tentu saja akan kelimpungan.

Apalagi bergantung dengan manusia?

Ini Gun yang baru. Gun yang benar benar sudah terlampau jauh berubah jika disandingkan dengan Gun dibulan September atau Gun dibulan Oktober. Kadang setelah mengatakan sesuatu yang bahkan tidak pernah terlintas di otaknya seperti kata kata cemburu, atau seperti rengekan yang baru saja terjadi, Gun tersentak seperti di tampar oleh kesadarannya.

"Aku nggak pergi terlalu jauh kan?" Batinnya.

"Jangan ngelamun Gun, nanti bubur kamu aku habisin kamu bingung lho." Tegur Off menyadarkan Gun dari lamunannya.

"Kamu kan nggak makan bubur diaduk."

"Oh iya bener..."

"Yuk sini, cepet makan cepet mandi. Keburu dingin airnya." Off mulai menyendokkan suapan pertama.

"Off..." Tanya Gun disela kunyahannya.

"Hmm?"

"Aku yang sekarang sama aku yang dibulan Juli, Agustus, September, Oktober beda jauh nggak?"

"Hmm...Jauh, jauh banget. Kayak kamu reinkarnasi lagi."

"Aku tadi ngelamun sambil lihat kaca kan, trus aku mikir kog aku cakepan ya? Gitu..."

"Ehm, gitu ya?" Goda Off.

"Enggak ya?"

"Kamu tanya apanya sih? Mukanya atau apanya?"

"Semuanya."

"Hmm...ak dulu." Off kemudian menyuapkan sendok berikutnya. "Kalau muka enggak beda sih, kamu dari awal sampe sekarang di mata aku tetep cakep. Ya mungkin tambah cakep soalnya kamu jadi banyak senyum. Kalau kelakuan ya bumi langit Gun. Kamu dulu itu astaga banget pokoknya."

"Kayak gimana? Ak..." Gun membuka mulutnya lebar lebar.

"Kamu tahu bunga kantong semar nggak?"

"Jangan bilang aku kayak gitu?"

"Sebelas dua belas. Serem abis."

"Mukanya jutek gitu ya?"

"Bukan yang jutek banget gitu..Cuman kayak kalau di sentuh tu kamu bakal ngegigit gitu lho."

"Trus kamu kog nekat?"

"Ya namanya udah suka, gimana lagi. Ya taruhan nyawa aja."

"Woy! Aku kayak pembunuh sih."

"Aku serangganya yang suka rela lompat masuk ke kantong kamu."

"Tapi nggak nyesel kan udah lompat masuk?"

"Enggak. Ayo ak lagi." Off menyodorkan sendok di depan mulut Gun.

"Kenyang. Nggak mau lagi."

"Satu lagi. Ayo!"

"Trus apa lagi?"

"Apanya apa lagi?"

"Kalau aku pas nyebelin, yang ada di otak kamu itu apa? Kesel nggak? Kayak duh nih anak kog nyebelin banget ya. Putusin aja ah. Gitu gitu nggak?"

"Hey! Ati ati ngomong gitu."

"Misalnyaaaaa...Misalnya aja Off. Jadi gimana?"

"Ya enggak lah, nggak pernah aku mikir sampe putus. Palingan ya cuman kesel aja. Tapi ya tetep kangen. Kamu kan tau aku gampang kangen sama kamu."

"Cie..." Goda Gun.

"Apaan sih...Ayo ini terakhir, ak dulu."

"Kita nunggu jam check out atau pulang duluan nih?"

"Aku mau bawa kamu ke dokter. Pulang duluan ya?"

"Hah? Dokter apaan Off?"

"Tangan kamu Gun, kalau infeksi gimana coba?"

"Off, berlebihan banget kalau sampe ke dokter. Nggak mau ah...Mau di sini aja sampe jam check out. Ya ya?"

"Kalau infeksi gimana?"

"Nggak bakalan, kan kamu udah kasi obat merah. Aku mau naik kapal di danau. Ya??? Katanya sayang..."

"Haizzz! Udah pinter ya sekarang. Iya iya, tapi tetep nanti sampe rumah kita panggil dokter. Oke?"

"Off!"

"Dokter atau nggak naik kapal?"

"Naik kapal nggak dokter. Gimana?"

"Gun..." Off menatap kekasihnya lamat lamat.

"Iya iya iya. Nanti sampe rumah panggil dokter."

"Oke pinter!" Off bangkit dari duduknya.

"Mau kemana?"

"Ehm, kemarin ada yang bilang sih ke aku katanya pinjem bersih pulang bersih..."

"Ohh, mau nyuci piring? kok pinter sih."

"Pacar siapa???"

"Pacar Gun."

"Hihhhh aku gemessss!!! Nanti kit..."

"NO! Aku tau kamu mau bilang apa. NO! Aku nggak mau pincang Off..."

"Dih, aku lho maunya bilang nanti kita naik perahu di danau. Kamu tuh mikirnya negatif terus sama aku."

"Off, kayak aku nggak kenal sama kamu aja."

"Oke oke oke, sekarang kita mandi oke? Harusnya air kamu udah nggak terlalu panas lagi."

"Di mandiin nggak?"

"Ya kalau kamu mau aku keterusan ya nggak papa."

"Bye Off!" Teriak Gun sambil berlari menaiki anak tangga meninggalkannya sambil tertawa kecil.

Menggoda Gun selalu menjadi selingan yang menyenangkan untuk Off.
####

Sudah hampir sepuluh menit ini Gun menunggu Off di tepian danau, namun laki laki itu tidak juga tampak. Hampir saja Gun kembali lagi ke vila jika saja Off tidak tiba tiba muncul menarik perahu sambil membawa es krim di tangannya.

"Sorry ya lama...Perahunya nyangkut. Ini tanda permintaan maaf aku..." Off menyodorkan es krim pada Gun.

"Dimaafkan deh meskipun aku nggak tau kenapa kamu minta maaf."

"Minggir dulu, Gun..." Off menarik perahu beroda itu ke tepian danau lalu dengan perlahan memasukkannya ke dalam air. "Ayo sini, aku bantuin kamu naik."

"Nggak bakalan jatuh kan ya Off?"

"Aku ini atlet renang, kalau jatuh tinggal kayak di film film nyelametin kamunya."

"Amit amit sampe di selametin. Lagian aku bisa berenang kog."

"Padahal udah mau sok sok an tapi gagal. Gun sini lihat aku dulu. Mau foto..." Off mengeluarkan ponselnya lalu memencet mencet tombol sebentar. "Udah. Kamu pegangan, aku mau naik."

Dengan susah payah, Off akhirnya bisa duduk santai di atas perahu. "Mau ke tengah danau atau di pinggir pinggir aja?"

"Pinggir aja, aku takut ada ikan hiu atau buaya meskipun aku tau nggak ada."

Off terkekeh, "Emang unik nih satu orang."

"Eh, Off..."

"Hmm?"

"Kamu nggak ada rencana gitu mau bikin Tay sama New bersatu padu?"

"Ha? Random amet sih? Lagian emang kamu yakin mereka bener bener ada perasaan? Aku selama ini godain Tay itu maksudnya cuman godain aja lho Gun, bosen aja soalnya nggak ada kerjaan, sama sekali nggak yang beneran mau jodohin mereka."

"Aku yakin New ada perasaan, kalau Tay sih aku ada feeling ya, cuman bukan yang seratus persen yakin. Kamu gih coba tanyain ke Tay. Siapa tau kalau berdua aja dia lebih terbuka."

"Kamu nggak inget aunty Aye kemarin liat kita gimana Gun? Keluarga mereka itu satu koma tujuh puluh lima kali lebih keras dari pada mama papa."

"Apaan deh satu koma tujuh puluh lima kali." Gun tertawa kecil.

"Ya itulah. Pokoknya keluarga mereka lebih keras aja. Lebih kaku."

"Jadi nyerah nih?"

"Nggak usah ikut ikut deh kalau bukan dari Tay nya sendiri yang mau berjuang."

"Sayang banget padahal aku udah ngebayangin kita double date gitu. Trus liburan berempat ke luar negeri atau kemana..."

"Hey!" Mata Off membesar bulat nampak bersemangat. "Liburan ke luar negeri? Kog kayaknya menyenangkan yaaaaaa..."

"Ya kalau Tay sama New nggak jadian ya enggak."

"Dih! Ngapain ngurusin mereka. Kita berdua aja kan bisa?"

"Enggak ah kalau berdua aja. Nggak seru."

"Seru pleaseeeeee!!!!"

"Enggak, kalau di dalam negeri kayak gini masih boleh lah...Kalau di luar kayaknya nggak deh berdua doank."

"Yahhh, Gun...Padahal baru aja ngebayangin ke korea sama kamu." Off tampak kecewa. Binar yang tadi sempat menyambangi kedua bola matanya kini redup.

"Kecuali..."

"Apa apa apa apa apaaaa???"

"Kecuali rame rame sama Alice dan lain lain. Biar bisa patungan hotel juga."

"Itu yang bikin kamu nggak mau berdua aja? Mau hemat?"

"Itu tau..."

"Ya ampun Gun, kamu punya uang atau enggak pun, aku nggak bakalan kasih kamu bayar kalau kita perginya barengan."

"Enggak yaaa...Aku nggak mau di bayarin terus sama kamu."

"Kamu bikin aku sedih..."

"Biarin. Mending sedih daripada kamu keluarin uang terus buat aku."

"Okelah oke, itunya ngga usah di omongin dulu. Pokok fix dulu aja aku udah seneng."

"Ya gitu, intinya kalau rame rame aku mau."

"Oke, tar aku lobby yang lain."

"Deal!"

"Aku dayung agak ke sana ya, muka kamu setengah kena matahari tuh. Tar belang setengah kan nggak lucu."

"Masih mau sama aku nggak kalau aku belang setengah?"

"Kamu blonteng blonteng kayak dalmation juga aku masih mau."

"Kalau kayak zebra?"

"Iya mau!"

"Kalau ka..."

"Gun, mau kamu kayak apa juga aku masih bakal tetep still always mau sama kamu. Oke?"

"Meskipun kaki tangan buntung?"

"Gun???? Aku ceburin lho."

"Jahat."

"Kamunya reseh. Sini bungkusnya..." Off mengambil alih sampah es krim milik Gun lalu masukkannya ke dalam kantong plastik.

"Aku mau ngelamun dulu ya. Jangan di ganggu. Nanti kalau aku udah kedip, kamu baru boleh ganggu."

"Ya kali Gun kamu nggak kedip. Sini dulu. Kalau mau ngelamun mesti sandaran sama aku biar akunya nggak kesepian."

"Kita ini menjijikkan banget ya???" Tanya Gun sambil memutar tubuhnya lalu menyandar pada masa depannya.

"Iya. Namanya juga baru pacaran, baru punya pacar, ya gini lah."

"Kalau udah lama pacaran nggak bakalan gini lagi ya?"

"Nggak tau sih, bisa jadi iya bisa jadi enggak. Tergentung syarat dan ketentuan."

"Berasa belanja baju di Siam. Duh iya, kan aku mau ngelamun. Jangan di ganggu terus ih! Dah ya..."

"Iya, selamat melamun." Balas Off sambik mencubit pipi Gun gemas.
####

Sekembalinya mereka dari danau, Gun membagi tugas. Off merapikan baju baju mereka serta kamar sedangkan Gun membereskan ruangan bawah.

"Gun!!!" Teriak Off.

"Apa???"

"Aku kangennnn!" Dua kata menyebalkan itu membuat Gun memutar matanya kesal. "Gun bales donkkkkkk!" Teriaknya lagi saat kekasihnya itu memilih untuk diam. "Gun?" Lalu kepala Off menyembul pada tembok pembatas lantai dua.

"Apaan sih Off?" Jawabnya sambil mendongakkan kepala menatap Off.

"Aku bilang kangen kog nggak di jawab sih. Lupa ya punya pacar?"

"Iya lupa. Aku kalau beberes suka lupa punya pacar."

"Nah ini makanya aku mesti punya banyak pekerja nanti. Gawat kalau kamu lupa sama suami kamu."

"Off!" Pekik Gun malu mendengar Off mengucapkan kata suami."

"Hey! Itu pipi kamu merah ya??"

"Enggak mana ada! Udah cepet beresin sana lho. Sisa dua puluh menit nih."

"Siap Bos!"
####

Setelah menyelesaikan sesi berberes dan mengembalikan kunci, Off memaksa Gun untuk meminum obat pereda nyeri karena lukanya mulai berdenyut. Alhasil Gun tertidur pulas mulai sejak setengah perjalanan pulang hingga tiba di rumah. Meskipun selama perjalanan tidak terdengar celotehan tidak masuk akalnya, Off cukup menikmati wajah damai Gun yang tampak menggemaskan jika sedang tidak kesal.

"Nak..." Sapa Dararat setengah berbisik saat melihat Off menggendong Gun masuk dalam keadaan terlelap.

"Off naik dulu ya ma, habis ini Off turun. Ada yang mau Off omongin sama mama."

"Mama jadi takut kalau kamu serius gini. Ya udah, pelan pelan nidurinnya. Eh maksud mama pelan pelan waktu naro Gun di atas kasur. Bukan ditidurin."

"Duh mama ini bikin Off mikir aneh aneh kan."

"Ya lagian masa anak orang masih tidur udah main ditidurin aja."

"Off naik ma..." Pamitnya sekali lagi.

Setelah memastikan Gun kembali tertidur setelah tadi sempat merengek sebentar karena Off tidak sengaja tersandung karpet kamarnya, dia turun menemui Dararat di taman belakang.

"Jadi ada apa dan kenapa?" Tanya Dararat tanpa basa basi begitu Off mengambil duduk di sampingnya sambil menatap ke taman belakang yang rindang itu.

"Ma, kalau Off bilang sama mama Off bener bener pengen nikahin Gun, mama percaya nggak?"

"Coba kamu kasih mama gambaran seberapa cinta kamu sama Gun."

"Waduh...Gimana caranya coba?"

"Kalau mama sama Gun tenggelam, kamu bakal nyelametin siapa dulu?"

"Ya jelas Gun lah ma, papa soalnya udah pasti bakal nyelem juga bareng Off buat nyelametin mama."

"Ting tong. Pinter. Kamu nggak kejebak."

"Mama nggak penting banget."

"Off, dengerin mama ya. Mama sama papa ini nggak pernah punya harapan setinggi langit sama kamu. Pokoknya kamu bisa hidup sehat, bahagia buat kamu sendiri aja mama papa udah seneng. Kamu mau nikah sama siapa umur berapa pun mama papa nggak akan ikut campur. Itu semu keputusan kamu, ya selama jodohnya oke sih."

"Gun?"

"Menurut kamu gimana? Mama sih yes."

"Apalagi Off ma. Kadang kayak tadi waktu Gun tidur tuh rasanya Off nyesel banget kenapa dua tahun yang lalu Off mesti kabur dari kenyataan sampe ngga berani kuliah. Coba ya Off kuliah dari dua tahun lalu, pasti Off kenal Gun duluan donk."

"Anak mama udah besar ya?"

"Ma..Off udah 21 tahun ya..."

"Iya iya...Kamu lakuin apapun yang kamu mau selama kamu bertanggung jawab. Pokoknya selama nggak belok ke mana mana pasti mama papa dukung kog. Jangan nangis, jangan terharu."

"Terharu sih ma, tapi nggak sampe nangis juga."

"Udah? Cuma mau ngomongin itu aja?"

"Hmm...Mau mastiin sekali lagi kalau mama papa nggak masalah."

"Emang kalau mama papa bilang enggak kamu bakal nurut?"

"Ya Off bakal cari jalan keluar biar mama papa bahagia tapi Off juga bahagia."

"Kamu bahagia mama papa pasti bahagia kog."

"Makasih yess ma..."

"Mending kamu naik deh daripada dicariin sama Gun."

"Okehhh. Ketemu makan malem ma. Eh, ngomong ngomong ma..."

"Yes???"

"Off butuh dokter."

"Buat??? Kalian ngapain?" Tanya Dararat panik.

"Tenang ma, santaiiii...Gun lengannya ke gores pisau. Off cuma mau mastiin aja nggak bakal infeksi."

"Oh astaga, mama udah mikir yang aneh aneh lho..."

"Misalnya?"

"Ya kamu tahu lah mama mikir apa? Ya masa perlu disebutin."

"Mama sama papa ini emang unik banget."

"Ngaca Off..."

"Iya iya sama. Aku juga unik. Tapi tetep jangan lupa dokternya ya ma..."

"Iya kamu naik dulu. Nanti mama panggilin."

"Makasih ma..."
####

Hari hari setelah pulang dari vila Off dan Gun habiskan di rumah menemani Dararat membungkus segala macam keperluan untuk kegiatan amal akhir tahun mereka. Cukup sibuk hingga membuat Off lupa bahwa hari ini, satu hari sebelum pergantian tahun adalah ulang tahun Tay.

"Astaga!" Off menepuk dahinya membuat Dararat, Gun serta beberapa pekerja yang sedang membantu di sana menatap Off terkejut.

"Kenapa?" Tanya Gun.

"Jangan marahin aku bilang aku temen jahat ya. Tapi Tay ulang tahun hari ini. Aku lupa..."

"Ya ampun, Off...Pesen kue gih. Untung masih pagi..." Saran Dararat.

"Toko kue di perempatan jalan jam segini udah buka belum ya ma?"

"Kamu berangkat sekarang sampe sana udah buka mestinya."

"Kalau gitu Off sekalian ke tempat Tay aja ya..."

"Iya, tinggal aja toh udah mau selesai kog ini."

"Yuk Gun..."

"Pergi dulu ma..." Pamit mereka bersamaan.

Off dan Gun bergegas pergi sebelum Tay sempat menyadari bahwa Off telah melupakan ulang tahunnya.

"Yang ini aja gimana, Gun?"

"Kebesaran Off. Ini bisa buat makan satu kecamatan lho."

"Tapi kan Tay emang suka yang berlebihan."

"Ya enggak ukuran empat puluh kali empat puluh juga. Siapa yang bakal ngehabisin?"

"Ya tap..."

"Off, kue kan cuma buat syarat aja. Beli yang kecil ya...Lagipula di rumah Tay kan cuma ada tiga orang. Emangnya kamu mau bantu ngehabisin?"

"Enggak sih."

"Aku juga nggak terlalu suka kue. Beli yang kecil aja ya?"

"Iya iya deh oke. Yang itu aja?"

"Nah kalau yang itu boleh. Ambil yang ini ya kak..." Ucap Gun pada pelayan di sana.

"Lilinnya angka atau yang spiral aja?"

"Angka." || "Spiral." Jawab Off dan Gun bersamaan.

"Ya udah spiral aja mbak." Off mengalah.

"Mau di kasih ucapan apa?" Lanjut pelayan itu bertanya.

"Usah nggak?" Tanya Gun.

"Usah donk. Tulis aja Happy Birthday Tay, yang simple aja." Saran Off.

Setelah selesai dengan masalah roti, Off segera menancap gas kendaraannya menuju ke rumah Tay.

"Off..."

"Hmm???"

"Ternyata kita itu banyak yang beda ya...Aku baru sadar tadi."

"Gara gara beli kue tadi?"

"Hmm, itu yang nge-trigger aja bikin aku inget kalau kita itu beda banget. Kamu nggak suka pedes, aku sukanya minta ampun. Kamu makan bubur nggak di aduk, aku di aduk, kamu tinggi banget aku kecil, kamu suka olahraga, aku enggak. Kamu bisa gendong aku, aku enggak..."

"Kog makin aneh sih perbandingan kamu."

"Ya intinya kita banyak beda lah."

"Tapi sayang. Ya udah."

"Iya, cuma bilang aja...Eh ngomong ngomong ya Off, menurut kamu kalau aku telfon New trus kita video call, oke nggak? Tay bakalan marah?"

"Enggak lah. Dia nggak bakalan marah. Telfon gih, kali aja dia seneng sampe salto ntar."

"Oke..." Gun dengan semangat mengudara menghubungi New yang ternyata baru saja bangun tidur. "Oke ya, New??"

"Oke sih oke, tapi kenapa dia nggak bilang sih kalau bakalan ultah." Protes New kesal.

"Kamu pernah tanya nggak?"

"Ya enggak sih Gun..."

"Nah ya udah, masa tiba tiba Tay mesti ngasih tahu kapan ultah."

"Iya iya, aku jangan di omelin donk! Masih pagi nih. Mana laper lagi."

"Kamu kapan nggak pernah laper? Tidur aja bisa kebangun cari makan."

"Kog kamu bener?"

"Eh New, kita udah sampe nih. Siap siap ya..." Ingat Gun.

"Emangnya aku mesti ngapain?"

"Ya enggak sih. Tunggu diem dulu ini Off telfon mamanya Tay."

"Oke aunty, makasih." Off memutus sambungannya.

"Gimana?"

"Langsung naik ke kamar, Tay masih tidur katanya. Aunty Aye lagi nggak ada di rumah."

"See?? Ada yang lebih parah dari aku." Protes New.

"Halah, kamu kalau nggak aku telfon juga nggak bakalan bangun kannn..."

"Udah ih kalian berdua ini. Jangan berantem. Udah ya, aku buka pintu ya...Satu, dua, tigaaaaaa!!!!"

"HAPPY BRITHDAY TAYYYYY!!!!!" Teriak ketiganya bersamaan membuat Tay yang masih tertidur pulas terlonjak dari kasurnya hingga terjatuh hampir saja membentur dinding.

"Hah? Hah? Apa ini? Apa??" Teriaknya panik tidak menyadari kehadiran kedua kawannya karena Tay berguling tepat menghadap dinding.

Off dan Gun tetawa dalam diam menahan cekikikan mereka sebisa mungkin.

"Astaga aku mimpi ya..." Ucap Tay sambil menggaruk garuk kepalanya mengantuk.

"Satu dua tiga." Off kembali memberi aba aba bisu.

"HAPPY BIRTHDAY TAYYYYY!!!!!!"

"AAAAAAAAAAAAAAAAA APA ITU?????" Teriaknya panik sebelum kemudian berbalik dan menemukan kedua kawannya sedang berdiri di ambang pintu dengan kue di tangan Off. "ASTAGAAA TUHANNNNN!" Teriaknya di sela ledakan tawa Off dan Gun. "Kalian mau ngucapin selamat atau mau bunuh aku sihhhhhhh!!!!" Teriaknya kesal.

Off dan Gun melangkah masuk sambil membawa kue dengan lilin yang menyala. "Cepet make a wish trus tiup." Perintah Off tanpa memberi kesempatan pada Tay untuk kesal lebih lama lagi.

"Aku masih kesel ya. Tapi aku mau tiup lilin dulu."

"Yuk cepet keburu leleh. Make a wish." Perintah Off. Tay segera mengatupkan tangannya entah meminta apa.

"Udah?"

"Udah."

"Ayo tiup dulu. Satu dua tiga..."

"Yeyyyy, happy birthday lagi ya Tay..." Ucap Gun sambil memeluk Tay.

"Untung temen sendiri, kalau enggak udah aku patahin leher kamu." Sindir Off bergurau.

"Masih aja sadis. Mana kado aku?"

"Transfer aja kayak biasanya. Aku nggak punya waktu milihin kado buat kamu."

"Nggak punya waktu kok sampe 17 kali ulang tahun Off. Bilang aja males."

"Ya itu juga salah satu alesannya." Jawab Off.

"Giliran aku donkkkk!!!" Tiba tiba sebuah suara menyadarkan Gun.

"Astaga New! Sorry aku lupa." Gun segera mengambil ponselnya yang dilempar ke atas tempat tidur saat memeluk Tay tadi.

"New??" Tay membelalak terkejut.

"Nih ngomong aja berdua." Tay mengambil ponsel Gun lalu berjalan menuju ke balkon kamarnya.

"Ngomongin masalah birthday aja mesti sampe sejauh itu." Protes Off.

"Kali aja Tay bisa mencium bau bau New bakalan kesel soalnya nggak dikasih tahu. Tuh liat alisnya sampe naik naik gitu."

"Mangat Tay!!!" Pekik Off pelan. "Aku ke bawah dulu ambil pisau. Kamu tunggu sini ya..." Gun mengangguk patuh.

"Lho, mana Off?" Tanya Tay sekembalinya dari balkon.

"Ke bawah ambil pisau."

"Nih, makasih ya..." Tay mengembalikan ponsel Gun.

"Di marahin New ya??"

"Ya begitulah. Katanya kenapa nggak kasi tau kalau ultah. Ya kali aku chat dia bilang aku hari ini ultah. Berasa ngarep diucapin banget nggak sih..."

"Aslinya gimana?"

"Maksudnya?"

"Aslinya ngarep nggak?" Ulang Gun menggoda.

"Kamu sama Off emang nggak beda ya."

"Makanya kita pacaran." Sahut Off sambil membawa pisau roti.

"Jangan tusuk aku." Gurau Tay.

"Kalau kamu duduknya nggak geser dikit lagi, kamu bakalan aku tusuk."

"Ya malaikat Off!!! Gun nggak bakalan robek juga kalau nyentuh aku."

"Nggak suka. Ayo geser!"

"Duh! Ribet banget temenan sama mereka!" Tay bangkit dari duduknya lalu berpindah ke kursi di dekat meja belajarnya.

"Wow!" Pekik Gun saat menemukan foto tiga sekawan ini diatas meja Tay.

"Cupu banget nggak sih aku waktu di situ?" Tanya Tay.

"Enggak lah. Kalian semua cakep kog."

"Gun..."

"Jangan mulai kamu ya Off."

"Paling cakep siapa?" Tanya Off.

"Oab donk!" Jawab Gun bersemangat.

"Luka nggak berdarah ya Off..." Goda Tay sambil menerima sepotong roti ulang tahunnya dari Off.

"Nggak papa lah, meskipun cakepan Oab juga ujung ujungnya sama aku juga."

"Nah, gitu lho pinter." Puji Gun.

"Jadi beneran nih Oab lebih cakep? Kamu nggak mau ralat gitu Gun?"

"Enggak. Emang cakepan Oab kog."

"Tay! Besok temenin aku operasi."

"Ngaco emang kamu ini." Timpal Gun.

"Eh ngomong ngomong ya," Sela Tay. "Tapi nggak usah di cie cie atau gimana ya? Ini aku cuman tanyaaa...cuman tanya aja."

"Apaan?" Off memicingkan matanya menatap Tay curiga.

"Bentar aku buka instagram dulu...Nih! Cakep nggak?"

"Siapa?" Tanya Gun.

"Anak ekonomi Chula." Jawab Tay santai. "Menurut aku cakep banget."

"Kamu mau deketin dia?" Tanya Off tidak percaya.

"Udah. Lagi proses nih."

"Kamu lagi becanda kan?" Timpal Gun.

"Ha? Emangnya kenapa?" Tay bingung.

"Trus..." Off mencekal pergelangan tangan Gun berusaha menghentikan kalimatnya.

"Maksud Gun tuh cewek cakep banget, mana mungkin mau sama kamu. Gitu lho!" Sela Off.

"Jahat amet sih. Katanya tadi aku cakep???"

"Becanda Tay, becandaaaa..." Ucap Off.

"Pokokya do..." Kalimat Tay terputus oleh suara ketukan pintu. "Ya??"

"Khun, ada kurir di bawah. Butuh tanda tangan."

"Oke aku turun!" Balasnya. "Tunggu yaa." Pamit Tay pada Off dan Gun.

Sepeninggal Tay, Gun memutar tubuhnya cepat menghadap Off. "Kenapa dipegang tangan aku tadi?"

"Tay lagi ultah. Biar seneng dulu hari ini. Kita bahas ini lain kali aja. Ya?" Off mengusap usap kepala Gun sayang.

"Oke oke..." Angguknya setuju.

Tidak lama kemudian kembalilah Tay ke dalam kamar membawa satu buket bunga segar cantik.

"Wow! Dari siapa?" Tanya Gun.

"Guys..." Tay menatap Off dan Gun bergantian. "Dari New..." Lanjutnya pelan.
______________________________💚




Hai hai semuanya...
Chapternya tinggal satu lagi ya yang di Chiang Mai...
Liburan mereka udah mau selesai :)
Habis ini kehidupan perkuliahan bakal nyita waktu mereka banyak banget.
Mungkinnnnn, mungkin bakalan ada keributan keributan kecil di sela sela itu...
Enjoy!!!!

Continue Reading

You'll Also Like

168K 9.8K 63
Off and Gun families are so close before then. Their grandfathers were super close when they were young. They treated each other like a brother but t...
168K 7.7K 26
What happens when a new teacher arrives and takes an interest in one of his students? *make sure to check out my other books♥️*
261K 26.8K 41
hai...! perkenalkan aku gulf kanawut, saat ini umurku 20 tahun. diumur aku yang menginjak 20 aku sudah banyak bisanya. aku sudah bisa menjadi make up...
161K 3K 22