15

43.9K 3.6K 216
                                    



Rania duduk sendiri di bus, memandang lurus keluar jendela dengan tatapan kosongnya.

Rania kemudian menatap layar handphonenya, mencari kontak Randi.

Randi🐒
+62854321XXXXX | Indonesia
Calling..

Halo, napa lu nelpon gue

Lo sibuk, gak?

Beh, sibuk banget gue. Napa?

Oh, ga jadi

Eh, ntar dulu. Suara lu kok serak
gitu, lo pilek apa gimana?

Enggak, gapapa

Rania menahan air matanya agar tak kembali meluncur dengan bebas dipipinya.

Serius, bego. Ato jangan-jangan
lo nangis? Anjir bener, kan?

Enggak, ih. So tau lu. Yakali gue
nangis, ini adek lo, bego.

Gak usah boong lu. Siapa yang
bikin lo nangis ha?! Si Devan? Aldo?
buruan bilang

Enggak, gaada. Dibilangin gak
nangis, budeg lu

Buruan bilang, gue gak lagi becanda

Siapa juga yang becanda, udah ah

Air mata Rania kembali mengalir.

Eh, ntar gue jemput. Lo udah deket, kan?

Rania menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, menahan bibirnya agar tak mengeluarkan isakan.

Rania meneguk salivanya, mencoba berbicara dengan tenang.

Hm.. katanya sibuk, bego banget sih

Enggak, ga jadi. Urusan negara belakangan. Yang penting lo gak kenapa-napa. Awas aja

Air mata Rania kembali mengalir, mendengar ucapan Randi membuatnya ingin menangis sejadi-jadinya saat ini.

Kalian pasti tau, semua perempuan itu perasa. Termasuk Rania.

Rania tak ingin Randi mengetahui bahwa dirinya saat ini sedang hancur sehancur-hancurnya.

Rania berusaha mengatur nafas dan suaranya.

Hmph.., najis.

Bilangin sama sopirnya jangan sampe
lo lecet, kalo sampe lecet gue lecetin juga jidatnya

Dih, apaan sih

Rania terkekeh sembari menghapus air matanya.

Hehee, nah gitu dong. Adek gue
harus bahagia, gak boleh nangis

Bola mata Rania terarah ke atas, kembali menahan air matanya.

MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on-going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang