39. welcome to jail

2.8K 137 6
                                    

Bukti adalah kenyataan objektif yang tidak dapat diubah atau dipalsukan sekalipun sang pelaku sudah berusaha menghilangkannya untuk menutupi kesalahan yang dia lakukan. Manusia mungkin bisa berbohong, tapi bukti tidak.

Atau, sang pelaku mungkin sudah berubah menjadi manusia lebih baik, tapi tetap saja, akan selalu ada balasan untuk apapun yang pernah atau sedang mereka lakukan. Yang jelas, selama melakukan kesalahan, manusia tidak akan pernah bisa terbebas dari yang namanya hukuman. Entah itu secara instan atau tidak.

"Mbak, Mas Azra ditahan di polsek gara-gara judi online kemarin. Ayah udah kesana, harusnya bayar denda biar langsung dibebasin. Tapi, Ayah gak akan langsung bayar karena mau biarin Mas di sana sebentar. Gak apa-apa, kan, Mbak? Niat Ayah ini biar Mas sadar kesalahannya dan gak akan pernah mau lakuin itu lagi kalau udah tahu konsekuensi apa yang akan dia terima."

Itu adalah ucapan Ayah mertuanya — Pak Naradhipta tadi, saat Izora tengah menidurkan Meysi. Menurut informasi yang Izora dapat, jam 9 malam saat Azra dan teman-temannya yang sudah bersiap pulang, mereka dihadang para aparat yang mungkin sudah mengintai kegiatan di ponselnya dan pasti mengintai kegiatannya yang entah sejak kapan. Kata Ayah pula, Azra dan teman-temannya diringkus di kostan Favian.

Iya, dia tidak sendiri. Karena ternyata, para mahasiswa calon penegak hukum itu malah melakukan kebodohan berjamaah. Mereka bersama-sama mengotori surat kelakuan baiknya yang akan digunakan untuk berbagai kebutuhan nanti.

Tadi, Izora sangat khawatir dan panik bahkan menangis, takut Azra kenapa-napa, tapi tidak lagi karena dia setuju dengan Ayah. Membiarkan Azra dihukum sebagai balasan atas kesalahannya. Biar kapok. Toh, dia cuma ditahan maksimal 24jam sampai Ayah mau membayar dendanya dan Azra tidak akan kebingungan sendiri, karena ada teman-temannya pula. Anggap saja, mereka sedang kuliah kedisiplinan karena sepertinya kuliah yang setiap hari mereka lakukan tidak memberikan pelajaran apapun bagi mereka.

Mungkin, mereka sukanya memang langsung praktek.

o0o

Ada hal yang ingin Izora ingatkan pada Meysi jika sudah besar nanti yaitu, jangan terlalu mudah jatuh cinta karena sudah terlanjur nyaman. Alasan itu ingin Izora lakukan adalah karena kini, Meysi tidak ingin Safa — adik Azra tinggalkan.

Sejak tadi, Meysi menghabiskan waktunya untuk bermain dengan dengan remaja SMA kelas tiga itu. Mungkin Meysi nyaman dan menyukainya. Karena kini, dia menangis sambil memegang pahanya, tidak rela membiarkan Safa meninggalkannya bahkan untuk keperluan di toilet sekalipun.

"Ndak mau cama Bunda. Meyci mauna cama Adek!"

"Kakak, Mey. Bukan Adek," koreksi Izora. Gara-gara semua orang memanggil Safa sebagai adek, Meysi si bocah fomo itu sudah pasti menirunya. "Kak Safanya mau ke toilet dulu, Mey. Masa gak boleh?"

Saat ini, Izora tengah berada di rumah keluarga Azra. Tadi, Mbak Hawa menjemputnya karena dia khawatir jika Izora sendirian di rumah malam-malam begini. Sejak datang, dia banyak ditanya oleh Ibu tentang ini dan itu. Ibu yang baru tahu cerita Azra yang main judi merasa bersalah pada Izora yang mungkin merasa kesulitan karena menikah dengan putranya sampai harus menjual tas-tas branded yang Ayahnya belikan.

Izora sih dengan santai mengatakan tidak apa-apa, walaupun dalam hatinya memang memaki Azra.

"Mey, kamu mau lihat dan cium bau ee aku? Aku sih ayo aja kalau kamu mau." Safa berusaha dengan lembut melepaskan belitan tangan Meysi di pahanya.

Meysi tetap menggeleng dan mengeratkan tangannya di paha Safa sambil menangis. "Yaudah, Mey. Aku ee di sini aja, ya?"

"Adek ..." tegur Ibu. "Mey, Nenek punya eskrim loh, Mey, mau?"

GARIS BATAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang