21. new home

4.1K 163 0
                                    

"Sayang, kalau aku anterin temen cewek pulang boleh gak? Kebetulan yang searah cuma aku aja. Transum jam segini udah gak ada. Terus kalo naik ojol dia trust issue. Tapi, kalau kamu gak izinin juga gak apa-apa kok. Biar temenku yang arah rumahnya beda yang nganterin."

Izora tengah berbaring di sebelah Meysi yang sedang kesusahan tidur tiba-tiba mendapat panggilan masuk dari Azra. Meminta izin untuk mengantarkan perempuan lain? Izora akan izinkan kali ini. Tidak tahu karena apa, tapi tiba-tiba si cemburuan ini mengizinkannya begitu saja. Izora tiba-tiba malas untuk melarang ini itu. Lagian, kasian teman Azra yang rumahnya berlawanan arah harus mengantarkannya di malam-malam begini. Dan Izora percaya bahwa Azra tidak akan macam-macam.

Setelah ditunggu sekian lama, akhirnya pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Azra dengan muka lelahnya di sana. Tanpa membuka tas atau jaketnya terlebih dahulu, tubuhnya langsung ia jatuhkan ke kasur, tangannya langsung membawa Izora mendekat dan menciumi seluruh wajahnya. "Kangennnn ..."

"Ih bau jalan! Mandi dulu gak?!" Izora menahan wajah Azra dengan tangannya. "Mandi dulu sana. Dari luar kotor, suruh siapa langsung naik ke atas kasur?!"

"Iya-iya, seksi kebersihan ini dari pagi bawel bangeeeett," cibir Azra seraya membawa tubuhnya berdiri. Tidak ingin membuat keributan dengan membiarkan Izora marah-marah di malam hari begini.

"Kamu udah makan?"

"Ngemil aja sih tadi, sekarang lapar. Kalau aku minta buat dimasakin sekarang, kamu cape gak?"

Izora ikutan berdiri, dia mencepol rambutnya yang tadi dibiarkan tergerai bebas. "Kamu kalau mau nyuruh aku masak tinggal bilang aja kali. Gak usah nanya cape atau enggak. Emang kalau aku cape, aku gak akan kasih kamu makan gitu?"

"Ya kalo kamu cape aku masak sendiri aja."

"Emang bisa?"

"Enggak sih. Paling goreng nugget aja." Azra nyengir. "Yaudah, tolong masakin makanan buat Ayah ya, Bunda."

"Stop buat orang merinding!" kesal Izora. Dirinya saja kurang suka memanggil diri sendiri Bunda. Makannya, dibanding kata Bunda, Izora lebih sering menyebut dirinya Aku pada Meysi. "Cepet mandinya."

"Iyaaa, Sayanggg."

Izora berlalu ke dapur, sebenarnya Izora sudah menyiapkan ini dari tadi. Jadi sekarang tinggal dimasak saja. Sengaja Izora membuatnya sendiri, karena ini pertama kalinya Azra akan mencoba masakannya. Lama berkutat di dapur, Izora tidak sadar Azra sudah duduk di meja makan memperhatikannya.

"Ih! Mey ngapain dibawa?" Azra tengah memangku Meysi yang terkantuk-kantuk. Dan dengan tidak pekanya pria itu malah mencolek-colek pipi bulat Meysi.

"Aku bangunin soalnya kangen main sama Mey."

Izora mencak-mencak kesal, tadi butuh waktu yang lama untuk menidurkannya. Lalu sekarang, seenak jidatnya malah Azra bangunkan.

"Mey, mau makan juga?" tanya Azra pada Meysi yang sudah hampir menutup matanya.

Azra benar-benar sangat bisa menguji kesabaran Izora. "Gak! Dia gak mau makan, maunya tidur. Kamu ngide banget bangunin orang lagi tidur!" Izora menyajikan masakannya terlebih dahulu dan langsung duduk di kursi sebelahnya. "Sini Mey, kita tidur lagi." Izora membawa Meysi untuk dia tidurkan di lengannya dan menepuk-nepuk pantatnya agar kembali tertidur.

"Aku kangen tau, Ra. Pengen ngobrol sama Mey."

"Ya gak usah dibangunin juga kali, kamu gak tahu kalau kurang tidur ini anak bakal rewel seharian?" Tangan Izora bergerak memasukan nasi dan seafood yang dia masak ke piring yang masih kosong. "Nih, makanan kesukaan kamu. Aku masak sendiri."

GARIS BATAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang