Pulang dari kampus, Azra mendapati Izora yang menatapnya penuh permusuhan. Wanitanya itu terlihat duduk sendiri di ruang tamu sambil bersedekap dada. "Halo, lagi ngapain sendirian di sini? Mey udah tidur?"
"Sini!" ketus Izora tidak membalas pertanyaannya. Ah ... Ada yang salah sekarang? Karena tidak mau semakin membuat Izora yang tengah prengat-prengut itu tambah marah, Azra memilih menurut dan duduk di sebelahnya. Izora sontak menyerahkan ponselnya pada Azra. "Jelasin dia siapa!"
Di layar ponsel yang kini Azra lihat, Izora tengah menunjukan screenshot yang dia dapatkan dari Instagram teman Azra. Foto Azra dengan perempuan yang tengah bersandar di bahunya. Foto ini diambil hampir setahun yang lalu.
"Ini temenku," jelas Azra tidak berbohong.
"Temen tapi nyender-nyender mesra!" balas Izora masih ketus. "Bukan cuma ini aja ya, masih banyak foto yang aku temuin kalo kamu sama cewek ini terus! Kita belum putus loh, Naka. Coba inget-inget, kalau nyender-nyender gini sama pacar orang wajar gak?" Amarah Izora nampak sangat jelas. Bahkan nafas gadis itu sudah tidak beraturan.
"Kamu stalking aku sampai ke temen-temen aku, ya?" tanya Azra malah membuat Izora semakin emosi.
"Iya! Dan mungkin ini jalan yang dikasih Tuhan biar aku tahu kalau kamu selingkuh!"
Azra melotot. "Selingkuh apa? Ini beneran temen aku, Izoraaa. Namanya, Meira."
"Meira?!" pekik Izora. "Panggilannya apa?!"
"Mei," balas Azra. Cara memanggil nama itu sama dengan cara memanggil nama putrinya. Mey.
"Ah nyebelin banget!" Izora langsung berdiri dan menutup pintu kamar sekeras-kerasnya sampai suara tangis Meysi terdengar. Mungkin bayinya terbangun.
Azra mendekat ke kamar yang di kunci itu. "Ra, Sayang, buka pintunya dooongg."
Tidak terdengar sahutan dari dalam membuat Azra mendengus. Meira, perempuan satu-satunya yang berhasil mendekatinya diantara perempuan lain yang tidak bisa Azra terima. Gadis cantik dengan rambut lurus panjang dan selalu berbicara dengan nada penuh kelembutan itu pernah membuat hati Azra goyah.
Tidak lama, karena Azra langsung sadar bahwa dia masih memiliki Izora walaupun tidak pernah ada obrolan bahkan Azra tidak tahu bagaimana kabarnya. Kedekatan semantara itu tidak Azra kira akan menjadi masalah di hari ini.
"Ra, buka dong. Aku harus ganti baju."
Tidak mendengar lagi sahutan, Azra memilih menyerah dan melimpir ke belakang rumah untuk mengambil baju yang baru di jemur. Menyelesaikan mandinya dan langsung memakai baju yang terlihat kusut itu. Sialan! Azra tidak tahu di mana keberadaan setrika di rumahnya ini.
Azra kembali mengetuk pintu kamar. "Izora, jangan gini dong. Kalau mau marah ya harus ada alasannya jangan nyimpulin sendiri gini, dengerin dulu penjelasan aku."
"Izora, aku lapar belum makan dari kelas lima SD, tolong masakin dong." Dan barulah pintu kamarnya langsung terbuka, Izora lupa kalau dia belum masak. Dan pasti Azra kelaparan sekarang. Dengan wajah memberengut, Izora melewati Azra yang berdiri di depan pintu.
Azra mengikutinya ke dapur dan berdiri di sebelah Izora yang lebih pendek darinya. "Kita itu udah jadi orangtua, Ra. Cara kamu marah yang kayak gini udah bukan waktunya, kalau ada yang mengganjal atau yang salah ya diskusiin, cari tahu kebenarannya gimana."
Izora yang sedang memotong bawang itu langsung menyimpan pisaunya dengan kasar. "Kamu gak suka aku yang kayak gini?! Ya maaf deh kalau aku gak kaya si Mei-Mei kamu yang kelihatan dewasa itu!"
"Bukan gitu ... " Azra memilih membawa Izora duduk di meja makan. "Aku gak pernah selingkuh."
"Alah mana ada maling ngaku! Kamu tuh parah banget, ya. Di saat aku lagi sedih-sedihnya dan berusaha buat bertahan hidup, kamu malah enak-enakan nyari cewek lain?! Mana yang kamu bilang masih sayang sama aku kalau ternyata kamu aja pernah pacaran sama cewek lain!" kesal Izora dengan matanya yang berkaca-kaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS BATAS [TAMAT]
RomanceBukan dunia atau tuhan yang tidak adil. Tapi, pilihan hidupnya yang salah. Tapi, tidak! Bukan hanya dia yang salah. Manusia yang tengah berdiri di depan sana dengan bahagia dan percaya diri itu juga andil dalam membuat masalah ini. Bedanya, dia haru...