[21] (DIA) MULAI BERAKSI I

1.3K 1.1K 212
                                    

[FOLLOW IG SAYA SYFAADS]
[CHAPTER SUDAH DIEDIT RAPIH]

"Raganya patah, kian musnah, dan butuh penyanggah hingga bertemu pada titik temu yang tak pecah."
-

-34+35 Ariana Grande🎶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
34+35 Ariana Grande🎶

[ESREGNET]

Cello melepas helmnya saat sudah sampai di basement. Tangannya pun bergerak melepas resleting jaket kulitnya. Rambutnya yang lepek ia cipak dan sisir ke belakang. Sambil
menganyunkan kunci motor di jari telunjuknya, ia berjalan santai menuju lift.

Wajah awalnya yang datar berubah drastis saat seseorang ikut masuk ke dalam lift.

"Lo ngapain kesini?" Tanya Cello dingin. "Ini bukan klub buat lo main-main. Ini kantor perusahaan keluarga gue."

Hanz langsung mengangkat kedua tangannya, senyumnya mengembang. "Sesama pewaris
perusahaan, harusnya lo nyambut tamu dengan baik dong, toh gue datang karena bunda lo."

"Siapa tamu gue?" Cello menaikkan alis matanya sebelah sembari memasukkan kedua
tangannya ke dalam saku celana. "Anjing?"

"Gue bawa kedamaian nih, bukan keributan." Hanz membalasnya dengan tawa receh.

Cello langsung menekan suatu tombol di lift. Saat suara seseorang terdengar, Cello langsung menjawab. "Panggil sekuriti se--"

"Hee jangan-jangan. Gue serius kagak ngajak ribut." Dengan cekatan Hanz menarik tangan
Cello yang langsung ditepis juga. Sebentar ia menarik napas lalu mengoceh. Cello sendiri
hanya diam tidak mendengarkan.

"Selamat datang tuan muda."

Pak Herman dengan bahasa formalnya langsung menyambut Cello yang baru saja keluar pintu lift.

"Tugas?"

"Kebetulan sudah diselesaikan oleh Direktur Natasha."

Cello mengerutkan dahinya melirik Hanz yang tampak cengengesan. Sudah ketebak.
Pasti cowok itu datang-datang langsung buat keributan setibanya mereka diruang kantor utama. "Lo mau apa?"

Hanz langsung mengambil duduk di kursi panjang, lalu merebahkan dirinya disana. Cello sendiri langsung mengambil pulpen dan menandatangani beberapa kertas di mejanya. Hanz melirik sebentar, lalu berlari mendekati. "Gue minta lo nyerahin Alantha ke gue."

"Untungnya buat gue?"

"Aih, lo perhitungan bener." Hanz tampak berjalan berputar, lalu berhenti di belakang Cello.
Sambil menundukkan kepalanya, ia berbisik. "Gue nggak bakal ganggu emak lo."

Spontan Cello membanting pulpennya dan menoleh cepat. "Gue peringatin lo jangan coba-coba."

"Berbakti banget ya lo padahal dia aja nggak anggap lo anak. Ayolah realistis. Lo kan nggak
jadi tunangan sama Alantha, jadi lo serahin lah Alantha ke gue. Lo juga nggak suka sama dia. Emangnya nggak kasian gantungin dia terus?"

ESREGNET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang