VOTE DULU SEKARANG GAKKK?!!
o0o
"Sayang, jas almet aku di mana, ya? Kok di lemari gak ada?"
"Kayaknya masih di jemuran, ambil aja. Nanti aku setrikain," jawab Izora lesu. Perempuan itu kini tengah berbaring dengan Meysi yang memeluknya. Malam tadi suhu tubuh keduanya tiba-tiba naik. Izora yang mual dan pusing hanya bisa melihat Azra yang menggendong Meysi semalaman. Menggantikan rutinitas yang biasanya Izora lakukan sendiri.
Hari ini Azra sebenarnya ingin absen saja, tapi Izora tidak mengizinkannya. Maka, mau tidak mau laki-laki itu tetap bersiap untuk ke kampus.
"Gak usah. Biar aku setrika aja sendiri."
"Emang bisa?"
"Belum pernah nyoba sih." Azra nyengir. "Tinggal gosok-gosokin aja, kan?"
"Iya." Setelahnya Azra pergi ke belakang rumah untuk membawa jas almetnya yang ternyata memang masih dijemur. Dengan keahlian yang gak ahli-ahli banget tangannya mulai bergerak memaju mundurkan setrika yang sudah panas.
"Anjing panas!" umpatnya saat tidak sengaja tangannya menyentuh setrikaan. Walaupun belum rapi tapi Azra segera menyudahinya. Dia kembali ke kamar dan mendekat pada Izora yang masih rebahan. "Ra, tangan aku kena setrika."
Seperti anak kecil yang tengah mengadu pada orangtuanya, Azra memperlihatkan tangannya. "Udah aku bilang biar aku aja!" Izora yang tengah pusing memaksakan untuk duduk. Dia mengelus tangan Azra yang memerah dengan pelan.
"Ambilin Pppk di sana." Azra mengambil P3k sesuai perintah Izora. Izora langsung mengoleskan salep luka bakar dan meniupnya membuat hati Azra berdesir. Pria itu mengelus puncak kepala Izora yang terasa hangat.
"Aku juga sakit nih, Ra. Absen aja ya?" Azra betulan tidak ingin meninggalkan Izora dan Meysi yang tengah sakit seperti ini. Sebenarnya dia juga kurang tidur, tapi tubuhnya terasa baik-baik saja karena mungkin dia sudah terbiasa tidak tidur.
"Sakit di tangan kamu cuma sedikit, gak akan ganggu aktifitas kali," cibir Izora karena tahu Azra hanya beralasan saja. "Jangan nongkrong atau main dulu ya hari ini?"
"Ya iyalah enggak. Mana bisa aku nongkrong-nongkrong pas anak istri lagi sakit." Azra menunduk untuk mengecup seluruh wajah Izora tak terkecuali. "Aku beneran harus berangkat?"
"Iya, sana. Aku gak apa-apa kok. Siang nanti juga udah sembuh lagi."
"Gak ada yang bisa jamin tapi semoga cepet sembuh ya, cintakuu, sayangkuu, istrikuu, bidadarikuu ..."
"Alay!" Izora membawa tangan Azra ke bibirnya untuk dicium dan Azra balas mencium punggung tangannya. "Sana berangkat, hati-hati di jalan."
"Beneran harus pergi?" Azra masih bertahan di posisinya.
"Iya, Nakaaa." Izora jadi geregetan sendiri. "Pergi sekarang gak?!"
"Yaudah, iyaa. Kiss dulu dong biar aku semangat belajar," goda Azra yang malah Izora turuti. Menurunkan wajah laki-laki itu dan Izora mulai memberikan kecupan-kecupan ringan. "Makasih. Aku berangkat ya, sampai nanti, Sayang."
Izora menggelengkan kepala ketika Azra sudah menghilang dari pandangannya. Laki-laki itu benar-benar banyak membantunya malam tadi. Dimulai Izora sengaja membangunkannya ketika merasakan pusing, mual dan demam. Azra membantu mengompres dan memijat kepala Izora. Lalu, Meysi yang menangis dan ternyata demam juga. Azra benar-benar menggendongnya semalaman dan baru tidur satu setengah jam.
Sebenarnya Izora ingin menyuruh Azra diam di rumah dan beristirahat saja. Tapi karena jika di rumah dia hanya akan Izora repotkan dan tidak bisa istirahat. Jadi, setelah dipikir, masuk kelas lebih baik untuk pria itu. Barangkali Azra bosan dan kecapekan karena mengurusnya, maka menyuruhnya masuk kelas agar bisa bertemu teman-temannya dan rehat sejenak dari keluarga kecilnya adalah cara Izora agar Azra bisa merasakan kebahagiaan lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS BATAS [TAMAT]
RomanceBukan dunia atau tuhan yang tidak adil. Tapi, pilihan hidupnya yang salah. Tapi, tidak! Bukan hanya dia yang salah. Manusia yang tengah berdiri di depan sana dengan bahagia dan percaya diri itu juga andil dalam membuat masalah ini. Bedanya, dia haru...