Aku menarik nafas panjang kalau inget kejadian semalam. Ckk, punya sodara koq gitu amat ya? Sedalam itukah sakit hati efek kegagalan pernikahannya? Sampai sifatnya jadi berubah gitu ish. Duh!
Semalam juga Acha masih nginap di rumahku untuk yang terakhir kali. Karena sore ini, Papanya dan Ayahku akan kembali dari lawatan bisnisnya.
Aku mengikuti mb Shany rapat dengan para pemasok barang/jasa (vendor) di ruangan rapat lantai 1. Dikarenakan masih ada vendor yang bandel gak tertib administrasi, makanya rapat ini digelar.
Maklum saja, sebagai agen distributor tunggal dari berbagai macam produk homecare dan fruit vegetable, kami banyak menerima ratusan invoice yang kurang lengkap dokumen pendukungnya.
Bayangkan kalau mereka tidak mengikuti rule perusahaan, invoice mereka sendiri akan otomatis terpending dan terlambat dibayarkan.
Aku menemani mb Shany yang menjelaskan detil tentang rule perusahaan yang mau gak mau harus mereka patuhi. Karena kalau tidak, yang rugi adalah mereka sendiri.
Seseorang langsung mengacungkan jari dan minta izin berbicara.
"Terlalu banyak syaratnya Bu, maaf aja kami jadi bingung. Maklum kan tidak semua dari kami ini berpendidikan bu.."
Mb Shany mengangguk kecil.
"Gak ada yang sulit Pak, nanti juga jadi kebiasaan. Intinya sebelum invoice dimasukkan, tolong di chek richek dulu apakah sudah lengkap atau belum gitu.."
"Ya tapi namanya manusia Bu, kelewat mah ada aja atuh.."
Aku mengerti kesulitan si Bapak itu lalu mengacungkan diri untuk ikut memberikan solusi.
"Begini saja Pak, saya coba buatkan chekclistnya ya. Silakan nanti bapak ibu gandakan. Jadi berpatokan dari checklist itu, ketahuan deh mana yang gak disertakan. Sebentar saya ke atas dulu mau dibuatkan langsung ya.."
Aku lalu pamit ke atasanku untuk membuatkan contoh checklist untuk semua vendor yang hadir.
Mb Shany mengangguk kecil seraya tersenyum.
Hanya sekitar 15 menit aku sudah kembali ke ruang pertemuan vendor dan membawa kertas checklist yang ku usulkan tadi.
Aku memberikannya kepada mbak Shanny dan memohon izinnya untuk disampaikan ke forum. Mba Shanny langsung mengangguk dan menyuruhku membagikan contohnya ke para peserta rapat.
"Bapak Ibu, ini contoh check list yang saya maksud. Guna membantu dan kontrol invoice yang masuk, maka ke depannya Bapak Ibu perlu melampirkan checklist ini didepan map/amplop yang bapak ibu kirimkan ya.. silakan dipelajari.."
Tak lama staff yang ku minta mencetak dokumen agak banyak, datang. Aku langsung mengambilnya dan membagikannya ke semua vendor yang hadir.
"Nah ini, usul keren nih bisa langsung diterapkan. Jadi kami gak pusing dengan aturan-aturan dimari. Makasih ya neng.."
Seorang Bapak setengah baya menyapaku dan membuatku tersenyum kecil.
"Kalau ada yang masih ingin ditanyakan boleh. Usahakan nanti pas bulan depan, tidak ada lagi ya masalah ketidak lengkapan pendukung invoice.." ujarku seraya kembali ke kursi di sebelah mbak Shanny.
"Ada yang ditanyakan? Boleh silakan unjuk tangan.."
Tidak ada yang bertanya lagi karena sepertinya checklist yang aku berikan tadi sudah mewakili semuanya.
Tak lama rapatpun usai dan mbak Shanny mengajakku kembali ke kantor sambil senyum-senyum.
"Kamu itu keren Za! Gak cuma karena anak bigbos kerja disini. Tapi kadang ide kamu itu solutif buat semua. Dulu juga soal tendering kan kamu yang usulkan ya. Cakep deh!"

KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN Kampung Sebelah
ChickLitElah bocah, dikata aku ibunya apa? Tiap ketemu bawaannya lengket aja dan gak mau pisah. Tega banget ini Ibunya, anak kagak diurus bener-bener, cuma diasuh sama asisten gitu. Kasian banget sih kamu nak.. Ini lagi bokapnya, jutek amat jadi orang ya. K...