Aku. Minta. Maaf.
Maaf karena aku tidak bisa menemukanmu lebih awal
Maaf... Karena aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi..
...Aku yang seharusnya minta maaf padamu.."
..Kumohon maafkan aku Zichen.."
Ketika kabut membuat semuanya menjadi buram..
Ketika hati dan emosi menyesatkan hal secara spontan..
Penyesalan adalah hal yang hanya terjadi saat semua telah dilakukan.
.
.
Buram. Berisik namun asing. Dalam kesadaran yang tidak jelas, terdapat sesuatu yang seperti menariknya, ada rasa sakit yang mencoba mengingatkannya pada sesuatu yang disembunyikan dan ditekan secara paksa. Song Lan terkejut melihat sekelilingnya.
Tubuhnya kaku, seperti mendapat pengaruh untuk patuh, lidahnya hilang, membuatnya tampak seperti boneka kayu ditambah dengan matanya yang tampak tanpa pupil.
Kesadarannya perlahan muncul ketika mendengar suara seseorang memanggilnya dan hatinya bergetar ketika mengetahui sosok dihadapannya.
Tangannya mengacungkan bilah Fuxue pada seseorang yang meringkuk di tanah. Suara tawa kejam dan ketidakberdayaan segera menyadarkannya.
Mata tanpa pupilnya beralih ke seseorang yang berdiri disebelahnya. Hatinya mendingin, ditambah penampilan menyedihkan sahabatnya yang meringkuk kecil. Tangannya yang menggenggam Fuxue mengerat, kemudian setelah tidak tahan mendengar semuanya, dia segera mengacungkan bilah tajam itu tepat pada jantung sosok disampingnya. Xue Yang.
Xue Yang menatap mayat ganas yang tidak patuh padanya, menggunakan Yin hufu untuk mengendalikannya. Namun kesadaran Song Lan sudah utuh akibat penyesalannya dan penampilan sahabatnya yang melukai hatinya. Sehingga Song Lan segera menikam jantung remaja itu, dan mengelak ketika pemuda itu menyerangnya.
Tidak ingin membiarkan Xue Yang membuka suara, Song Lan menebaskan kembali bilah Fuxue pada titik vital remaja yang telah banyak berbuat dosa itu.
Xue Yang masih tertawa keras dengan darah mengalir di mulut dan seluruh tubuhnya. Tatapannya menajam, seakan ingin mencincang Song Lan yang telah menjadi mayat ganas.
"Hahaha.. uhuk. sudah begini kau baru bertindak. Uhuk. Mungkin seharusnya aku membunuhmu saja, atau menggunakan selusin paku sekaligus. Hahaha"
Tidak peduli seberapa kuatnya daya tahan Xue Yang terhadap rasa sakit, luka dan darahnya sudah terlalu banyak. Sehingga dia hanya bisa memelototi Song Lan yang berdiri kaku dan menoleh kepada Xiao Xing Chen yang masih meringkuk dan tersenyum sedih. Pada akhirnya dia terjatuh dan harus menemui Dewa Yama.
Song Lan memastikan bahwa Xue Yang sudah mati sebelum menghampiri sahabatnya yang mengambil Shuanghua dan memutar bilah tajam ke dalam, membuatnya hampir melalui kematian lagi karena ketakutan.
"Ini semua karenaku.."
Xiao Xingchen sang rembulan terang dan angin yang lembut sedang dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Dia terduduk di hamparan tanah sambil mencengkram kepalanya dengan sangat kuat dan menjerit putus asa. Bahkan tubuhnya pun bergetar hebat ibaratkan dia sedang menghadapi musibah yang sangat berat.
"Mengapa..?! Mengapa aku membunuh sahabatku sendiri?! Mengapa aku menjadi seperti ini?!"
Darah mengalir keluar dari sudut matanya yang sudah tidak ada mata lagi merembes menuju kain putihnya.
Xiao Xingchen tidak bisa menerima kenyataan yang ia terima. Kenyataan ini benar-benar sangat menyakitkan dan mengerikan untuknya. Dia tidak hanya membunuh sahabatnya sendiri, dia juga sudah membunuh orang-orang yang tidak bersalah yang seharusnya dia lindungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
No More Regret
FanfictionKindness is like a snow- It beautifies everything it covers.