50. come and go

2.4K 144 21
                                    

ih keren bgt cepet jugaa capai target, aku cuma ngetes aja sih dan tuh kannn kalian tuh bisa ngevotee kalo mau cepet update, ayo vote dan komen lg yang banyakkk!!!🫵🏼

part ini hampir 3000 words, kalo gak vote sih kebangetan😭 vote tuh tinggal klik bintang aja, udah, sesimple ituuuuw😞😞😞

anw ayo kita emosi di part ini, happy reading y'all!🤍🤍🤍

o0o

"Ayah ke mana, Bun?"

"Bunda, Ayahnya Mey di mana?"

"Bunda, Mey ingin bertemu Ayah."

"Bunda! Ayahnya Mey mana?!"

Izora yang sudah 8 hari ditanyai di mana keberadaan sang ayah oleh anaknya mulai muak. Spatula yang sedang dia gunakan untuk masak itu langsung dibanting ke lantai begitu Meysi bertanya sambil berteriak padanya. Meysi berjengit kaget.

"Gak tau, Mey! Stop nanya di mana Ayah, di mana Ayah! Berisik! Kalo pengin ke Ayah, sana keluar cari sendiri!" bentakan keras pertama yang Meysi dapat itu tentu saja membuat tangisnya langsung pecah.

"M-mey just ask, kenapa Bunda ha-harus memarahi?!" tanya Meysi balas membentak.

Izora matikan kompor, dia menurukan pandangannya pada putrinya yang berusia 4 tahun itu, pipinya sudah berlinang air mata. "Kamu berani bentak aku?!"

"Bunda juga bentak Mey!" kesal Meysi sambil melemparkan barbie yang dia pegang ke wajah Izora. "Bunda jahat! Tidak sayang Mey! Bunda not good seperti Ayah! Mey tidak syuka Bunda! Mey benci Bunda!" Meysi langsung membalikan tubuhnya, Izora kira anaknya itu akan masuk ke kamar, tapi ternyata tidak. Meysi malah membuka pintu rumah dan keluar.

"Meysi ke mana?!"

"Mey akan mencari Ayah!"

Izora buru-buru mengejar sebelum Meysi berhasil menggeser pintu garasi rumahnya. Izora tangkap dan membawa tubuh yang sudah lebih berat itu ke gendongannya. Meysi menangis semakin histeris, tangannya sibuk memukul wajah Izora sedangkan kakinya sibuk menendang-nendang.

"Awww sakit, Mey. Maaf, maafin aku karena udah bentak kamu." Izora yang masih memeluk Meysi itu membawanya duduk di sofa. "Maafin aku Mey. Aku salah, aku sayang bangeeeeeeet sama Mey."

Meysi yang sudah menangis tersedu-sedu itu menatap Izora tidak percaya. "Bunda berteriak! Bunda tidak sayang akoh! Bunda tidak baik! Ayah Mey baik!"

"Sayang, Mey. Sayang banget." Izora menghapus air mata di pipi sang putri. "Maafin Bunda. Bunda cuma lagi bingung, Mey. Bunda juga kangen dan sedih gak tau Ayah ada di mana," tutur Izora dengan air yang tiba-tiba meluncur dari matanya.

"Maafin Bunda, ya? Jangan benci Bunda, Mey ..."

Meysi kembali memeluk Izora dan mengangguk. Rasa marah dan sakit hatinya pada sang ibunda sudah hilang begitu saja. Hati anak kecil memang semulia dan selembut itu. Melupakan kesalahan orang adalah hal yang mudah bagi mereka. Meysi sudah berhenti menangis, sedangkan Izora malah semakin terisak.

"Bunda, don't cry. Ayah jahatin Bunda lagi?" tebaknya sambil mengelus wajah Izora yang tadi sempat dia pukul.

"Bunda, kalau Ayah jahat nanti Mey marahin Ayah! Bunda tidak bowleh menangis again." Meysi mengatakan itu dengan mata yang kembali berkaca-kaca. Selalu begini, dia selalu kasihan dan sedih ketika melihat Izora menangis.

Meysi tidak mengerti apa yang terjadi diantara kedua orangtuanya. Kemarin bundanya yang jahat sampai membuat ayahnya menangis, sekarang malah kebalikannya. Meysi ingin masuk ke dalam perut kembali saking bingung dan lelah melihat perdebatan orangtuanya ini.

GARIS BATAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang