guys liat prolog dulu dong bentar, aku mau liatin konsep baru yang lebih menggambarkan Mas Azra dan Mbak Izora karena kemarin ternyata kurang srek
o0o
"Aku mau sunmori ke Bandung sama temen SMA, ikut yuk, Ra? Mereka bawa ceweknya juga."
"Mey gimana?"
"Biar diasuh sama Safa aja," jawaban enteng Azra langsung dihadiahi tabokan pelan di tangannya.
"Jangan repotin adek terus ih." Izora yang saat ini masih memakai daster dan tengah menjemur baju di halaman belakang menoleh pada Azra. "Aku gak mau ikut ah, males. Mending rebahan aja di kamar."
Sebagai kaum rebahan dan remaja jompo, terlalu lama berkendara apalagi pakai motor, Izora tidak yakin kalau punggungnya akan baik-baik saja. Jadi, daripada nanti sudah jauh-jauh ke Bandung tapi malah sakit, mending tidak usah sekalian.
Azra menghembuskan nafasnya. "Jadi, aku gak diizinin pergi?"
"Loh, siapa bilang gak ngizinin? Aku cuma gak mau ikut, kamu pergi aja sendiri, dari kemarin 'kan kamu sama aku dan Mey terus. Kamu juga butuh waktu sama temen-temen, kalau mau nginep juga gak apa-apa."
Azra menyipitkan matanya, curiga dengan Izora. "Ini beneran? Kamu bukannya lagi marah atau nyindir aku main terus, kan?"
Karena jujur saja, Izora tiba-tiba tidak rewel begini membuat Azra curiga. Gak apa-apa katanya, giliran Azra gak pulang nanti marah lagi. Seperti saat itu, katanya menganggap Izora dan Meysi magicom yang ternyata artinya itu adalah, didiamkan di rumah tidak diajak jalan-jalan.
"Astaga nggak, Nakaaaa. Aku beneran gak marah. Dari kemarin 'kan aku yang main sama temen-temenku, terus kamu yang selalu jagain Mey. Sekarang ya gantian."
Padahal Izora berniat baik dan saling mengerti, tapi Azra keburu trust issue duluan. Duh, Izora jadi gak enak.
"Oke kalau gitu, makasih ya udah ngerti." Azra mengelus puncak kepala Izora sebelum masuk ke dalam untuk mandi. Akhir-akhir ini Izora jadi lebih santai dan tidak rewel seperti saat itu yang mudah mempermasalahkan hal-hal kecil, apakah itu karena hormon serotonin dan dopamin yang dia dapatkan karena bermain dengan teman-temannya, ya?
Kalau iya, Azra bersyukur. Berarti, Izoranya senang mempunyai teman.
Selama beberapa hari ini, Azra benar-benar membiarkan Izora menghabiskan waktu dengan teman-temannya dan dia yang menjaga Meysi. Azra betulan tidak marah atau kesal, tidak menganggap dirinya magicom seperti Izora saat itu. Azra senang melihat Izora senang, toh Izora tidak melalaikan tugasnya di rumah. Izora selalu memasak dan melalukan pekerjaan lainnya sebelum pergi walaupun sudah Azra bilang tidak perlu dan dia yang akan melakukannya, tapi Izora tidak mau.
Baginya, walaupun sebenarnya tidak ada kewajiban bagi perempuan untuk melakukan pekerjaan rumah karena sebenarnya, tugas perempuan itu hanya mengandung, melahirkan dan menyusui. Dan memang harusnya, pekerjaan rumah itu dilakukan oleh keduanya, tapi tetap saja Izora tidak mau membiarkan Azra kerepotan sendiri dan dia malah bersenang-senang di luar.
Ya, setidaknya Izora tidak terlalu merepotkannya.
Sudah Azra yang memberinya uang untuk berfoya-foya, mau menjaga Mey, jadi tidak ada salahnya jika Izora tetap melakukan pekerjaan rumah, kan? Sebagai bentuk tahu diri, mungkin?
"Wangi banget abangnya mau kemana sih. Kamu gak boleh bonceng cewek loh!" gertak Izora saat memasuki kamar yang ternyata penuh dengan wangi laki-laki yang kini tengah menyisir rambutnya yang masih basah.
"Iya nggak lah, orang cewek akunya aja diem di rumah, nih yang ini nih." Azra menusuk-nusuk pipi Izora. "Kamu punya bm makanan atau apa gitu yang dari Bandung? Nanti biar aku beliin."

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS BATAS [TAMAT]
RomanceBukan dunia atau tuhan yang tidak adil. Tapi, pilihan hidupnya yang salah. Tapi, tidak! Bukan hanya dia yang salah. Manusia yang tengah berdiri di depan sana dengan bahagia dan percaya diri itu juga andil dalam membuat masalah ini. Bedanya, dia haru...