Sweet Felony ✔

HaderKim

90K 11.9K 3.2K

Kebutuhan ekonomi telah membuat Kang Soojae nekat belajar ilmu mencopet dari sahabatnya. Di tempat hiburan ma... Еще

00
01 : In The Club
02 : When I want you
03 : No Reason
04 : Lonely
06 : Don't touch
07 : Danger
08 : Party
09 : Goodbye Mr. Kim
10 : The truth
[Epilog 01]
[Epilog 2]
[Epilog 03]
[Epilog 04]

05 : Miss Mr. Kim

5.3K 873 249
HaderKim

 

         Empat hari telah berlalu sejak hari itu, Soojae dan adik-adiknya tinggal di rumah yang diberikan Taehyung untuk mereka. Soojae sebenarnya merasa sangat malu, tapi ia tidak ingin munafik. Ia menyukai rumahnya, menyukai suasana tenang di sana. Sekarang, semuanya terasa begitu mudah, setiap Maurra dan Mairra mengeluh lapar, ia selalu menemukan berbagai macam bahan makanan di lemari pendingin. Tanpa harus merasa payah karena tak memiliki uang. Semuanya tersedia seperti di surga, selama empat hari ini pula ia beristirahat di rumah karena sudah tak punya pekerjaan. Lalu kemudian ia teringat dengan fakta bahwa Taehyung sudah menikah dan memiliki istri.

Ini hanya hubungan yang tidak nyata, benar. Semua akan sirna beberapa hari lagi, oh atau beberapa jam, atau beberapa menit lagi? Seperti ketika ia mendapatkanya, semua ini pasti akan hilang dengan sama mudahnya. Sekarang ia tidak boleh bermalas-malas ria. Ia harus bergerak dan bangkit di atas kakinya lagi. Tidak ada gunanya bergantung pada pria itu. Yeah, anggap saja ini hanya pertolongan sementara. Jeda untuknya kembali bergerak maju.

Bagaimana pun juga, kehidupan ini bukanlah kehidupannya. Ini tidak nyata. Jadi pagi ini, setelah menemukan Aleen mengetuk pintu kamarnya. Ia langsung bangkit duduk tegak dan merapihkan semua berkas lamaran kerja yang berserakan.

"Aleen?"

"Eonnie, Mairra mengeluh ingin bertemu dengan tuan Kim."

"Oh, kenapa?"

"Tidak tahu. Aku pun tidak mengerti kenapa Mairra terus-terusan merengek."

"Tapi si Kim gila itu belum datang lagi semenjak dia pergi. Benar 'kan? Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Bagaimana caranya aku memintanya datang?" Soojae pasang wajah cemberut dan kesal. Ia melipat tangan di dada.

"Sudah empat hari tuan Kim pergi, mungkin saja Mairra merindukannya. Apa Eonnie tidak merindukanya juga?"

"Aku?" Soojae menunjuk wajahnya sendiri, tidak percaya. Lalu ia tertawa terbahak-bahak, seperti preman. Aleen menautkan alisnya kebingungan. Wajah gadis itu polos sekali, sementara Soojae membungkuk memegangi perutnya yang sakit karena tertawa. "Lelucon macam apa itu. Mana mungkin aku merindukan si sinting mesum seperti dirinya?"

Aleen, si pengasuh bayaran--yang umurnya lebih muda dari Soojae, nampak berpikir sejenak. "Ya mungkin saja Eonnie merindukannya. Bukankah kalian sepasang kekasih?"

"Kau tahu, itu hanya akal-akalanku saja."

"Hm, tapi sepertinya tuan Kim nampak serius denganmu, Eonnie."

"Mana mungkin, majikanmu itu kan sudah beristri."

"Tapi tuan Kim dan istrinya..."

Belum selesai Aleen melanjutkan, mereka dikejutkan oleh kedatangan Maurra. Yang saat itu hanya pakai kaus dan rok pendek selutut. Bocah itu berlari cepat sekali, lalu menumbrukkan tubuhnya pada sang kakak.

"Eonnie! Gawat, Mairra pingsan!"

"Pingsan! Bagaimana bisa?" Maurra menggeleng-geleng, lalu bocah itu berlari melintasi ruangan. Meninggalkan Soojae dan Aleen yang sempat terpaku karena kebingungan. Saat mereka menyusul, terlihat Maurra bersimpuh di dekat sang adik. Bocah kecil itu berbaring di atas rerumputan dengan mata tertutup.

Soojae sudah lemas sekali, ia langsung panik dan hampir saja menjerit--kalau Mairra tidak tertawa dan bangkit berdiri. Bocah itu menjulurkan lidahnya keluar, meledek sang kakak. Merasa sudah dibodohi, Soojae mencebik dan menopangkan dua tangannya ke pinggang.

"Dasar anak-anak nakal, sini kalian, biar kupukul!" Terjadilah acara kejar-kejaran antara dua bocah kembar dan kakak perempuannya.

Sementara Aleen sedikit mengumbar senyum melihat kebersamaan keluarga kecil itu, setelahnya ia pergi ke dapur dan kembali beberapa menit kemudian, ia berdiri di bawah naungan pohon rindang sambil lalu memegang nampan berisi jus dan cemilan. "Huaaa, Aleen Eonnie! Tolong aku, Eonnie Soojae sangat galak kalau sedang marah."

"Siapa yang mengajari kalian untuk pintar bersandiriwara begitu, huh!" Mairra sudah pasrah dalam gendongan Soojae--yang bokongnya sesekali dipukul-pukul gemas. Mairra terkikik-kikik, pipinya merah muda dan senyumannya berseri-seri, seperti bidadari.

"Kena kau!"

"Ampun Eonnie, aaa! Lepaskan aku!"

"Tidak akan, biar kuhukum dulu gadis-gadis nakal ini." Maurra berteriak ketika Soojae sudah mendapatkannya. Dibawanya tubuh ringan Maurra dan digendongnya dua bocah itu sekaligus. Soojae menautkan alisnya dengan galak, bukannya memberi efek menakutkan, gadis itu malah terlihat menggemaskan.

"Eonnie, sudah, aku lelah."

"Aku juga," keluh Maurra.

Soojae melepas dua bocah itu setelah puas menggelitiknya. Mereka pun duduk berdekatan di atas rerumputan, jus yang tadi disiapkan Aleen sudah tandas, gelas-gelasnya sudah kosong semenit setelah ditenggak dan ditinggalkan berbaris di atas tanah.

"Eonnie, kila-kila kapan ahjjusi Kim akan datang lagi?"

"Memangnya kenapa?"

"Kemarin 'kan kami belum berterima kasih dengan ahjjusi Kim. Katanya rumah ini milik ahjjusi, kita juga boleh tinggal di sini. Tidak ada salahnya 'kan kita berterima kasih?" Maurra menyahut sambil menggembungkan pipi.

"Hm..." Soojae berpikir sejenak, Mairra menambahkan ucapan kembarannya, "Benal, Mailla juga belum membelikan ciuman sayang pada ahjjusi Kim, kila-kila ahjjusi suka tidak ya kalau aku cium."

"Jangan mencium orang sembarangan, Mairra tidak boleh seperti itu."

"Kenapa?" Maurra memprotes, bocah kecil itu bersungut-sungut ketika berkata, "Kenapa tidak boleh? Eonnie saja dicium ahjjusi Kim waktu itu."

"A-apa?"

"Memangnya aku tidak lihat apa. Waktu di depan toilet itu. Mairra, sepertinya Eonnie hanya ingin menyimpan ciuman ahjjusi Kim untuk dirinya sendiri."

"T-tidak, bukan seperti itu! Maurra, jangan ajari adikmu sesuatu yang tidak benar. Sudah, ayo! Masuk ke dalam. Kalian bau."

Mairra dan Maurra langsung teralihkan. "Yeay! Aku mau mandi busa di bak besar! Maulla, kau simpan bebek kaletku di mana?"

"Ada, aku simpan dengan baik, nanti aku ambilkan, ya."

"Yeay, mandi busa... mandi busa..."

Saat si kembar sudah pergi ke dalam, Soojae meraih gelas-gelas kotor, ia pun menyerahkannya pada Aleen. "Kita harus menghubungi majikanmu itu, adik-adikku tidak akan berhenti menanyainya."

"Eonnie, sepertinya tuan Kim sedang ada di luar kota, dia masih belum pulang. Rasanya percuma saja menghubunginya sekarang."

"Sesibuk itu dirinya?"

"Ya, dan aku tidak berani menganggunya. Dia orang yang sangat pemarah."

Di saat-saat itulah terdengar bunyi klakson mobil seseorang. Aleen dan Soojae sontak mencari asal suara dan dengan mudah menemukan sosok Hiro di ujung halaman, sedang membungkuk untuk membuka pintu mobil. Saat sang tuan besar sudah keluar, di saat itu pula tatapan mata Soojae bertemu dengan Taehyung. Gadis itu menyeringai puas sambil melipat tangan di dada.

"Lihatkan Aleen, tanpa kuhubungi pun lelaki mesum itu sudah datang dengan sendirinya."

🌷🌷🌷

"Ahjjusi Kim!"

Mairra berlarian menghampiri sosok Taehyung, tadi bocah kecil itu sedang mengambil mainannya dan membiarkan Maurra masuk ke bak mandi lebih dulu. Lalu teralihkan oleh suara mobil seseorang dan sangat senang ketika temukan seseorang yang dinantikannya datang.

Baru saja bocah itu hendak memeluk, hal tersebut langsung digagalkan oleh Soojae. "Jangan Mairra, tubuhmu kotor. Tuan besar kita tidak suka gadis kotor."

Mairra langsung cemberut mendapati perkataan sang kakak, kemudian Taehyung yang tadi diam saja, ikut berlutut mensejajarkan tubuhnya. "Tidak apa-apa, ayo! Peluk aku."

"Yeay!" Dengan penuh kebahagiaan, Mairra melingkarkan dua tangan mungilnya ke leher Taehyung, lalu segera mungkin menjauhkan tubuh. "Aku akan pelgi untuk mandi, Ahjjusi jangan pelgi lagi, ya? Aku dan Maulla aku segela datang."

Sepeninggalan Mairra ke kamarnya, Taehyung langsung bangkit berdiri, tidak ada raut menyenangkan di wajah pria itu. Hanya ada kerutan-kerutan lelah di sana, yang seketika itu membuat Soojae menyadari kalau saat ini Taehyung sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa hanya diam saja, cepat buatkan aku kopi."

"Aleen sedang membuatkannya untukmu, kau jangan marah-marah terus." Soojae hendak berlalu untuk memeriksa adik-adiknya yang sedang mandi, tapi lengannya langsung ditahan Taehyung. "Aku ingin kau yang membuatnya, bukan Aleen."

Dihembuskannya napas dengan pasrah, Soojae pun mengangguk tanpa perlawanan. Dasar pria sulit, kata Soojae sebal, bibirnya mencebik. Saat sampai di dapur, ia lihat Aleen sedang menunggu air di ketel matang, ia segera mungkin meminta Aleen untuk mengawasi adik-adiknya. Pun tanpa bantahan Aleen langsung mengikuti perkataan Soojae.

Dari arah belakang, Taehyung memperhatikan punggung kecil Soojae. Tubuhnya bersandar ke tembok dan tangannya menyilang di dada. Gadis itu sedang sibuk menuang air panas dari ketel yang tadi bersiul--ke sebuah cangkir keramik kecil. Saat Soojae berbalik hendak mengambil sendok, tahu-tahu Taehyung sudah ada di hadapannya dan lengan-lengan pria itu melingkar di sekitar pinggulnya.

"H-hei, apa yang kau lakukan!"

"Memelukmu."

"Apa?"

"Melihatmu sibuk di dapur seperti ini benar-benar membuatku ingin memakanmu."

"Lepaskan aku!"

"Aku tidak suka ditolak," bisik Taehyung. Pelukannya mengerat. Wajahnya dibenamkan dalam-dalam ke perpotongan leher sang gadis, Soojae menggeliat kegelian, tapi Taehyung tidak peduli. Ia memejamkan mata dan menghirup wewangian yang berasal dari rambut si gadis. "Kupikir aku akan mati setelah ini, tapi sepertinya tidak... sekarang aku tahu apa yang harus kulakukan."

Pelukannya melonggar, Soojae lekas menahankan dua tangannya di dada pria itu, tetap saja wajah mereka berdekatan. Hembusan napas keduanya berhamburan menjadi satu, perasaan letih yang dirasakan Taehyung berangsung-angsur pulih. Seperti ada sihir di sana. "Bisa-bisanya aku tertarik dengan gadis sepertimu, aku bahkan harus menyikirkan dia dari pikiranku dan..."

"Kupikir kau harus duduk dan menungguku menyajikan kopinya."

"Aku tidak ingin disajikan kopi, aku ingin disajikan dirimu."

"Itu tidak mungkin, Tuan. Aku sudah berjanji pada seseorang, untuk tidak memberikan kehormatanku pada siapa pun sebelum aku menikah."

"Kalau begitu jadilah istri keduaku."

Dahi Soojae berkerut-kerut, bibir mungilnya terbuka karena terperangah. Belum selesai ia dikejutkan dengan perkataan si pria, ia kembali dihantam oleh gelombang yang lebih dahsyat. Ya, pria itu mencium bibirnya, lagi... entah untuk yang keberapa Taehyung mencuri darinya.

Sambil berpegangan pada kemeja si adam, Soojae berharap kalau ia bermimpi saja. Sebab ia tidak mau mengikuti semua kerinduan ini, ia tidak ingin tenggelam dalam permainannya sendiri, tapi sialnya ia justru menikmatinya. Menikmati betapa lembut pria itu menciumnya, di bibir, di pipi, di rahangnya dan di dahinya. Soojae mengerjap-ngerjapkan mata sesaat setelah Taehyung membubuhkan kecupan singkat di puncak hidungnya.

Ketika tersadar, ia sudah duduk di atas meja makan. Wajah malu dan kebingungan yang ditunjukannya ternyata membuat Taehyung gemas.

"Dasar gadis bodoh, kenapa aku sangat merindukanmu."

"Rasanya sangat aneh," lirih Soojae. Ia memalingkan wajahnya yang memerah. "Aneh?"

"Ya, aneh. Kenapa mesti pria sepertimu yang harus merindukanku? Kenapa bukan asistenmu saja. Si Hiro itu?"

"Hiro sudah punya kekasih."

"Dan lebih parahnya kau sudah punya istri!" Alis Soojae bertautan tak terima. Membuat wajah pemalunya tertutupi oleh raut-raut marah di sana.

"Aku merindukanmu, dan itu tidak ada hubungannya dengan istriku."

"Kenapa, kenapa kau merindukan gadis kampungan sepertiku?" Pertanyaan penuh tuntutan itu keluar dengan mudahnya, Taehyung tertegun selama beberapa saat. "Tidak tahu."

Soojae mengangkat tangannya ke bahu Taehyung, mencengkramnya di sana. Mereka bertatapan dengan lekat seperti orang yang sedang melakukan telepati. "Yang waktu itu... kenapa kau mengatakannya?"

"Apa?"

"Kau bilang kau kesepian, kenapa?"

"Aku tidak tahu."

"Kau sudah beristri, Tuan, tapi kau kesepian?"

"Itu rahasiaku."

"Sampai kapan aku akan dihukum?"

"Sampai aku menemukan gadis lain."

Tanpa sadar, Soojae menggigiti bibirnya sendiri. Pipinya yang menghangat disentuh Taehyung dengan lembut, berkata serupa bisikan, "Istriku sudah tahu."

Seketika itu Soojae langsung melebarkan mata, ia terkejut bukan main. Ada rasa sedih, takut dan gelisah dalam dirinya. "Apa?"

"Istriku sudah tahu, dan kubilang aku menyukaimu."

"Kau pasti sudah gila."

"Memang," sahutnya enteng. "Tapi kau jangan khawatir, ini akan segera berakhir."

Taehyung melingkarkan dua tangannya ke pinggul Soojae dan mengangkat gadis kurus itu ke gendongannya, Soojae spontan melingkarkan tangan ke leher Taehyung. Ia tidak memberontak ketika Taehyung berjalan melintasi dapur dan membawanya masuk ke kamar.

"Ada yang ingin kubicarakan empat mata denganmu."

"Baiklah, tapi biarkan aku turun." Soojae menggerakan kedua kakinya supaya dilepaskan. Taehyung memang melepaskannya, tapi tidak untuk berpijak di atas lantai, melainkan mendudukannya di pinggir ranjang. "Jadi... apa aku boleh bertanya?"

"Hm..." Taehyung berdiri dengan begitu tegap, tubuhnya berbalik dan berlalu meninggalkan Soojae. Pria itu berdiri cukup lama di dekat jendela, menatap halaman rumah dengan pandangan kosong. "Aku masih tak mengerti kenapa kau melakukan ini semua, aku tidak ingin berhutang budi apa-apa denganmu."

"Lalu?"

"Aku berhak tahu sampai kapan kau akan menghukumku?"

"Sudah kubilang, semua akan selesai kalau aku bertemu dengan gadis lain."

"Kapan?"

"Tidak tahu."

"Dasar egois!" Soojae cemberut. Ia sudah menyiapkan kepalan tangannya untuk meninju Taehyung kalau-kalau pria itu ada di dekatnya. Sayangnya, ia masih duduk di sana. Di pinggir ranjang sambil lalu mengingat-ingat perjalanan panjang yang sudah diambilnya.

"Kenapa kau melakukannya?"

"Melakukan apa?" Kepala Soojae terdongak, matanya menatap lurus-lurus ke dua obsidian kembar milik si adam. "Kubilang, kenapa kau berbuat nekat pada malam itu?"

"Oh itu..." Kemudian Soojae teringat dengan hari-hari berat sebelum hari di mana ia memutuskan untuk meminjam gaun seksi dan pergi mencari mangsa di club malam tempo lalu. Ia tersenyum samar, senyuman masam dan sedih. Taehyung hanya diam menunggu, seraut muram di wajah Soojae sudah cukup menggambarkan betapa mendesaknya keputusan itu diambilnya. Tangan Soojae terkepal di pangkuan, kepalanya menunduk dan gadis itu mati-matian menahan air matanya untuk tidak menitik.

"Kebutuhan ekonomi. Kau pasti mengerti."

"Aku tidak bisa mengerti kalau kau tidak bercerita."

Soojae mengangkat wajahnya, ia sempat menimang. "Kau bisa mencari tahu sendiri 'kan, Tuan besar?"

"Aku ingin mendengar cerita lengkapnya langsung darimu."

"Aku tidak bisa menceritakannya pada orang asing..."

"Tapi aku kekasihmu, iya 'kan?"

"Tapi hubungan kita tidak nyata."

"Nyata tidak nyata kita tetap sepasang kekasih."

"Astaga!"

"Ayolah, aku ingin mendengar kisahmu."

"Baiklah, tapi berjanjilah untuk tidak menciumku dengan sembarangan lagi."

"Aku tidak bisa janji untuk itu, karena aku bukan orang yang akan meminta izin kalau menginginkan ciuman dari seseorang."

"Kalau begitu kau harus belajar."

"Aku sedang melakukannya saat ini, cepat mulai atau aku akan menciummu," kata Taehyung sambil menyeringai. Soojae mencebik kesal, berpikir sebentar sebelum berkata, "Kami cuma keluarga biasa yang hidup serba pas-pasan, ayahku seorang supir pribadi sedangkan ibukku hanya ibu rumah tangga. Kami punya sebidang tanah untuk berkebun dan dua ekor sapi untuk diperah. Kami hidup sederhana sekali. Aku anak satu-satunya, yang merasa sangat sempurna dalam kebersamaan itu." Senyum Soojae luntur bersamaan dengan kepalan tangannya yang terbuka lemah, Taehyung masih berdiri di hadapan gadis itu. Menunggu sisa kisahnya.

"Saat adikku terlahir, aku sudah remaja, baru saja lulus SMA. Aku tumbuh dalam kasih sayang ibukku dan menjadi manusia yang mirip seperti dirinya. Suatu hari, aku baru kembali dari pasar, kulihat ibu yang sedang menyusui Maurra dan Mairra menangis begitu pedih. Seluruh isi rumah hancur berantakan."

"aku bertanya kenapa? Tapi ibu terus menangis tanpa mau mengatakannya. Kemudian, aku pun tahu dengan sendirinya. Ayahku berselingkuh dengan seorang wanita, dia teman lamanya... ayahku membawa semua harta kami. Dan membuat hidup kami terlunta-lunta tanpa arah."

Air mata Soojae menitik, cepat-cepatlah benda cair itu dihapusnya. "Ibu hanya bertahan dua tahun sebelum ia divonis menderita kanker. Aku bekerja paruh waktu dan meminjam uang kesana-kemari untuk pengobatan ibuku. Saat itu Maurra dan Mairra masih sangat kecil, dua tahun setengah dan selalu saja merengek-rengek padaku. Kami hidup bertetangga dengan sepasang suami-istri yang tidak dikaruniai seorang anak. Saat ibukku meninggal, bibi Caroline lah yang menjaga adik-adikku."

Diulurkannya tangan dan dipeluknya kepala gadis itu ke dadanya. Soojae tidak mengeluarkan suara tangisannya, hanya air matanya saja yang meleleh pedih. "Terima kasih karena sudah mengatakannya padaku."

"Aku tidak tahu harus melakukan apalagi untuk melunasi hutang-hutangku, aku bekerja paruh waktu tapi itu bahkan tidak cukup, aku melakukannya karena aku sangat membutuhkan uang. Sungguh, aku tidak pernah bermaksud untuk mempermainkanmu."

"Andaikan targetmu bukan aku, apa yang akan terjadi nanti? Aku yakin akhirnya akan jauh lebih buruk dari ini."

"Benar."

"Jadi jangan ulangi kebodohanmu lagi. Beruntung kau bertemu denganku."

"Aku tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, tapi terima kasih banyak, Tuan."

"Apa kau tahu, aku datang ke sini hanya untuk melihat dan mendengar kisahmu."

"Apa kau benar-benar tertarik padaku?"

"Memangnya kau pikir aku berbohong?"

"Tapi kau sudah menikah, kau mungkin saja sudah punya anak... Bagaimana bisa aku melakukan hal keji ini, ayahku pergi dengan wanita lain. Meninggalkan aku, ibu dan adik-adik. Hidup kami sangat sulit setelahnya, apa kau akan melakukannya pada mereka juga? Aku tidak mau. Maka dari itu tolong hentikan semua ini, Tuan."

"Aku tidak bisa."

"Kenapa?"

Taehyung mendorong tubuh Soojae supaya gadis itu berbaring di ranjang, sementara tubuhnya membungkuk di atasnya. "Karena semua ini belum cukup. Aku punya banyak uang untuk memenuhi semua kebutuhan istri dan anakku. Lagi pula, kalau aku bersamamu, aku tidak akan meninggalkan mereka. Mereka akan bahagia kalau aku juga bahagia."

"Dasar lelaki tamak, kau hanya tidak mengerti rasanya ditinggalkan oleh orang yang kau sayangi." Taehyung tersenyum samar, jemarinya mempermainkan seutas rambut Soojae dan tertawa kering, "Aku tahu, tentu saja. Kita sama-sama tahu rasanya." []

03/01/21/Alim

Kalian kangen aku gak? Akhirnya bisa updte juga ya hahaha.

Aku cuma mau bilang makasih sama kalian karena udah nunggu aku up dan kasih banyak cinta ke setiap work di lapak sini 😭 pokoknya makasih ya. Kalian itu pengertian bangt, tanpa aku minta udah kasih banyak vote dan komen di sini, di semua ceritaku yg masih on-going. Makasih buat dukungannya yang kalian kasih dengan sepenuh hati, itu bayaran yang menurutku sangt mahal buat cerita yg abal-abal kaya gini. Aku sangat terharu 😭 Makasih.

Продолжить чтение

Вам также понравится

822K 39.6K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
190K 13.8K 26
Xiao Zhan kabur dari kejaran orang-orang yg ingin melecehkannya dan tidak sengaja memasuki sebuah ruangan, ruangan dimana terdapat seorang pria yg se...
1M 61K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
798K 82.4K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...