Два ; Straßenlaterne und Nase

884 120 18
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Armin melambai pada mobil-mobil yang melewati jalan raya dari atas balkon kamar penginapan (sejenis hotel). Sejak menginjakkan kaki di tanah marley, ia tak henti-hentinya terpesona dengan kemajuan teknologi disini.

Mereka diantar menggunakan sebuah tempat yang mirip dengan gerobak atau kereta kuda terbuka tapi tidak pantas disebut dengan gerobak karena kursinya memiliki bantalan yang empuk, lalu ditarik dengan mesin mereka kira adalah kuda atau hewan lain, saat Armin bertanya pada 'delman' itu, ia menjawab bahwa benda itu bukanlah kuda, melainkan mobil.

"Benz Phaeton," Kata sang delman.

Laki-laki itu dibuat kagum dengan nama yang terkesan unik saat itu. Ia bertanya lagi, "Apa di dalam mobil ini ada kudanya?" Yang membuat delman dan kedua orangtuanya tertawa.

"Kuda tidak bisa masuk ke dalam sini, Nak. Di dalam mobil ini ada mesinnya. Mesin itu yang menjalankan mobil ini." Pria itu menjelaskan dengan aksen Marley-nya.

Armin kecil mengangguk-angguk hingga topi yang ia kenakan merosot. 'Mesin' ia pernah membaca sekilas di buku peninggalan kakeknya. Alat mekanik atau elektrik yang mengubah suatu energi untuk membantu manusia. Pikirannya mulai dipenuhi oleh rekaan mesin yang bekerja di dalam mobil ini.

Sepanjang perjalanan ia menikmati pemandangan kota. Dimulai saat ia melambai pada laut, lalu melewati taman kota yang dipenuhi para pedagang makanan, buku, dan mainan yang membuat Armin lapar mata.

Tak sampai di situ saja, saat ia mendongak menatap langit, kedua matanya menangkap wujud aneh yang melayang di atas sana.

"Ibu, Ayah, lihat itu!"

Pria dan wanita yang juga tengah menikmati kehidupan di Kota Marley menoleh pada anaknya yang menunjuk langit dengan antusias. Mereka sama terkejutnya dengan sang anak. Bedanya reaksi mereka tak seheboh Armin.

Benda itu adalah sebuah balon raksasa yang memanjang. Entah apa namanya apakah itu sebuah hewan atau kendaraan, yang jelas itu menakjubkan.

"Wah, ibu belum pernah melihat benda seperti itu. Pasti Ayahmu juga belum."

Ayahnya tertawa, "Tentu saja belum pernah, Marine. Seumur hidup, kupikir yang bisa terbang hanya burung dan serangga lainnya."

"Masa mudamu tak se-gairah anak kita, Amery."

Pasangan suami istri itu tertawa. Sang 'Delman' juga ikut tertawa, sementara Armin kecil masih menjengulkan separuh badannya keluar dari jendela mobil yang terbuka.

"Zeppelin. Kami menyebutnya balon udara," kata sang Delman sembari memutar setirnya hingga mobil berbelok. "Kau lihat benda di bawahnya itu? Itu tempat mesin dan kemudinya."

"Woaah! Apakah Tuan juga pernah mengendalikan itu?" tanya Armin.

Pria itu tertawa lalu menggeleng. "Tidak semua orang boleh dan bisa mengemudikan balon udara itu. Aku sudah terlalu tua untuk belajar. Lagipula aku tidak tertarik untuk mempelajarinya."

Paradise ; AruaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang