Chapter 56: End game

12K 902 50
                                    

Ketika kau berfikir sudah berada di depan ku hanya karena satu keberuntungan, maka akan aku berikan seribu tamparan dimana kekalahan berada di depan mata mu sendiri.
---------

Deru nafas yang terdengar terengah-engah dan pandangan mata yang mulai mengabur membuat langkah wanita yang kini tengah berlari sekuat mungkin memasuki sebuah hutan dengan pencahayaan minim dari langit malam. Langkahnya yang mulai melambat dan rasa sesak di dadanya membuat Alexa mulai tidak bisa menyeimbangkan langkahnya.

Wanita itu terjatuh ke tanah dengan pandangan nya yang mulai mengabur, tangannya meraba perutnya yang terdapat bekas luka tembakan. Luka itu kini kembali terbuka membuat noda darah mengotori baju dan tangannya.

Sialan.

Alexa menarik nafasnya dalam-dalam, sebuah titik cahaya yang berada di depannya membuat tangan nya mengepal kuat. Ia tidak bisa berhenti sampai di sini, semua rencana yang sudah ia lakukan dari awal bisa hancur begitu saja jika Steve sampai sebelum diri nya.

Alexa mengangkat kembali langkahnya dengan tergesah-gesah tanpa memperdulikan luka di perutnya yang semakin parah, hanya tinggal beberapa langkah lagi hingga tangannya bisa menggapai pintu berwarna coklat yang menjulang tinggi di depannya. Dan saat ia berhasil meraih ujung pintu keseimbangan tubuh nya langsung menghilang membuat tubuh nya harus terjatuh mendorong pintu yang tampak nya tidak terkunci sama sekali.

Nafas nya yang terengah-engah menatap kedalam kastil yang sangat jauh berbeda dari terakhir kali ia mendatangi tempat ini, semuanya tampak berantakan seolah olah habis terjadi peperangan di tempat ini sebelumnya.

Alexa menelan Saliva nya dengan susah payah, ia tidak mungkin terlambat bukan?

"Reymond!" Teriak Alexa menggema di seluruh penjuru ruangan, bagai sebuah gua kosong hanya ada pantulan suaranya seolah sedang mengejeknya bahwa dia telah tertinggal beberapa langkah di belakang.

Alexa menarik kasar rambutnya frustasi, kepalanya seolah berputar tak tentu arah. Sebenarnya permainan seperti apa yang sedang ia hadapi, untuk sesaat ia mengira bahwa semuanya sudah berada di tempat yang seharusnya. Tapi nyatanya ia bagai seorang tokoh tanpa peran yang terjebak diantara pertarungan kedua tokoh utama.

Sebuah benda berwarna hitam yang tergeletak di lantai dengan bercak darah di pinggir nya membuat jantung berhenti untuk sesaat, langkah kakinya yang terkesan di paksakan menarik tubuhnya untuk mendekat dan melihat benda itu lebih dekat hingga rasanya kakinya sudah tidak bisa lagi menopang tubuhnya hingga terjatuh di atas lantai.

Matanya terpejam, tangannya mengepal kuat. Nafasnya yang memburu mencoba menahan sebuah ledakan dalam dirinya, tapi sayangnya seperti bom waktu yang terus berjalan mundur dan meledak menghancurkan segala hal yang ada, mata itu terbuka dengan tetes air mata yang terbendung di pelupuk matanya, tatapannya yang tajam seolah akan menghabisi apapun yang ada di dekatnya.

Dan saat tangan itu dengan cepat mengambil kedua senjata yang berada di belakang bajunya kastil yang tampak sunyi itu penuh dengan percikan api dan suara nyaring tembakan dari senjatanya membuat kaca kaca dan lampu di ruangan sana hancur begitu saja.

Dor!

Dor!

"Agghh!"

Dor!

Dor!

"Steve brengsek kau bajingan!" Teriak Alexa membabi buta.

Dan saat ia akan kembali mengarahkan senjatanya pada kaca besar di belakang kastil matanya mengakap sebuah seluet hitam yang melewati matanya. Tangannya yang siap menarik pelatuk tiba tiba tertahan bagai sebuah patung yang hanya bisa terdiam.

The Angel Of Death [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang