"Kalau gak ikut kerja kelompok dan gak ada partisipasinya, sorry banget tapi lo kita kick aja."
Adalah chat yang baru masuk ke ponsel Izora. Hari ini dia masih sakit dan tidak masuk perkuliahan, tapi sepertinya sang dosen memberi tugas dan mengelompokannya secara acak. Izora tiba-tiba dimasukan ke grup yang entah siapa saja orangnya. Izora tidak kenal.
Perempuan itu kesal membacanya, tentu saja. Kenapa orang-orang yang sedang bersekolah itu tidak ada empatinya sama sekali pada orang yang tengah sakit?
Tapi, Azra memberitahunya di telepon. Katanya, jika dia sedang ada tugas kelompok, mungkin dia akan melakukan hal yang sama, mengingat biasanya yang absen sakit atau izin itu hanya alasan. Akhirnya, Izora mengerti. Tapi tetap saja kesal, ya minimal tugasnya dibagi-bagi dan dia mengerjakan bagiannya sendiri. Tapi, kata salah satu dari mereka bilang harus dikerjakan bersama agar kalau ada yang salah, bisa dikoreksi langsung.
Jadi, sore hari walaupun tubuhnya masih panas dan mual yang makin menjadi-jadi, dia tetap memaksakan datang ke cafe dekat kampus dengan menggendong Meysi, karena Azra masih ada di kampus. Laki-laki itu sama dengannya, sedang mengerjakan tugas kelompok, katanya.
"Eh, lo yang namanya Izora, ya? Gue yang satu kelompok sama lo." Seorang gadis berkerudung yang sering Izora lihat tapi tidak pernah kenalan itu baru selesai memesan saat Izora baru saja berniat memesan.
"Eh, iya. Duduknya di mana? Gue pesen dulu."
"Itu yang di pojok, gue duduk duluan,& ya."
Izora langsung memesan dan setelahnya menghampiri mereka. Di sana, sudah ada dua orang laki-laki dan gadis yang tadi menyapanya. Jadi mungkin, kelompoknya hanya beranggotakan 4 orang.
Izora mendudukan dirinya dan Meysi yang dia simpan di sebelahnya. "Sorry ya gue telat. Ini gue juga bawa adek gue, gak apa-apa?" bohong Izora.
Dia bukannya tidak ingin mengakui Meysi sebagai anaknya. Hanya saja, malas kalau harus ditanya-tanya. Ya, walaupun belum pasti akan ditanya juga, tapi jaga-jaga saja. Toh, Izora tetap menganggap Meysi sebagai adiknya. Sepertinya tidak masalah karena Azra pun sering bilang kalau dia ini kakaknya Meysi.
"Gak apa-apa dong," jawab gadis itu ramah. "Kita belum kenalan, ya? Nama gue Zyo. Kalau cowok yang tadi mau kick lo di grup namanya Bian. Dan cowok satu lagi, Marshal."
Izora mengangguk sambil tersenyum. "Oke, salam kenal. Gue Izora."
"Wajah lo pucet banget, lagi sakit beneran?" tanya Bian terdengar lembut tapi tidak dengan wajahnya yang datar, mungkin memang tipe wajahnya seperti itu.
"Iya. Kebetulan dari kemarin juga gak masuk kelas."
"Sorry gue gak tahu kalau lo sakit beneran. Sekarang kuat, gak? Kalau enggak, gak apa-apa pulang aja. Nanti nama lo tetep gue tulis, kok."
Monyet jablay! Harus lihat dulu baru punya empati?! Izora membatin kesal.
"Gak apa-apa. Kuat, kok." Izora merasakan Meysi membawa tangannya dan dimainkan. "Kita mulai sekarang?"
"Oke." Bian meluruskan punggungnya. "Gue jelasin dulu ya tugas yang harus kita kerjain sekarang itu apa."
"Jadi, kita disuruh menganalisis perbandingan sistem hukum Indonesia sama negara lain, khususnya ngebandingin sistem civil law dan sistem common law. Nah sekarang, tugas kalian nyari negara mana yang mau dianalisis. Cari masing-masing dulu ya, gue udah ada sih dan menurut gue udah bagus tapi kalian harus tetep nyari dulu, jangan langsung setuju gitu aja. Nanti kita lihat siapa yang paling bagus dan vote mau pakai yang siapa," terang Bian.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS BATAS [TAMAT]
RomanceBukan dunia atau tuhan yang tidak adil. Tapi, pilihan hidupnya yang salah. Tapi, tidak! Bukan hanya dia yang salah. Manusia yang tengah berdiri di depan sana dengan bahagia dan percaya diri itu juga andil dalam membuat masalah ini. Bedanya, dia haru...