yeay tahun baru! semoga 2025 ini hidup kita jadi lebiiiihhh bahagia dan banyak uang yaaashh!!!💝
happy reading y'all, vote jangan lupaaa🤓
o0o
Untungnya, mual yang tadi Izora rasa itu hanya karena lambungnya yang sakit dan demam biasa yang tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Takut hamil yang sejak tadi dia pikirkan sudah hilang berganti rasa lega. Ya, walaupun sakit di kepalanya sekarang tetap saja tidak membuatnya lega. Siang tadi setelah mengantar Izora ke dokter, Mbak Hawa pulang karena dia harus menjemput Io. Jadi, yang sekarang Izora lakukan hanya diam di kamar dan menunggu Azra pulang.
Dan untungnya sekitar jam 2 siang laki-laki itu sudah sampai di rumah.
Tapi, dia tidak pulang sendiri. Karena Azra membawa beberapa temannya untuk mengerjakan kerja kelompok di rumahnya. Tiga teman laki-laki dan dua teman perempuan yang ternyata malah mendapat kemarahan dari Izora.
"Walaupun ini rumah kamu bayar pakai uang kamu, bukan berarti kamu boleh bawa temen-temen kamu seenaknya tanpa nanya aku keberatan atau enggak, kan? Ada manusia lain yang tinggal di sini. Harusnya kamu tanya dulu, kalau nerima tamu aku bakal nyaman atau nggak."
Izora melipat tangannya di depan dada dan masih terduduk di kasur. Sebenarnya, Izora tidak masalah jika Azra bilang terlebih dahulu dan jika Izora sedang sehat. Tapi, keadaan hari ini 'kan tidak begitu. Izora sedang sakit kepala, jikalau mendengar banyak suara walaupun tidak kencang tapi mampu membuat kepalanya lebih berdenyut sakit.
"Aku lakuin ini bukan karena merasa punya rumah sendiri. Ini rumah kamu dan rumah Meysi juga. Jadi kamu jangan ngomong kayak gitu lagi," koreksi Azra yang tidak setuju dengan ucapan Izora tadi.
"Aku minta maaf karena gak nanya lebih dulu dan buat kamu jadi gak nyaman di rumah sendiri. Gak akan aku ulangi. Niat aku tadi sebenarnya pengin kerjain tugas kelompok sambil mantau keadaan kamu. Tapi, memang gak semua niat baik bisa diterima dengan baik juga sih." Ucapan Azra barusan, membuat Izora merasakan sakit di ulu hatinya. "Aku cari tempat lain aja."
"Gak usah. Kata kamu udah ngumpul semua, nanggung. Lanjutin aja di sini."
"Fine. Itu aku beli makanan buat kamu sama Mey. Jangan lupa dimakan." Dan Azra langsung melengos begitu saja tanpa melirik Izora atau tanpa meminta maaf lebih, seperti biasanya. Dia keluar dari kamar yang langsung berhadapan dengan ruang tamu. Berhubung tidak ada space lain di rumahnya, jadi mengerjakan di ruang tamu adalah opsi yang harus dipilih.
"Sorry lama, yuk kita mulai diskusinya," tutur Azra pada teman kelasnya yang sudah duduk melingkar di karpet. "Jangan terlalu berisik guys, istri gue lagi sakit," lanjut Azra dengan suara santai dan berusaha tidak menyinggung.
"Loh, istri lo lagi sakit? Kita ngeganggu dong, pindah aja lah, Zra." Favian merasa tidak enak.
Azra menggeleng. "Gak usah. Nanggung udah ke sini. Aman kok asal jangan terlalu berisik aja."
Sejak tadi mereka mulai sampai kini sudah setengah beres, Izora sama sekali belum keluar dari kamar. Azra menghela nafas dan izin ke kamar untuk memastikan kondisi Izora. Di sana dia melihat Izora yang sedang berbaring tengah mengasuh Meysi yang duduk di sebelahnya.
"Ada yang kamu butuhin, Ra?" Izora hanya membalasnya dengan gelengan. "Mey, keluar yuk. Main sama temen-temen Ayah. Bundanya biar istirahat dulu."
Meysi yang sejak tadi asik sendiri langsung menatap Azra dan mengulurkan tangannya minta digendong.
"Kok gak dimakan?" tanya Azra saat melihat makanan yang tadi dia beli terlihat belum disentuh sama sekali.
"Gak mood," Izora membalasnya dengan ketus.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS BATAS [TAMAT]
RomanceBukan dunia atau tuhan yang tidak adil. Tapi, pilihan hidupnya yang salah. Tapi, tidak! Bukan hanya dia yang salah. Manusia yang tengah berdiri di depan sana dengan bahagia dan percaya diri itu juga andil dalam membuat masalah ini. Bedanya, dia haru...