43. Healing (part 2)

4.9K 697 425
                                    

Selamat menikmati update-an DADDY HOT berikutnya! Ini adalah part 2 dari chapter "Healing". Pemulihan trauma Rayyan ini enggak sebentar, tapi jika berhasil melewati hujan badai ini, mentari cerah bersinar. Bagi yang ngikutin akun IG-ku dan Shou, pasti udah lihat spoiler masa depan mereka, dong? Hehe.

Part ini panjangnya di atas 8000 kata, lho. Muasin, enggak? Semoga puas, ya. Makan dulu sebelum baca cerita ini biar ada tenaga.

Di mana pun kalian berada, stay safe & healthy, ya.

Di chapter ini ada dua buah rekaman suara Pak Shouki di tengah dan di akhir cerita. Wajib dengar jika ingin membaca cerita ini dengan lebih menjiwai.



Rayyan Nareswara duduk di sisinya. Tenang seolah tak bernapas.

Mereka berada di ruang tunggu klinik psikiatri. Klinik yang berada di salah satu kawasan ruko di Jakarta Pusat. Bukan rumah sakit, sesuai permintaan Rayyan. Bukan yang bercat putih atau hijau seperti cat rumah sakit, sesuai permintaan Rayyan juga.

Rayyan duduk tertunduk, seperti tak ingin melihat apa yang ada di depannya. Shouki mendapati ujung jemari lelaki itu tremor, meski Rayyan berusaha menyembunyikannya dengan cara memasukkannya ke saku celana jeans. Barangkali menghirup aroma steril dari sebuah ruangan klinik saja sudah membuatnya stres.

Shouki meraih tangan Rayyan dan menggenggamnya. Tangannya berkeringat dingin, sedingin es. Shouki mencoba membuatnya hangat dengan meremas lembut.

Rayyan sedikit tersentak, menoleh, berdeham. Kita di tempat umum. Shouki membaca dari mata itu. Lucu. Rayyan Nareswara yang dahulu ia kenal cuek dengan pendapat sekitar. Rayyan berusaha melepaskan tangannya, tetapi Shouki kukuh ingin menggandeng. Biar saja orang-orang melihat.

Shouki tersenyum, mengusap tangan itu. "Everything's gonna be okay."

"Ibu-ibu di depan kita ngeliatin," bisik Rayyan.

"Enggak masalah buatku. Kenapa memangnya?"

"Karena ... Daddy ... Daddy itu Indonesian pride, pebalap kebanggaan Indonesia enggak boleh ketahuan homo," bisik Rayyan lagi, wajahnya serius meski nada suaranya bercanda.

"And you're my pride," balas Shouki tertawa. "Aku cuma genggam tanganmu biar kamu tenang. Aku salah?"

Diam, Rayyan lalu mengambil bantalan sofa, menutupi pertautan jemari mereka dari mata orang-orang.

Shouki tak dapat menahan senyum, meremas pelan tangan Rayyan di bawah bantal.

Suster memanggil nama Rayyan beberapa saat kemudian. Shouki merasakan barang sedetik denyut kuat dari tangan Rayyan, sebelum kemudian Rayyan membalas genggam lebih erat.

"Saya ...," ia berdeham, "udah dipanggil. Masuk dulu."

"Kutunggu di sini, Ra," ucap Shouki, melepaskan tangan itu. "Tenang aja."

Rayyan menatap Shouki sebentar, seakan ia ingin minta ditemani masuk ke ruang dokter. Lalu, akhirnya ia mengangguk dan berdiri tegap. Di mata orang-orang, postur itu terlihat gagah sebagaimana Rayyan Nareswara yang biasa. Namun, Shouki tahu Rayyan sedang berusaha keras melawan rasa takut. Punggung itu membungkuk saat ia tiba di depan pintu ruangan psikiater.

Shouki menatap pintu yang tertutup.

Ini adalah pertemuan pertama. Pada hari ini sesi konseling. Rayyan akan diminta untuk bercerita dan membuka diri.

Shouki menatap langit-langit di atas kepala, membiarkan matanya buta oleh cahaya neon putih. Ia menarik napas dan menutup mata. Selama Rayyan berada di ruang konseling, Shouki jatuh tertidur. Sudah berhari-hari ia tak cukup tidur.

DADDY HOT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang