Titisan-titisan embun jatuh menyimbah alam,
Bau hujan menjadi aroma Subuh itu,
Bunyi rintikan hujan dan guruh saling berdentum mengikut irama alam,
Mendung menutup ruang langit dengan kegelapanSaat itu, sebuah berita menggegar sanubarinya,
Deraian air mata tumpah seolah-olah air sungai yang mengalir deras,
Detak jantungnya direntap, dihentak dan dihambat!
Kehilangan yang menusuk dinding sukmanya hancur berkecaiDia buntu!
Kemarin mereka masih bergurau senda bersaksikan alam,
Kemarin mereka masih menikmati bau kopi dan berdiskusi tentang kehidupanNamun, kini semuanya sudah tak seperti dulu!
Kejutan yang maha hebat itu membalut dirinya dengan kegelapan!
Hatinya menjerit sayu bersama dengan kotak memori yang mula berkocak hebatBenar kata mereka kehilangan itu menyakitkan,
Kini dia menjadi sebahagian daripada mereka,
Kini dia turut ditujah dengan sebuah kehilangan,
Sampai suatu saat dia lelah untuk menerima kehilangan itu!

YOU ARE READING
AKSARA PUJANGGA
PoetryBait-bait kata diciptakan melalui sang hati yang berbicara melalui akal. Sang pujangga melakarkan emosinya melalui aksara demi aksara maka terciptalah bait-bait aksara yang saling berbicara.