26. temporarily separated

2.9K 141 0
                                    

maafin ak baru update soalnya irl lg hahehoh bgt menuju uas februari awal nanti😭 boro-boro mikirin hidup org-org ini, mikirin tugas aja ak udah stresss😭

o0o

"Kak, lihat Naka, gak?"

"Eh, Izora." Favian yang sedang membawa beberapa kayu bakar untuk membuat api unggun itu menoleh saat seseorang yang berdiri di belakangnya bersuara. "Panggil nama aja sih, seumuran ini."

"Oke," balas Izora langsung setuju. Tadinya dia memang ingin begitu, hanya saja kalau langsung dia lakukan rasanya tidak enak. "Jadi, lihat Naka gak?"

"Azra ya?" Ah, yang memanggil Azra dengan sebutan Naka memang hanya Izora. Panggilan spesial, sebut saja begitu. "Tuh, lagi ngerokok anaknya," tunjuk Favian pada segerombolan laki-laki yang tengah bermain gitar dengan sekumpulan asap rokok di atasnya. Tampak menyesakan dari kejauhan. Tempat mereka itu berada lebih jauh dari tempat yang sudah diletakan banyak tenda ini.

"Loh, dia ngerokok?"

"Loh, memangnya gak tahu?" Tidak, seingat Izora, dulu Azra tidak pernah merokok karena laki-laki itu tidak mau. Bahkan saat semua teman laki-laki itu merokok di kantin tempo hari, Izora tidak melihat Azra memegang rokok dan memilih memegang Meysi yang ada di gendongannya.

"Yaudah kalau gitu, makasih." Izora segera menyusul Azra. Walaupun sedikit ragu untuk mendekat karena banyak sekali para kakak tingkat laki-laki, tapi Izora tetap mendekat karena ada urusan yang harus dia selesaikan sekarang juga. "Kak Azraqi," panggil Izora, tangan gadis itu menyentuh bahunya pelan.

Azra menoleh kaget dan mendapati raut tak seneng istrinya. "Kenapa, Ra?"

"Ikut aku dulu, bawa hp kamu," pinta Izora dan dapat anggukan dari Azra yang kini tengah mematikan rokok dan membuangnya di cup minuman. Laki-laki itu ikut berjalan menjauhi teman-temannya yang kini heboh bertanya tentang siapa maba yang berani mendekati Azra bahkan sampai menghampirinya.

"Kenapa, Sayang?" tanya Azra begitu tiba di sisi yang lebih sepi. Hari ini sudah malam, sehabis turun dari bus tadi, para maba disibukan dengan berbagai kegiatan yang sudah panitia siapkan dan hari ini hanya ada satu kegiatan lagi yang dilakukan yaitu, pentas seni sekalian api unggun. Sejak tadi sebenarnya Izora ingin bertemu dengan pria ini, tapi tidak bisa karena Azra yang juga tengah sibuk dengan ini itu.

"Vidio call Meysi dong, kayaknya dia lagi rewel sekarang," pinta Izora yang kini tengah resah, suasana hatinya tiba-tiba memburuk dan tiba-tiba sedih. Dia merindukan Meysi, dan mungkin saja perasaan yang sama tengah dialami putrinya juga.

"Oh iya lupa, hp kamu 'kan dikumpulin." Azra memberikan hp-nya pada Izora dan mengajaknya untuk duduk di rumput kering dan bersandar di bawah pohon besar. Suara tangis Meysi langsung terdengar begitu panggilan vidio itu terhubung. Di sebelahnya, Izora juga sudah menitihkan air matanya.

"Meysii, aku kangen kamuu," lirih Izora yang malah membuat tangis anaknya semakin kencang. Di sana terlihat Mama yang sedang menenangkan Meysi dengan cara mengelus-elus punggungnya, hal sama yang juga dilakukan Azra pada Izora sekarang.

"Meysi, katanya nanti senin mau langsung masuk SD, kok sekarang masih nangis sih?" Niat Azra ingin membuat lelucon, tapi yang dia dapati malah suara tangis anaknya yang lebih keras.

"Kamu jangan bercandain dia dong!" kesal Izora sembari menarik ingus. "Meysi, udah makan?"

"Ndak, beyum!! Ndak mau makan, mauna Bunda!" pekik Meysi dengan suara serak, Izora tebak bayinya ini sudah menangis dari tadi.

"Kasiannya bayi akuu." Izora menghapus air mata di pipinya, berusaha agar tidak menangis lagi agar Meysi tidak ikutan sedih. "Ma, beneran belum makan?"

"Iya, Vel. Di kasih susu juga gak mau, dari tadi nangis gak berhenti," lapor Mama yang malah membuat Izora ingin menangis lebih keras, tapi harus tetap dia tahan. Demi Meysi.

GARIS BATAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang