I Do Dare || JJK BTS

Door womenchu

2.8K 1.6K 3K

I Dꪮ DคRE Jika disatukan oleh sebuah permainan legendaris apa jadinya? Hubungan itu bisa berjalan maju atau �... Meer

P R O L O G
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
E L E V E N
T W E L V E
T H I R T E E N
F O U R T E E N
F I F T E E N
S I X T E E N
S E V E N T E E N
E I G H T E E N
N I N E T E E N

O N E

164 89 147
Door womenchu

Cᴇᴛᴀʀ!!

"Kalian mau jadi apa?! Masih SMA sudah berani kerja sama! Mau sampai kapan buat ulah?!" bentak guru mata pelajaran fisika yang sengaja menghentakkan heels 7cmnya untuk semakin mencekami suasana.

Tidak ada jawaban terutama dari keempat murid yang menjadi alasan murkanya Bu Siska-sang terkenalnya akan ketegasan dan kedisiplinan. Salah satu guru killer di SMA Balakosa, sekolah menengah atas swasta yang sudah terakreditasi A.

Keempat murid tersangka, Raya, Jaka, Dio, dan Jessica kewalahan menahan badan yang sudah melantur kekanan-kiri. Mereka menjewer telinga satu sama lain.

Raya, si tumbal utama teman-temannya jika berurusan dengan guru, memvokali, "Maaf bu," terdengar sendu dengan wajah memelas alanya.

Seketika, ketiga sahabat Raya meminta maaf. Persis seperti group paduan suara. Em, sebenarnya tidak jamin apakah mereka benar-benar menyesal. Ayolah! Jangan munafik. Pasti semua orang pernah menyontek, kan?

"Kalian ibu hukum! Jangan mengeluh atau protes kalau nilai ulangan harian Fisika kalian kosong! Pergi dan berdiri di lapangan!"

Mendengar seruan yang terkesan mutlak tersebut, secara terpaksa membuat Raya, Jessica, Jaka, dan Dio mengikuti intruksi bu Siska. Mereka menerima nasib saat ini jika harus berjemur di bawah teriknya matahari.

Pada hadapan tiang bendera, Raya, Jaka, Dio, dan Jessica mengadahkan kepala menghormati sang kaka merah putih yang berkibar megah di tiup si bayu.

Di sisi lain lapangan tersebut, sekelompok anak basket datang dari kejahuan lengkap dengan pakaian tanpa lengan dan celana selutut. Salah satu siswa memutar bola basket di ujung jari telunjuknya-berjalan santai di depan kawanan lain layaknya pemimpin mereka.

Dia Ibrahim, ketua tim basket SMA Balakosa. Ibrahim Adhikari Lazuardi atau sapaannya Iba adalah cowok dengan proporsi tubuh yang ideal dimana tingginya 178cm dan berat badannya 65kg. Menyukai angka 1 juga warna hitam.

Selain pandai bermain bola basket, Ibrahim juga pandai dalam fotografi. Ia pernah mewakilkan sekolahnya dalam lomba potret dan menjadi juara pertama. Sebuah keajaiban yang mustahil dimana Ibrahim adalah murid dengan kepintaran rata-rata untuk segala mata pelajaran tapi sangat pintar untuk mata pelajaran Fisika walaupun dirinya berada di kelas IPS.

Namun sayang, Iba bukanlah tipe orang yang terbuka. Dia pendiam lebih tepatnya misterius. Sorot mata yang teduh dan alis tebal yang tegas, hidung mancung dan gigi kelinci dibalik bibir tipisnya, dipadukan dengan tubuh tinggi yang sedikit berotot membuatnya terlihat seperti perpaduan antara baby face dan L-Men. Ituloh, sebuah iklan nutrisi yang menampilkan tubuh atletis pria.

Jadi wajar saja jika Iba dijadikan incaran sejuta umat atau julukan lainnya dari si most wanted sekolah.

"Maaf, gue gak pengen pacaran. Bukan gue pria yang baik buat lo."

Adalah sebuah kata terlontar dari bibir ranum Iba sebagai kalimat manis sebuah penolakan. Dia, sepertinya tidak mau mengikat diri pada hubungan tanpa rasa dari dua belah pihak.

"Madin, lo oper bolanya ke gue!" seru Nathan pada rekan setimnya.

Bugh...

Awhh...

"Etdah! Madin, lo hati-hati bisa!"

"Deh salah gue? Lu nya yang gak gercep nangkep."

Madin dan Nathan, salah satu anggota tim basket SMA Balakosa terlibat adu kesalahan setelah melempar bola tanpa perhitungan. Ketika Madin mengoper bola pada Nathan yang berdekatan dengan Raya, ia melempar cukup kuat hingga bola tersebut mendarat bukan di tangan Nathan melainkan di kepala gadis malang itu.

"Ray! Lo gak papa?" tanya Jessica panik.

"Pusing kepala gue," jawab Raya, memegangi kepalanya yang berkunang.

"Yaudah kita ke UKS aja. Sini gue bantuin," ajak Jaka membopong tubuh Raya.

"Kalau main bola liat-liat dong! Pakek mata!" cerca Dio.

"Weesss, santai bang. Madin gak sengaja," balas Nathan menahan tubuh Dio yang seakan siap mengajak Madin ribut.

"Pakek mata sat! Temen gue kena bola!"

It's kinda he doesn't like them.

"Ya ngapain juga kalian harus berdiri disini udah tau anak basket mau latihan." Jawaban Madin barusan membuat Dio mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangan. Sorot matanya mengiringi kepalan tersebut melayang ke pipi chubby milik Madin.

Tapi, pukulan cantik itu gagal landing di pelatarannya. Iba sigap menahan satu tinju tersebut sebelum menjadi perkelahian dua teruna.

"Gak usah berlebihan Yo, kepalanya emang bakal sakit tapi gak sampe geger otak. Jangan sampe kalian masuk ruang guru karena berantem," kata Iba.

Kedua remaja yang mempunya paras di atas rata-rata itu saling melempar tatapan sengit. Dio mendengus kesal, masih menatap nyalang, ia menyusul Raya dan kedua temannya ke UKS.

Sedangkan Ibrahim, Nathan, Madin, dan beberapa anak basket lainnya melihat kehilangan punggung Dio di ujung koridor sekolah. Setelah itu, Iba memberi aba-aba kepada mereka untuk kembali berlatih menguasai bola.

✎✎✎

Hukuman yang dijalankan si 4 serangkai akan berakhir ketika bel istirahat berbunyi karena jam pelajaran Fisika sudah usai saat itu.

"Gimana? Mau makan di kantin apa kita bawain ke sini?" tanya Jessica yang ikutan duduk di hospital bed Raya. Gadis berambut gelombang itu sudah diobati oleh penjaga UKS sekolah.

Raya menggeleng pelan, "Kalian makan aja sana. Ntar jemput gue lagi pas bel pulang yaa."

Mendengar nada candaan dari Raya barusan membuatnya mendapatkan pukulan pedas di bokong oleh Jessica.

"Sstt... Aww! Sakit monyet!" desis Raya.

"Makanya! Kalau ditanya serius jawab yang bener. Yaudah deh, kalau gitu gue sama yang lain cabut dulu mau istirahat," kata Jessica seraya mengikat tali sepatunya ditemani Jaka dan Dio.

Kemudian, mereka berpisah. Tapi sebelum itu, "Gws unggas betina," seru Jaka yang berjalan keluar dari UKS.

Raya terkekeh, kemudian ia merentangkan tubuh menikmati momen dimana dirinya tidak harus berkutat pada buku dan pena di bangku jahanam kelasnya.

She doesn't like studying.

Tapi malang, tidur siang Raya mesti terganggu oleh sapaan seseorang.

"Ray? Lo tidur?"

"Eh! Madin, lo kesini? Ngapain?"

Berat hati, Raya membuka mata dan mendudukan tubuhnya bersender di kepala ranjang, menatap bingung pada orang yang kini terlihat gusar.

"Dia mau minta maaf," ujar Iba baru masuk ke UKS sambil menyeka rambutnya yang sedikit berkeringat habis olahraga.

Jelas Raya terpesona! Tapi dirinya coba untuk biasa. Mereka itu satu angkatan jadi Raya sudah tahu bagaimana sakitnya menyukai seorang Ibrahim Adhikari Lazuardi.

"Oh gak papa kok Din, gue gak bocor otak juga gegara sundulan bola. Gak papa kok," jawab Raya melempar senyum cantiknya.

Madin mengangguk cepat, ikutan senyum. Ia merasa lega. "Cepet sembuh ya Ray, gue sama Iba mau keluar lagi hehehe kasihan bakso bu Susi menunggu untuk dikunyah."

Raya menganggut, melepaskan kepergian teman satu tingkatan beda kelas. Matanya memindai tubuh Iba yang berjalan keluar begitu saja, tanpa permisi sama seperti saat masuk tadi.

☃☃☃

Bagaimana chapter pertama ini?
Kita sama-sama mengenal mereka dulu agar mungkin bisa semakin dekat. 🥰

Jangan lupa untuk dukung I Do Dare dengan banyak cinta yang kalian punya!!!

With love letters, with X's and O's

𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡

25 𝐌𝐚𝐫𝐞𝐭 𝟐𝟎𝟐𝟏

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

762K 54.7K 46
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
39.9K 9.1K 111
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
103K 11.3K 34
Jaemin dikejutkan ketika sang pacar menyatakan bahwa bayi merah yang digendong oleh ibunya adalah anaknya. Sementara sang pacar sudah menghilang enta...
262K 22.5K 34
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...