4

47 6 0
                                    

Sudah tiga hari Ayara tinggal di rumah Dewa. Sejak pulang dari rumah keluarga Dewa, pria itu lebih suka menghabiskan waktunya di kantor, seakan-akan menyerahkan Alisha dalam asuhannya.

Bagi Ayara itu tidak masalah, Ayara malah senang bisa lebih dekat dengan anak sambungnya itu. Hanya saja Dewa lah yang membuatnya kesal. Ayara memang mengatakan untuk tidak mau honeymoon tapi bukan berarti dia di anggurin seperti ini kan?

Walaupun mereka menikah tanpa cinta, tapi tidak bisa kah pria itu memberinya perhatian pada istrinya ini?

"Issh, makin di pikir malah makin bikin kesel."

Sekarang hari minggu, sejak ia bangun tadi suaminya itu sudah entah pergi kemana. Setelah membuat sarapan untuknya sendiri dan putrinya, biarlah suaminya itu kelaparan salah sendiri pergi tidak bilang-bilang.
Lalu setelah semuanya beres Ayara membangunkan Alisha untuk sarapan dan mandi.

Walaupun hari minggu, Ayara tidak ingin membiasakan anaknya tidur hingga siang hari.
Mereka berdua sarapan sambil menonton film kartun kesukaan Alisha di TV.

Selesai menyuapi Alisha dan memakan sarapannya, Ayara membawa piring kotor ke dapur, lalu kembali ke tempat Alisha.
Baru saja Ayara mendudukkan bokongnya di kursi, ia mendengar suara pintu terbuka lalu tertutup, dan tidak lama muncul lah pria tampan dengan kaos, celana training dan Earphones bluetooth terpasang di telinganya. Wajah tegas dengan kulit kecoklatan yang di basahi dengan bulir-bulir keringat, sungguh pemandangan yang mampu menggetarkan iman.
Bagaimana bisa suaminya terlihat tampan dan se menggiurkan ini?

Ayara berdeham untuk menetralkan jantungnya.
"Habis dari mana kamu?" tanya Ayara pada Dewa yang baru kembali dari dapur dengan satu gelas air di tangannya.

"Jogging."

"Hmm." Ayara masih tidak berani untuk menatap Dewa saat ini. Ia takut, ia akan menerjang Dewa saat ini juga.

Dewa melangkahkan kakinya menuju sofa yang di duduki Ayara juga Alisha, pria itu hendak mencium putrinya yang masih fokus pada tayangan kartun di depannya.

Ayara yang melihat gerakan itu dari sudut matanya langsung menarik Alisha ke pelukannya.

"Jangan cium-cium, mandi dulu sana."

Dewa menatap istrinya, ia menggeser badannya, mencium puncak kepalanya sekilas lalu pergi meninggalkan mereka. Meninggalkan Ayara yang mendadak tidak bisa bergerak karena ulah suaminya yang tiba-tiba itu.

staga jantung gue!
Ya Allah gusti nu Agung, tolong kuatkan jantung hamba Mu yang cantik ini.

***
Dewa yang sudah mandi dan berpakaian bersih kembali ke ruang keluarga, pria itu mengerutkan keningnya saat ia tidak melihat istri juga anaknya.

Suara tertawa terdengar dari arah taman belakang, tempat biasa Alisha bermain.
Dewa melangkahkan kakinya menuju taman yang berada di belakang rumah mereka, dari pintu yang terhubung ke arah taman, ia melihat Ayara sedang menggambar bersama Alisha di gazebo kecil.

Dewa menyandarkan badannya pada pintu, melihat pemandangan ini mengingatkannya pada mendiang almarhum istri pertamanya, Syifa. Ibu kandung Alisha.

Dewa ingat betul bagaimana bahagia dirinya saat Syifa memberitahu jika istrinya itu hamil setelah penantian mereka yang cukup panjang.

Setelah berusaha bertahun-tahun, di tahun ke empat pernikahan mereka akhirnya hari bahagia itu datang juga.

Bahkan saat Syifa mengidam hal-hal di tengah malam, seperti ingin es kelapa di jam 2 pagi. Dengan senang hati Dewa akan pergi untuk membelinya.

Tapi siapa sangka jika kebahagiaannya juga harus ia tukar dengan kehilangan yang amat sangat dalam, kematian istrinya saat melahirkan Alisha.

Sejujurnya di tengah kehamilan Syifa, Dokter sudah menyadari ada yang tidak beres pada kandungan Syifa yang bisa berakibat fatal baik buat sang ibu ataupun janinnya.

Saat itu Dewa juga Syifa sudah di berikan pilihan oleh Dokter, merelakan buah hati yang sudah mereka tunggu atau tetap melahirkan janin tersebut dengan resiko akan kehilangan salah satunya.

Dengan berat hati Dewa memilih keselamatan istrinya, namun berbeda dengan Dewa. Syifa memilih untuk melahirkan buah hati mereka.

Pertengkaran pun tidak terelakkan. Dewa yang khawatir dengan istrinya tidak menyetujui keinginan Syifa, sedangkan istrinya tetap bersikeras ingin melahirkan buah hati mereka.

"Mas, aku mohon. Aku ingin melahirkan putri ku, putri kita."

"Syifa, tidak bisakah kita merelakan? Aku yakin suatu saat Tuhan akan kembali memberikan kita kepercayaan sekali lagi. Aku hanya tidak ingin kehilangan mu."

Dewa menggenggam tangan Syifa, wanita itu mengelus pipi suaminya.
"Aku mohon...."
Melihat Syifa yang memohon pada Dewa, membuat pria itu mengabulkan keinginan istrinya.

Dan seperti yang sudah di prediksi oleh Dokter, setelah Alisha lahir, Syifa mengalami pendarahan hebat yang mengakibatkan nyawanya tidak tertolong.

Dewa menatap putrinya yang sedang asik menggambar dan bercanda dengan Ayara. Selama dua tahun ini ia fokus dengan membesarkan Alisha seorang diri. Kalau boleh jujur, ia tidak ingin menggantikan posisi Syifa pada siapapun, namun saat mantan ibu mertua serta mantan adik iparnya khawatir dengan pertumbuhan Alisha jika tidak memiliki ibu, membuat Dewa memikirkan ucapan mereka.
Dan saat rencana perjodohan itu di berikan pada Dewa, pria itu menerimanya. Dengan catatan calon istrinya harus bisa menerima Alisha, karena buat Dewa hal itulah yang paling utama.

Dan di sinilah ia sekarang, ia menerima Ayara untuk menjadi istrinya. Menggantikan posisi Syifa membesarkan Alisha, walaupun ia tidak yakin apakah ia ingin Ayara juga menggantikan posisi Syifa di hatinya.

Dewa menggeleng kan kepalanya, tidak ada yang bisa menggantikan posisi Syifa di hatinya. Ia memandang Alisha dan Ayara sekali lagi lalu memutuskan untuk kembali kedalam rumah, meninggalkan mereka berdua.

***
Ayara yang melihat Dewa masuk kedalam rumah mengerutkan keningnya.
Kenapa lagi dengan suaminya?

Ayara menghembuskan napasnya, ia tahu jawabannya. Tapi ia juga bingung bagaimana harus menanggapi suaminya.

"Undaa!" Panggil Alisha.

Ayara menolehkan kepalanya pada Alisha lalu tersenyum lebar sebelum ia menciumi pipi dan perut gembul putrinya itu, yang langsung di tanggapi dengan gelak tawa dari Alisha.

"Kita masuk lagi yuk, kasihan ayah sendirian di dalam." Ucap Ayara sambil menggendong Alisha dan pergi meninggalkan gazebo.

Dewa yang sedang menikmati kopi sambil membaca berita dari ponselnya, melihat Ayara berjalan kearahnya sambil menggendong Alisha.

"Mas sudah sarapan?" tanya Ayara.

Dewa mengambil Alisha dari gendongan Ayara, mendudukkan gadis kecil itu di pangkuannya.
"Sudah, aku sudah sarapan roti karena tidak ada makanan lain."

Ayara mendengus kecil, ia tahu jika pria di depannya ini sedang menyindir nya.
"Kan salah mas sendiri, aku bangun mas udah gak ada. Harusnya mas pamit dulu, kirim pesan kek, atau tulis memo dan tempel di kulkas."

"Untuk apa? Aku hanya jogging bukan mau minggat." jawab Dewa tanpa melihat Ayara.

"Justru aku kira mas Dewa minggat. Kan aku belum mau jadi janda."

Dewa mendelik pada Ayara, sedangkan wanita itu setelah mengambil satu tangkup roti langsung melenggang pergi meninggalkan Dewa dengan Alisha.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang